5

Rijal dengan wajah cemas sambil memegang buku matematika Sani bolak balik ke kelas Sani. Tak dilihatnya Sani sejak pagi bahkan sekarang menjelang bubaran sekolah.

"Lagi ngapain lu Jal?" Salah satu teman Rijal merasa heran dengan sikap Rijal seperti mencemaskan sesuatu

"Nunggu Sani. Apa ada kabar dari walas tidak ya? Gue telepon dia handphonenya gak aktif gitu!"

"Lah kenapa juga gak lu datengin ke rumahnya?" usul Hendri teman Rijal yang sekelas dengan Sani.

"Elu tau sendiri emaknya galak banget!" Ketua Rijal pada Hendri.

"Tau gitu.. tapi suka kan sama anaknya, He he." Hendri menyindir Rijal.

"Udah elu suka ikut campur urusan orang." Protes Rijal.

"Wah emang enak sih lagi panas-panas gini makan es campur. Rasnya nyesss... " Hendri memegang tenggorokannya sambil mengusapnya seperti bintang iklan sebuah larutan di televisi.

"Tuk.. Tuk. " Rijal mengetuk kening Hendri.

"Duh sakit Ijal.. " Hendri memegang keningnya merasa sakit karena Rijal cukup keras mengetuk kening Hendri dengan tulang jari-jari tangannya.

####

Dilain tempat Ira yang diantar Mei dibonceng mas Bejo menuju tukang urut kenalannya. Setelah Sani berangkat, Ira bergegas dandan dan mengajak Mei ke tukang urut agar Mei tidak terlalu melamun.

Meski dia terlihat dingin Ira yakin hatinya sedang sedih. Ibu mana yang tidak sedih harus berpisah dengan anaknya? Hanya ibu tak punya nurani yang bisa melakukannya.

"Duar."

Seketika motor yang sedang dikendarai meleok-leok hilang kendali.

"Bruk." Suara itupun mengakhiri Motor mas Bejo yang meliuk-liuk seperti adegan film kungfu, mabok.

"Mas Bejo gimat sih?" Mei melayangkan protes.

Ira meringis. Setelah kakinya keseleo sekarang jatuh pula dari motor.

"Maaf mbak kayanya ban saya meletus balon hijau deh!" Mas Bejo bangkit lalu mengamati motornya yang tadi menimbulkan ledakan.

"Wah mbak kayanya motor saya harus ganti ban." Keluh Mas Bejo mengamati ban motornya dengan kerutan di dahi.

"Terus begaimana dengan saya mas Bejo?" Ira yang sudah pasrah dengan kakinya yang sakit tak berani berjalan.

"Sebentar saya telepon teman saya ya. Buat gantikan mbak mengantar ke tukang urut." Mas Bejo menekan nomor di layar handphonenya.

"Wah sinyal putus mbak. Gak Ada sinyal sama sekali." Mas Bejo nampak mengacung-ngacungkan handphonenya berharap dapat sinyal bagus untuk komunikasi.

"Duh bagaimana mas Bejo masa saya harus jalan kaki? Mana masih jauh lagi." Keluh Ira. Sejak keberangkatan Mei tak terdengar berbicara walau baru saja mendapatkan insiden.

"Begini saja ya mbak, Saya ke bengkel dulu. Mbak mau menunggu disini?" Saran mas Bejo mengusulkan ide nya.

"Ya sudah saya tunggu saja. Mau bagaiman lagi" Bibir Ira maju ke depan, cemberut.

"Kalau begitu mas Bejo mau mencari bengkel dulu ya. Mbak sabar ya!" Mas Bejo sebenarnya tidak enak hati. Karena kelalaian nya memeriksakan motornya akhirnya ban motornya mengalami pecah ban. Untung saja selamat.

####

Sepanjang jalan Sani hanya bisa menatap ke luar jendela tanpa tahu apa yang dilihat. Dia terdiam dan hanya pikirannya yang berbicara.

Hatinya kian tak tenang bagaimana kalau rencananya tidak berhasil.

Jalanan yang dilaluinya kini jauh meninggalkan tempat kediamannya. Entah mau kemana dia akan dibawa oleh sopir mobil yang tadi pagi membawanya.

Dengan degupan jantung kian tak beraturan Sani sedang menyiapkan sesuatu di tangan nya dan menunggu jalannya sepi.

