Malam-malam Defano datang lagi ke tempat pecel lele, saat itu Difia sedang beberes warung, Defano langsung datang menghampiri Difia.
"Difia..."
"Kayak kenal suaranya." fikirnya Difia.
"Sayang ih." kata Defano.
Difia pun memabalikan badanya.
"Haaaah..." mulut Difia mangap, hampir aja lalat masuk menghampiri.
"Bap..eh..mas Defano kesini lagi, ngapain?"
dengan tergagap karena belum terbiasa Difia memanggil Defano.
"jadi gak suka nih mas kesini." Defano pura-pura merajuk.
"ih apaan nih pak Defano jadi alay gini ya, jadi geli sendiri hihi.." cicit Difia dalam gfikiranya.
" gak ko mas, ada apa?" Difia menarik nafas dan mencoba untuk merendahkan nada selembut mungkin.
"Difia..mas lupa"
"lupa apa ya?"
"belum ada nomor kamu di hp mas"
"wk..wk..wk.." kata Difia dalam hati
"kan bisa ketemu besok mas, mas bisa istirahat"
"kamu gak suka ya mas samperin."
"Suka mas, yasudah mana hpnya biar Difia simpan nomornya." Difia malas berlama-lama.
"beneran simpan ya,nomor mas juga he.."
"ih imutnya pacarku, walaupun rada alay juga sih." kata Difia dalam hatinya.
"yaudah ini udah disimpan nomornya, sekarang saya mau pulang ya mas, cape mau istirahat."
"yaudah mas anterin ya."
"mas pulang aja, istirahat juga, biar gak sakit, mas kan belum istirahat." kata Difia.
"tapi kan mas masih kangen." sahut Defano tanpa merasa bersalah."
"ya Allah maaaaas." Difia hampir mengeluarkan taringnya.
"iya...iya...iya...mas pulang, tapi mau nganterin gak apa-apa kan?" Defano kekeh mau nganterin pulang, Difia mengangguk malas. Defano pun mengantarkan sampai pintu gerbang kosan Difia, setelah memastikan Difia masuk, Defano pun pulang.
🐻🐻🐻
Esok harinya..
Difia baru saja bangun, hari ini jadwal kuliah jam ke dua, jadi memutuskan untuk istirahat lagi setelah solat subuh, dia tak mau membuang-buang waktu kemana-mana, hanya ingin istirahat, karena jujur waktu istirahatnya sangat kurang, sehingga ada waktu sedikit dia memutuskan untuk tidur.
Sedangkan diluar gerbang seseorang sedang menunggu Difia dengan gelisah, karena Difia tak keluar setelah lima belas menit dia menunggu, dari rumah sudah buru-buru karena ingin sarapan bareng, yang di tunggu tak keluar juga.
Defano mulai resah, yang ditunggu tak kunjung datang juga, padahal dia sudah menyiapkan tampilannya dengan style yang sangat cocok dan tampan.
Awal datang nunggu dalam mobil, lama-lama kaca mobil diturunkan, Difia masih tak kelihatan batang hidung nya, akhirnya Defano keluar, diam bersandar ke pintu mobil, tapi yang ditunggu tak kunjung datang, menit berlalu rasanya bertahun-tahun dia menunggu, gelisah sekali Defano, mukanya mulai melongo ke dalam kosan, tapi Difia masih tak kelihatan, akhirnya karena tak sabaran Defano bertanya pada orang yang keluar dari gerbang kosan itu.
" maaf dek kenal sama Difia gak yang ngekos di kosan itu?" kata Defano
"Difia yang mana ya?" kata cewek itu
"itu yang cantik, yang kuliah dan kerja di warung pecel lele." kata Defano.
"owh Difia itu, saya sih belum ketemu, tapi kayaknya masih ada, tuh sendalnya masih nongki di situ, kalo gak ada orangnya biasanya sandalnya gak ada." kata cewek yang ditanya Defano, sambil menunjukan kamar Difia yang ada sendalnya.
"owh gitu ya?" kata Defano
"setau saya gitu kak."
" tapi kenapa gak keluar-luar ya?" tanya Defano penasaran.
"mungkin gak ada pelajaran pagi aja kak, jadi istirahat atau apalah saya gak tau, kenapa gak di telepon aja kak?"
