"Nenek dari mana? Defa cari-cari gak ketemu?"
Defano langsung memeluk nenek.
"Nenek marah ya sama Defano?" Defano merajuk seperti anak kecil, tapi dia lega akhirnya orang yang dicari-cari ketemu juga.
"Difia bisa jelaskan pada saya?" Defano menatap tegas pada Difia.
"hem pak...saya cuma menemukan nenek di jalan." Difia berkata terbata dan pelan kepada Defano.
"maaf pak mungkin neneknya kecapean, bisa bapak selesaikan besok saja urusannya, saya jamin Difia gak akan kabur."
ibu warung menengahi antara Difia dan Defano.
"besok saya mau klarifikasi dari kamu, temui saya jam tujuh pagi di ruangan saya."
Defano pun segera pergi membawa nenek Mirna.
"Nek kita pulang yuk, udah malam, sekarang waktunya nenek istirahat." Defano mengajak nenek pulang ke rumahnya.
"Difia..gimana?"
"Difia gak apa-apa nek, nanti kita bisa ketemu lagi ya, nenek sekarang ikut ke pak Defano aja, biar cepet istirahat."
" janji ya kita ketemu?"kata nenek sambil berkaca-kaca."
"iya nek." sahut Difia sambil mengacungkan dua jari tangannya ke atas.
Defano melihat keakraban neneknya dan Difia, hatinya menghangat tak sadar mulutnya berucap
"manis."
Tapi tak terdengar oleh siapapun, karena begitu pelannya.
Defano pun segera membayar makanannya, dan naik ke mobil, begitupun nenek Mirna.
Di dalam mobil nenek diam tak bersuara , auranya mendung, seolah-olah nenek sedih.
Defano menjalankan mobilnya menuju rumah.
diperjalanan Defano melihat nenek menitikan air matanya.
"nenek kenapa?" nek Mirna hanya menggelengkan kepalanya.
"nenek mau makan?" nenek pun menggelengkan kepalanya kembali
"nenek kenapa lagi?" seakan tak sabar Defano berbicara agak keras ke nenek, air mata nek Mirna keluar lagi lebih banyak.
Nek Mirna adalah satu-satunya keluarga Defano, orang tua Defano sudah meninggal, Defano hidup bersama neneknya dari SMP, dia sangat dekat dengan neneknya.
Hingga suatu saat nek Mirna jatuh dan sakit hingga penyakitnya ini merubah sifat nek Mirna yang selalu tegar dan kuat menjadi lemah, nek Mirna juga seakan lupa pada Defano, tapi Nek Mirna masih bisa membersihkan diri sendiri, sehingga Defano hanya mempunyai tukang bebersih aja dirumahnya.
Penyakit nek Mirna ini membuat Defano harus ektra sabar mengurusnya.
Nenek Mirna masih berlinang air matanya.
"nenek kenapa?" akhirnya dengan begitu sabar Defano bertanya lagi pada nenek.
"Difia.."
"kenapa dengan Difia?"
"nenek mau ketemu Difia?"
nek Mirna menganggukan kepalanya.
"besok kan ketemu nek."
Nek Mirna diam saja dan tak merespon apa-apa.
"yaudah sekarang kita ajak Difia, nenek senang?"
nenek pun mengangguk, dan tersenyum senang
akhirnya Defano mengalah, dia mau nelpon, tapi baru ingat tak punya nomor Difia, akhirnya Defano memutar arah, dan kembali lagi ke Difia.
"ternyata bukan aku saja yang suka dengan Difia, nenek juga."
Defano semakin bersemangat dia berencana membuat Difia mau ikut ke rumahnya dengan alasan neneknya.
Defano mulai memikirkan ide-ide brilian supaya bisa dekat dengan Difia, dengan bibir tersungging dan hati senang dia seakan ingin secepatnya ketemu Difia.
Mobil pun melesat cepat ke arah warung pecel lele, tak lama kemudian mobil sudah nangkring di depan warung.
"nenek diajak keluar dari mobil oleh Defano, nenek hayu nek, katanya mau ketemu Difia, nenek yang ajak ya, kalo Defano yang ajak, Difia gak akan mau."
Defano membujuk nenek.
"nenek Mirna mengangguk patuh."
Defano tersenyum senang dan langsung masuk ke warung pecel lele, kebetulan pembeli hanya dua orang yang sedang makan, Defano pun langsung bicara sama Difia.
"Difia.."