"Awww... sepersekian detik sopir mengaduh merasakan perih matanya. Lalu mobil yang dia tumpangi pun akhirnya hilang kendali dan menabrak satu pohon di pinggir jalan.

Brukk

Mobil itu pun ringsek bagian depannya. Dan sopirnya pun terkena benturan di area kepalanya, dan pingsan.

Sani yang duduk di bagian belakangnya pun sempat terhuyung ke depan. Tapi untungnya tidak cedera. Sani segera keluar dari mobil. dan naas mobil dari arah belakang tak mengira Sani akan membuka pintu sehingga Sani pun terseret beberapa meter terbawa laju mobil yang di belakang.

Cekitttt

Suara decitan sempat keras terdengar.

"Sial. Apa kamu menyeret seseorang?" Bentak orang yang sedang duduk di belakang.

"Maaf tuan. Mobil yang di depan membuka pintu tiba-tiba. Dan posisinya juga tidak aman. Jadi saya tak bisa memprediksi." Orang kepercayaan nya tergagap. Sebagai manusia biasa dia pun pastinya kaget bukan main.

"Lihat! Kalau sekiranya dia mati biarkan saja! Tapi kalau masih bisa ditolong bawa ke rumah sakit nanti sesampainya kita di tempat aman." Matanya bagaikan pedang yang terhunus menatap ke depan spion depan mengancam orang yang harus saja diajaknya bicara.

"Baik. Saya ke depan." Tanpa menunggu lama dia ke luar mobil berjalan melihat korban yang telah ditabraknya.

"Tolong aku.. " Suaranya itu lirih terdengar. Dia terbaring lemah dengan luka gores yang cukup serius karena terseret beberapa meter.

Laki-laki yang ada di depannya menatap inten dia mengamati seberapa parah luka korban yang ditabraknya. Darah mengalir dari mulai dahi, tangan juga lutut.

Laki-laki itu berbalik lalu berjalan untuk melaporkan seberapa parah korban yang ditabraknya.

"Maaf tuan, dia masih sadar. Dia... mengalami pendarahan sekitar area yang terseret."

"Bawa cepat sebelum ada kendaraan yang lewat!"

"Baik."

Laki-laki tadi berjalan ke depan lalu mengangkat Sani yang sudah penuh luka dan darah.

"Baringkan disini!" Laki-laki yang memerintah sudah membuka jasnya dan menaruhnya di pangkuannya.

"Baik." Dia membaringkan Sani yang terluka dengan posisi kepalanya dipangkuan laki-laki yang memerintah tadi.

"Tutupi luka kakinya dengan jasmu!"

"Baik." Laki-laki itu pun menutup area kaki Sani yang sudah tidak terlihat mulus karena luka dan darah.

"Jalan cepat!" Perintah laki-laki itu.

"Baik." Laki-laki tadi memutar laku duduk kembali di bagian depan setir, menjalankan mobil yang dikendarainya di atas rata-rata.

Sani meringis menahan sakit yang dideranya di seluruh tubuhnya. Dia tak peduli rasa sakit yang kini dialaminya. Yang penting buat Sani sekarang bisa melarikan diri adalah hal utama.

Dia menatap laki-laki yang sedang memangku kepalanya. Walau terlihat pandangannya menjadi berkunang-kunang, Sani masih bisa melihat wajah tampan yang dimiliki laki-laki itu.

Merasa diperhatikan, laki-laki itu menatap perempuan yang sedang dipangkuan nya. Entahlah sekian lama dia dekat dengan banyak wanita baru kali ini dia merasakan desiran aneh yang terasa di hatinya. Dia menatap inten dari mulai ujung rambut sampai bawah.

Dia cantik dan menarik

Dia langsung memalingkan wajahnya. Lalu menatap ke depan dengan suasana hati yang tidak bisa diartikan. Baru kali ini hatinya seperti hidup kembali setelah sekian lama dia menutup hati setelah putus beberapa tahun yang lalu karena hubungan yang tak direstui.

Terpopuler

Comments

Yuli Fitria

Yuli Fitria

Semoga penolongnya baik ya San

2022-12-04

1

R.F

R.F

bom like dan favorit hadir kak, semNgat like balik iya

2022-10-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!