"duh saya lupa, makasih ya" Defano akhirnya berterima kasih
"heum..inget kamu bikin lupa segalanya, dari tadi kenapa gak di telepon aja ya" gumam Defano sambil tersenyum.
Dari kejauhan tanpa Defano ketahui ada yang memotretnya. Defano segera menelepon Difia.
sekali di telpon tut..tut..tut gak diangkat..
dua kali di telpon tut..tut..dan di rijeck
ketiga kalinya Defano mencoba menelpon lagi dengan tidak sabaran, dia mondar mandir di depan gerbang karena tak bisa sembarangan masuk ke daerah kosan khusus wanita.
wajahnya sudah mendung, mulutnya komat kamit menunggu telepon diangkat.
Sedangkan di dalam kosan Difia sedang menikmati mimpinya, tidur sangat lelap tanpa ada yang mengganggu nya, dia tak tau di depan ada orang yang kesal sedang menunggunya.
tulilut..tulilut..ponselnya berdering, tapi tak dihiraukannya, dia tetap pulas..
Hape berdering ke dua kalinya Difia mulai terusik
"siapa sih berisik banget pagi-pagi, tanpa melihat hapenya Difia merijec hapenya.
dan tak lama setelah itu hape nya berdering lagi
" Ya Allah siapa sih yang mengganggu ketenangan ini, dia pun terpaksa membuka matanya sedikit-sedikit, awal dilihat biasa aja tapi dilihat lagi dengan seksama.
"Ya Allah pak Defano, pagi-pagi dah bikin rusuh aja." sewot Difia. Difia pun mengangkat teleponnya
" iya pak ada apa? saya masuk nanti pak, jadi sekarang masih di kosan."
"keluar..saya tunggu satu menit dari sekarang" kata di sebrang telpon, dan langsung menutup teleponya. "hah..." Difia kaget.
"keluar kemana coba, lagi tidur disuruh keluar, untung gak punya penyakit jantung."
Difia buru-buru keluar dengan rambut yang acak-acakan dan masih memakai piyama, dia tak sempat cuci muka karena waktunya hanya satu menit, dengan segera keluar kosan menunju gerbang, dan pas sampe di depan gerbang kosan ada seorang pangeran yang ganteng bersandar di pintu mobilnya, sangat cocok beda dengan dirinya yang belum bertemu dengan air. Difia tak berkedip beberapa detik, tapi setelah itu dia buru-buru menguasai keadaan.
"gantengnya calon imam." katanya dalam hati, tapi dia tak mau mengutarakannya.
" Assalamualaikum pak, ada apa ya jam segini udah nongki aja di sini, emang bapak gak ke kampus atau ke mana gitu?" Difia heran.
"kamu telat..sekarang cepat mandi saya tunggu kamu lima belas menit lagi."Bukanya menjawab Defano malah menyuruh Difia masuk kosan lagi
"hah..." Dia shok.
"cepat..."Defano seakan sedang mengadakan lomba, Difia yang disuruhpun segera berlari ke kosan lagi untuk mandi dan lainya.
Sekarang Difia sudah duduk di mobil bersama Defano.
" kita mau kemana?"
"sarapan" kata Defano irit.
"oh.." kata Difia.
Difia pun mengikuti Defano, mereka berhenti di tempat tukang bubur dekat taman, disana terkenal enak dan komplit toping buburnya, sehingga pagi-pagi sudah ramai oleh orang-orang yang mencari sarapan.
Defano berjalan bersama Difia, dari kejauhan ada yang memotretnya lagi, tapi mereka tak menyadarinya.
🐻🐻🐻
Drama pagi telah usai, Difia pun terbebas dari Defano, dia bersiap-siap berangkat menuju kampus seorang diri.
Difia berjalan dengan tenang tanpa curiga apapun, karena menuju kampus bisa memotong jalan supaya lebih cepat sampai, maka Difia melakukan itu, saat di belokan gang menuju ke kampus suasana tampak sepi, dia masih tetap berjalan dan grep tiba-tiba ada yang membekapnya di mulut dengan sapu tangan, tak lama kemudian Difia pingsan dan dibawa oleh orang itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments