"Tunggu sebentar. Saya akan telepon anak saya dulu!" Bapak Satpam tadi rupanya menaruh iba pada Sani.
"Halo."
"Iya Halo!"
"Indra kamu lagi dimana?"
"Di rumah teman pak!"
"Kamu bawa motor ke sini sekarang!"
"Duh pak, sekarang?" Terdengar suara yang agak keberatan.
"Iya sekarang." Pak Satpam agak menaikkan volume suaranya dalam penekanan.
"Baiklah. Sebentar Indra pinjam dulu motornya." Suara itu terdengar lemas, lalu terdengar bunyi tut..
Handphone pun ditutup begitu suara di seberang tak terdengar lagi.
"Nama adek siapa?" Tanya Satpam melihat Sani.
"Saya Sani pak."
"Kenapa ibumu sampai mengusir kamu?" Satpam tadi agak penasaran.
"Hhhmm. Saya di suruh bekerja pak, tapi saya tidak mau karena pekerjaannya tidak cocok." Sani agak bingung menerangkan masalahnya. Terpaksa agak sedikit berbohong.
"Hhhm. Adek mau diantar pulang lagi?" Tawar Satpam dengan baik hati menawarkan jasa.
"Tidak pak! Rumah saya jauh. Kalau saya sekarang pulang saya akan dikejar orang jahat yang memperkerjakan saya." Sani agak takut jika harus pulang ke kampung halamannya.
Satpam itu melihat dari ujung rambut sampai ujung kaki Sani. Walaupun sebagian tergores luka dan perban tapi Sani kelihatan cantik alami.
'Kenalkan nama saya pak Karim satpam rumah sakit ini. Saya kebagian shif siang kemungkinan akan pulang malam. Nanti anak saya Indra akan datang kesini untuk membawa kamu ke rumah saya. Untuk sementara kamu boleh tinggal di rumah saya bersama keluarga. Tapi saya mau bertanya sebenarnya adek datang dari kota mana?"
"Saya dari kota I pak! Jauh kan pak?"
"Oh.. jauh. Kenapa sampai di Jakarta?"
"Saya tadi diperjalanan ada yang nabrak pak. Dan saya tidak ingat karena pingsan. Tahu-tahu sudah ada di rumah sakit ini." Terang Sani.
"Pantesan aja!" Pak Karim terlihat manggut-manggut.
"Oh itu.. anak saya sudah datang. Kamu ikut saja sama anak saya. Nanti biar istri saya hubungi dulu ya!" Pak Karim melihat Indra mendekatinya.
"Assalamu'alaikum." Indra menghampiri pak Karim lalu mencium punggung tangannya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi." Pak Indra mengusap kepala Indra.
"Dek. Sekarang pulanglah sama Indra ya!"
"Duh pak! Indra harus bawa dia ke rumah?" Indra nampak keberatan.
'Iya. Kasihan dia tak ada keluarga disini." Pak. Karim yang terbiasa menaruh iba merasa kasihan pada Sani.
"Tapi pak bagaimana nanti ibu?' Indra kelihatan bingung jika nanti ibunya akan protes.
"Gak apa-apa. Nanti biar bapak yang bicara. Sekarang kamu bawa dia dulu ke rumah. Kasihan dia masih terluka dan membutuhkan bantuan." Jawab pak Karim lembut.
'Iya deh pak. Indra nampak malas untuk melawan.
"Ayu naik!" Indra menyuruh Sani menaiki motor.
"Maaf.. saya merepotkan." Sani berbasa-basi.
"Pastinya." Indra menjawab ketus. Karena akan terbayang sebentar lagi ibunya akan syok dan akan ada keributan seperti biasa di rumahnya ketika ayahnya selalu membawa orang asing dari rumah sakit. Ini bukan pertama kalinya bagi Indra membawa orang asing suruhan ayahnya.
"Terimakasih kasih pak bantuannya. Saya tinggal dulu ya pak!" Sani pamit.
"Iya hati-hati!" Pak Karim tersenyum. Walau wajahnya seperti garang tapi hati pak Karim begitu lembut mudah terenyuh.
Motor yang dibawa Indra pun berlalu menuju rumahnya dipetakan kecil di sebuah gang di kota Jakarta.
Sementara itu pak Karim menelpon istrinya terlebih dahulu.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
"Bu.. maaf barusan ayah menyuruh Indra membawa Sani ke rumah kita. Bapak harap ibu tidak marah ya! Kasian anaknya korban tabrak lari tak ada keluarga di Jakarta. Bapak menyuruh anak itu menginap dulu di rumah kita. Bagaimana bu?'
"Aduh bapak... suka kebiasaan bawa-bawa orang teh... Tahu rumah kita sempit anak kita banyak. Mau ditaruh dimana lagi pak? Memangnya kita punya kamar lebih?" protes istrinya.
"Kasian bu! Bapak tidak tega lihatnya. Sekalian kalau dia datang kasih pinjam baju ibu dulu sama kasih makan." Pinta pak Karim pada istrinya.
"Ih bapak.. gimana suka seenaknya saja nyuruh ibu." Kedengarannya istri oak Karim agak kesal.
"Gak pa-pa bu ibadah menolong orang. Kita juga hidup banyak ditolong orang bu! Harus inget bu.. kita sampai disini juga dibantu orang." Pak Karim mengingatkan istrinya tentang perjuangan datang ke Jakarta dan sampai bisa bekerja di rumah sakit karena bantuan orang lain." Pak Karim mengingat kan istrinya.
"Iya deh pak." Istrinya pak Karim menutup telepon tanpa salam.
"Astaghfirullah.. " Pak Karim. menghela nafas berusaha sabar menghadapi istrinya.
Tak lama kemudian Indra sampai di depan rumahnya.
"Turun!' Dia berbicara ketus. Sani pun turun dengan meringis masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Mau tidak mau Sani mengikuti Indra masuk ke dalam rumahnya. Sani tak tahu harus kemana lagi melangkahkan kakinya tak ada sanak atau pun family yang dikenalnya saat ini.
"Assalamu'alaikum." Indra mengucap salam.
"Waalaikum salam." Jawab ibunya yang muncul dari balik dapur.
Dia melihat Sani dengan tatapan sinis.
"Siapa lagi ini? Memangnya rumah kita tempat sosial apa!" Dia melengos kembali ke dapur.
"Duduklah! Jangan sampai ibuku kesal! Aku tak ingin ada keributan di rumah ini!' Indra bicara dingin pada Sani. Walaupun dalam hatinya sebenarnya merasa kasihan melihat Sani yang penuh luka harus diperlakukan seperti itu.
Indra membawa baju training dan kaos yang kira-kira bisa dipakai Sani dari tumpukan baju yang ada di lemari plastik.
"Pakailah! Ganti disana!" Indra menunjukkan sebuah kamar yang biasa dipakai adik-adiknya untuk tidur.
"Terimakasih." Sani menerima baju pemberian Indra lalu berjalan ke arah kamar yang baru saja ditunjukkan Indra.
"Hei.. kakak siapa?" Suara itu mengagetkan Sani begitu memasuki kamar tersebut. Ada 3 orang perempuan anak yang umurnya tak jauh berbeda seusia anak SD sedang asik berkutat membuka buku.
"Hei.. perkenalkan nama kakak Sani." Sani tersenyum lalu menyodorkan tangannya untuk berkenalan dengan ketiganya.
"Aku Mira, dia adiku Sara, dan dia Fadil." Anak yang paling besar diantara mereka memperkenalkan nama satu persatu.
"Lah kenapa dengan tubuh kakak?" Salah satu dari anak yang bernama Sara melihat luka yang ada pada Sani.
'He he kakak habis jatuh dek." Jawab Sani.
"Duh kasian." Fadil mendekati Sani.
"Kakak boleh ganti baju disin dek? Sani berusaha sopan meminta izin
"Oh iya kak. Silahkan. Maaf kamar kita berantakan. Mira menggeser beberapa barang yang berserakan.
"Tidak apa-apa dek! Nanti kakak bantu beres-beres."
"Gak usah kak. Biar aku saja! Kata bapak kita harus memuliakan tamu bukan menyuruh tamu beres-beres. Apalagi kak Sani sedang terluka." Jawab Mira fasih.
"Dek.. kita keluar dulu yuk!" Mira mengajak keluar adik-adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
budi artwork
Sani anak sholehah
2023-01-25
0
Najwa Nibras
judes banget si ibuu
2022-12-23
0
Yuli Fitria
Aih aku pikir Indra juga baik 😪 kenapa ketemu yang ketus² gitu Thor kan kasian 😔
2022-12-05
0