16

"Bagaimana dokter?" Ucap bu Haji Zenal pada dokter yang memeriksa Sani.

"Jangan dulu terkena basah yah! Barang satu dua hari, agar lukanya cepat kering." Saran Dokter pada Sani.

"Tapi dok bagaimana kalau mau mandi. Saya kurang nyaman kalau tidak mandi." Sani melayang protes.

"Gak apa-apa tunggu sehari saja. Kalau kering boleh mandi dan jangan biarkan lukanya basah, cepat keringkan ya!" Dokter kembali memberi saran pada Sani.

"Baik dok! Terimakasih!" Ucap Sani.

"Sama-sama." Dokter itu tersenyum ramah.

Setelah menyelesaikan urusan administrasi, Farhan mendekati uminya.

"Mi.. apa tidak ada baju yang pantas Sani pakai? Kasian dia pakai baju kaya emak-emak gitu?" Farhan sejak melihat Sani memperhatikan penampilannya merasa kasihan memakai baju daster lusuh dan kerudung yang sudah tidak layak pakai.

"Umi badannya besar. Sani kan kecil. Pastinya baju Umi kebesaran. Tadi mau beli dulu kayaknya nanggung. Sekarang umi mau beli di pasar saja sambil lewat. Kalau ke mall Umi kurang suka. Kalau sama kamu nanti malah kamu yang malu." Imbuh bu Haji Zenal ibunya Farhan.

"Ya udah umi belikan beberapa kebutuhan Sani. Ini uangnya. Kalau kurang nanti Farhan ganti." Farhan memberikan uang kes yang ada di dompetnya sekitar 1,5 jt.

"Iya. Nanti umi belikan semua kebutuhan Sani. Kasihan juga anaknya masih remaja mungkin seleranya juga selera anak muda. Biar nanti umi belanjanya bareng saja sama Sani biar di coba dahulu." Terang bu Haji Zenal pada Farhan.

"Iya mi. Farhan tunggu saja di mobil. Biar umi leluasa memilih pakaiannya." Ucap Farhan yang tahu kalau para perempuan belanja pastinya butuh waktu yang tidak sedikit.

Mobil pun melaju kembali pulang. Sebelum sampai ke rumah, Farhan mampir di satu pasar yang biasa dilewati sebelum ke rumahnya. Bu Haji Zenal dan Sani turun untuk berbelanja kebutuhan Sani.

Bu Haji memilih baju yang kira-kira cocok dengan Sani juga memilih beberapa underware yang cocok di ukuran Sani.

"Bagaimana Sani cocok tidak pakaiannya?" Bu Haji meminta pendapat terlebih dahulu sebelum membayar semua belanjaannya.

"Bagus bu Haji." Wajah Sani terlihat senang telah dibelikan baju dan beberapa kebutuhannya.

"Terimakasih bu Haji sudah membayarkan pengobatan juga telah membelikan semu barang ini untuk saya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bu Haji dengan berlipat ganda." Ucap Sani dengan tulus mendoakan kebaikan bu Haji Zenal padanya yang sudah berbaik hati menolong dan mau membelikan semua pakaiannya.

"Aamiin. Tapi semua itu yang memberi bukan bu Haji tuh.. Mas Farhan. Mas Farhan yang membayarkan semua ini." Ucap bu Haji yang memberitahu Sani. Bahwa semua yang Sani dapatkan Farhan lah yang telah membayarkannya.

"Oh.. iya bu Haji. Nanti saya mau berterima kasih pada mas Farhan." Ucap Sani memperbaiki perkataanya.

"Iya." Bu Haji Zenal tersenyum senang melihat Sani mempunyai sopan santun yang baik.

Setelah selesai berbelanja Sani dan bu Haji Zenal kembali masuk ke dalam mobil. Terlihat Farhan sedang menerima telepon.

"Iya. Saya paling dia hari lagi pulang ke Singapura. pak. InsyaAllah nanti saya kabari lagi kalau sudah sampai." Ucap Farhan mengakhiri pembicaraan dengan orang di seberang telepon.

"Iya. Assalamu'alaikum." Farhan pun menutup sambungan telepon jarak jauhnya.

"Sudah belanjanya mi?" Farhan menoleh ke bangku belakang.

"Sudah."