Difia menoleh, kaget dan heran melihat orang yang baru pulang sudah ada di warung lagi.
"apa dia lapar lagi ya?" fikir Difia.
" iya pak ada apa ya? mau beli lagi, atau dibungkus?" Difia langsung saja bertanya.
"hem...Difia nenek mau bicara." kata Defano
Difia melirik nenek Mirna.
"ya nek ada apa? ada yang kelupaan kah?"
Difia bertanya pada nenek dengan lembut.
nenek melirik Defano, yang dilirik hanya mengangguk.
"Difia ikut nenek."kata nenek
"maksudnya gimana ya pak?"
"tadi nenek sedih dan menangis, nenek ingin sama kamu pulangnya."
"Difia kerja nek, dan Difia ada tempat sendiri, jadi nenek sama pak Defano aja ya."
nenek Mirna menggelengkan kepalanya
" Difia kamu harus tanggung jawab, karena kamu sudah membawa nenek, maka kamu harus ikut kerumah saya, kalo tidak kamu tidak akan saya beri nilai." Defano mengeluarkan jurus terampuhnya supaya Difia mau ikut bersama nenek ke rumahnya.
Difia hanya melongo mendengar ancaman itu.
"Hah maksud bapak apa, perasaan gak ada hubungannya nilai sama nenek, kan nilai keluar kalo saya bisa mengerjakan tugas pelajaran, gak ada hubungannya sama sekali."
"hubungannya yaitu saya dosen kamu dan kamu butuh nilai dari saya."
"gak bisa gitu dong pak" Difia menolak kata-kata Defano
"bisa."
"Difia..." Nenek Mirna seperti memohon pada Difia
"gimana ya?" Difia ragu
"bu gimana ini, saya bingung, ko jadi gini ya, niatnya nolong, malah saya kayak yang disalahkan."
"yang sabar ya, smoga Allah melindungi mu"kata ibu
"amiin."
"hem..yaudah lah pak saya ikut."
Defano memutarkan badannya dan tersenyum, tanpa diketahui oleh Difia
"yes berhasil...." Defano mengeratkan tangannya saking bahagia, dia sudah menyusun rencana selanjutnya di dalam otak jeniusnya.
pak saya ikut bapak tapi tunggu ini tutup dulu, sampai jualan habis pak, sebentar lagi.
"kelamaan, nenek saya sudah ngantuk, kamu mau tanggung jawab kalo nenek saya tak bisa tidur nyenyak."
"terserah bapak, mau nungguin atau nanti saya deh nyusul sendiri." kata Difia.
"gak boleh, harus sekarang, ya sudah daripada kamu banyak alasan lagi, saya borong semua sisa dagangan kamu." Defano mulai gak sabaran.)
"beneran pak." Difia heran dengan Defano
"Cepetan, saya gak bisa nunggu lama lagi
" i..iya pak tunggu." akhirnya Difia pun menurut
"jni mau disatuin atau dipisah pak?"
"dipisah aja, nanti kamu bagikan pada orang-orang dipinggir jembatan sana."
Difia mulai merasa kagum, ternyata Defano adalah sosok yang sangat baik, selain mau mengurus neneknya yang sudah tua, dia juga dermawan.
" deg..deg...deg.."hati Difia berdegup
hatinya panas, Difia berusaha menguasai keadaan.
"huh apa ini, jantungku ko jedag jedug lagi?"
"pak ini sudah semua, mau ditaruh dimana pak?"
"di jok belakang aja nanti sama kamu."
"iya pak."
Difia pun membantu ibu membereskan daganganya, setelah selesai semuanya, Difia segera masuk mobil, karena Defano sudah menunggunya.
"bu saya duluan ya."
"pak boleh saya mampir ke kosan, sebentar aja pak."
tanpa bicara Defano segera meluncur sesuai arahan Difia.
tanpa menunggu lama Difia segera mengambil keperluan nya, dan masuk lagi ke mobil,
Defano pun langsung berangkat menuju rumahnya.
diperjalanan Difia turun untuk membagikan makanan yang sudah disiapkan
"Alhamdulillah beres pak."
"yasudah sekarang kita pulang."
mereka pun sampai dirumah Defano
Nenek segera diantar Defano ke kamarnya, Difia membantu nenek membersihkan diri, setelah itu Difia pun membersihkan dirinya.
Nenek Mirna menepuk bantal menyuruh Difia untuk segera tidur disampingnya.
gimana kisah selanjutnya..
terus dukunenek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments