Difia mencari arah suara, matanya mengelilingi ruangan kelas, tapi tak lama kemudian datang seorang yang dia kenal, tersenyum.
"Rini..kamu disini?" antara kaget dan senang ketemu orang yang dikenal.
"wah kita sekelas ya, senengnya..." mereka saling berpegangan tangan dan loncat-loncat saking senengnya.
"yuk duduk yu, kita deketan aja, biar kalo boring bisa ngobrol hihi" Rini mengajak Difia deket dengannya dengan antusias.
"hayu lah.." Difia juga turut senang
akhirnya mereka duduk dan ngobrol bersama, mereka mulai berkenalan dengan teman sekelasnya.
"hai cantik nama kamu siapa?" Seorang teman sekelas cowok datang menghampiri mereka
"huuuuuh kata anak-anak yang lain."sambil melempar kertas.
Difia dan Rini hanya melirik sebentar, kemudian mereka ngobrol lagi
"cacingan deh dicuekin." kata yang lain
"kenalin nih babang tampan dan ngegemesin Arfan, ingat A R F A N, jangan salah dan selalu ingat." kata anak yang mengaku namanya Arfan sambil manaik turunkan alis nya, dan tersenyum memikat.
"hoek..hoek..." kata anak-anak yang lain
isi kelas semakin ricuh, mereka saling berkenalan dan bercanda di hari pertama masuk kelas.
beberapa menit kemudian, tak..tak..tak..tak suara sepatu mendekati ruangan mereka, mereka masih ricuh dan tak memperhatikan yang datang
"hem ..." kata orang yang di depan kelas
anak-anak langsung menatap orang yang baru datang tersebut.
Sorot mata yang tegas menyusuri seluruh isi ruangan kelas, badan yang tinggi menjulang membuatnya sungguh berbeda dengan siswa yang lain, dan aura dingin yang ditimbulkan membuat suasana yang ricuh menjadi hening seketika.
"perkenalkan saya Defano, saya dosen dan wali kelas kalian, barang siapa yang dengan atau tanpa sengaja datang terlambat di jam saya, maka tak ada toleransi untuk ikut pelajaran saya, saya harap kita saling bekerja sama demi cita-cita mulia anda-anda semua".
Anak-anak mengangguk dan diam di keheningan
" buset tuh dosen dingin banget, ganteng sih tapi kalo kayak kulkas mah mending jauh-jauh ihhh."
Difia bicara dalam hatinya, tapi kemudian alisnya mulai mengkerut, "ko kayak pernah liat ya, dimana ya, kayaknya familiar banget wajahnya."
Difia berfikir sambil melihat dosen ke depan
Rini yang duduk menghadap ke depan, seolah tak bergerak dari duduknya, matanya seakan tak berkedip melihat cipataan tuhan di depan.
Difia menyenggol Rini, "lebay kamu mah ih, masa sampe segitunya liat orang."
"ih kamu ganggu aja, mubadzir tau kalo gak diliatin."
"perasaan biasa-biasa aja, banyak yang kayak gitumah." kata Difia
"banyak juga kan jauh-jauhan, ini deket banget masa kamu lewatin aja, sayang tau"
"ihh...." Difia bergidik ngeri dengan sahabatnya ini
"ehm...kita mulai pelajaran hari ini ya"
"ya pak." semua serentak menjawab
"hai kalian ber dua kalo mau diskusi silahkan diluar."
Difia menatap cengo.
"gak ko pak kita mau belajar." Rini cepat-cepat menimpali.
proses belajar pun berakhir
"untuk tugas kerjakan halaman lima dan serahkan ke saya besok jam delapan pagi."
teman-teman mulai ribut, karena baru masuk sudah ada tugas lagi, tapi mau gak mau harus dikerjakan.
"kamu siapa namanya?"
Defano menatap Difia
"saya Difia pak"
besok kumpulkan semua tugas dan simpan duruangan saya
"iiya pak"
Defano pun pergi , ada seulas senyum yang tak mungkin terlihat oleh siapapun
"uuuuh dasar dosen gak berhati" kata yang lain
"kamu hebat ya, udah main ditunjuk aja sama pak Defano, rumornya pak Defano itu gak tersentuh sama siapapun, tapi baru aja masuk udah main tunjuk aja."kata Dini.