"Baik kita sekarang pulang kalau umi tidak ada lagi keperluan." Farhan menyalakan mobilnya.

"Eh.. nak. Tadi umi dengar kamu lusa mau pulang ke Singapura?" Bu Haji Zenal yang mendengar sepintas pembicaraan Farhan agak terkejut dengan rencana kepulangan putra ke duanya.

"Iya mi. Bos Farhan masuk rumah sakit. Dia meminta Farhan untuk segera kembali. Banyak pekerjaan yang harus Farhan tangani mi." Farhan terlihat lesu. Tadinya Farhan berencana satu bulan akan berlibur di Indonesia. Tapi baru juga dua hari sudah di telepon asisten bosnya.

"Wah bagaimana rencana dengan pertemuan bersama keluarga Nisa? Apakah besok malam saja kita ke sana? Nanti keburu kamu pulang lagi. Padahal dari kemarin ibunya Nisa sudah beberapa kali menanyakan kedatangan kamu Farhan." Ucap bu Haji mengabarkan tentang rencananya mengenalkan Farhan pada keluarga Nisa.

"Mmm. Gimana nanti aja mi. Soalnya Farhan belum siap untuk menikah sekarang-sekarang." Farhan agak sungkan untuk menolak perjodohan.

"Ya kan kenalan dulu! Kalau kamu cocok kamu bisa melamarnya. Tapi masa iya tidak cocok Nisa orangnya gaul Farhan. Dia tidak ketinggalan kalau dibandingkan dengan perempuan Singapura." Ucap bu Haji Zenal dengan antusias.

"Iya mi. Nanti kita bicara lagi di rumah." Farhan menyudahi pembicaraannya karena fokus sedang menyetir.

Tak lama kemudian sampailah mereka kembali di rumah.

"Sani kamu ganti pakaiannya ya! Jangan pakai baju itu lagi!" Ucap bu Haji penasaran dengan penampilan Sani dengan hasil belanjanya.

"Baik bu Haji."

"Kamu sekarang tinggal disini dulu. Untuk sementara sekamar dulu sama bi Inah. Nanti kalau kamu sudah sembuh kamu boleh menempati ruangan yang ada dekat mesjid." Ucap bu Haji Zenal.

"Iya. Baik bu Haji. Eh mas Farhan saya ucapkan banyak terimakasih atas bantuan mas Farhan. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mas Farhan dengan balasan kebaikan berlipat ganda." Ucap Sani sambil sedikit membungkuk.

"Iya. Aamiin." Jawab Farhan yang sedang duduk sambil berselancar dengan handphonenya.

"Ayo coba bajunya. Bu Haji pengen lihat baju tadi!" Rupanya bu Haji sangat penasaran dengan baju yang dibelinya. Itulah perempuan, selalu saja senang jika berbelanja.

"Baik bu haji." Sani segera ke belakang diantar bi Inah ke kamarnya.

"Wah neng Sani beruntung. Pas datang pas ada mas Farhan. Mas Farhan itu orangnya dermawan neng. Bibi saja sering dibelikan baju sama oleh-oleh sama mas Farhan." Bi Inah ikut senang melihat Sani membawa banyak belanjaan. Walaupun kwalitas pasar tapi modelnya bagus-bagus tak kalah dengan baju-baju yang ada di mall.

"Iya bi. Saya juga senang bisa bertemu dengan keluarga bu Haji. Semoga saya tidak mengecewakan ya bi." Ucap Sani sambil memilah baju-baju yang pantas di pakai di rumah.

"Wah cocok sekali neng Sani. Kamu pada dasarnya sudah cantik. Memakai baju butut itu juga masih kelihatan cantik apalagi memakai baju ini. Wah.. pasti mas Farhan naksir." Bi Inah bicara seadanya tanpa bisa difilter.

"Sssst. Bi Inah jangan bicara begitu. Bagaimana kalau kedengaran sama bu Haji. Mas Farhan mau dijodohkan sama teman bu Haji. Kalau sampai mendengar bi Inah bicara begitu, nanti saya tidak enak sama beliau." Ucap Sani yang tadi mendengarkan pembicaraan antara Farhan dan bu Haji Zenal.

"Oh..Maaf bi Inah tidak tahu."

Terpopuler

Comments

budi artwork

budi artwork

semangat menulisnya thor😁

2023-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!