"jangan-jangan kamu pake pelet ya?"
"enak aja, mungkin aku cantik kali." Difia gak mau kalo harus disalahin.
"awas ya kamu." ancam Dini
"ya awas lah kita mau pulang." Difia gak mau kalah, dia bukan tipe yang mau direndahkan.
"anak kampung gak tau diri" Dini terus menggerutu
"tau lah, kalo gak tau namanya amnesia"
Dini semakin gereget, dan langsung mencelos pergi, Difia pun pergi bersama dengan Rini.
"Rini ke kantin yuk, kayaknya cacing udah mulai demo deh he...."
"sama aku juga, yuk ah kesana"
Difia dan Rini pun ke kantin barengan.
"Rin kamu beli apa?"
"ah kayaknya enak tuh batagor kuah, seger..apalagi pake irisan jeruk, sama sambel cabe nya, uuuh mantap" Rini membayangkan makanan sampe menelan air liurnya sendiri.
"aku mah siomay ajalah, kayaknya enak tuh ada bumbu kacangnya."
"yaudah kita ngantri yuk, pisah dulu bentaran doang, ntar ketemu di meja ini"
"ok lah." kata Rini.
Merekapun ikut ngantri bersama yang lain, beberapa menit kemudian pesanan merekapun telah selesai, Rini dan Difia langsung menuju meja mereka.
Saat mereka mulai menyantap makan, datanglah rombongan cowok-cowok menghampiri mereka
" hai..boleh ikut duduk gak?"
"hah..lo lagi..lo lagi.."kata Difia
" mau ngapain?"
"ya ke kantin mau mamah lah sama yang cantik-cantik biar enak mamamnya"
"hoek.."di belakang teman-temannya datang sambil mencibir
" mamam..mamam jijik gue" kata Edo
"si Arfan lupa makan obat kayaknya ya?" Ragil menimpali
"bukan lupa tapi salah obat haha..."kata Edo
" enak aja lo."kata Arfan.
" ih berisik kalian, sana cari tempat jauh-jauh dari kita." Difia mulai terganggu dengan mereka
"ayolah Difia, kita kan satu kelas masa mesti pisah-pisahan, gak akan kuatlah."
Difia memutar matanya malas.
Rini dan Difia segera menyelesaikan makanya, mereka langsung pergi dari tempatnya berada, tanpa memperdulikan teman-temanya yang terus menggodanya.
Di perjalan ke kelas Difia ke toilet sebentar, Rinj langsung masuk kelas karena Difia tak mau di anter, mereka masuk kelas lagi dan belajar, hingga waktunya pulang mereka pun terus bersama.
Di depan kampus merekapun berpisah
" kamu Difia kan?"
"iya pak dosen, saya Difia, kenapa pak?"
"jangan lupa tugasnya besok kumpulkan!"
"iya pak saya ingat, besok saya kumpulkan."
"kamu pulangnya kemana?"
"ya ke kosan lah pak, mau ke mana lagi?"
"yaudah kalo gitu sampe ketemu besok."
"iiya pak."sahut Difia.
"kenapa tuh pak dosen nanya-nanya segala bikin risih aja."
Sementara itu Defano setelah berlalu dari Difia, langsung memegang dadanya, muka memerah bak tomat, dag dig dug jantungnya berdegup kencang
"anak itu kenapa bikin salting gini ya, mana manis banget" dalam fikiran Defano sambil sekilas tersenyum sendiri.
"huh kenapa jadi ingat dia terus ya, ingat..inget..dia mahasiswa lo Defano, tapi gak salah juga kan?" Dalam fikiran Defano berdebat.
Difia jalan ke kosan, dia mulai berfikir untuk kehidupan selanjutnya.
"hem..biaya makin banyak, kalo penghasilan segini terus bisa berabe, duh gimana ya, harus cari kerjaan yang lebih inimah...nunggu beasiswa kan lama...wah gak bisa..gak bisa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments