Operasi yang di lakukan Aditya berhasil meski memakan waktu yang cukup lama, karena ini merupakan operasi tepat ke 100x bagi Aditya selama menyandang status dokter ahli bedah termuda,
Raut wajah lega dan bahagia terlihat jelas di wajah Aditya,
"Selamat dit, Operasi mu berjalan lancar "
"Terima kasih Naura, aku juga merasa lega saat ini,kau tahu, betapa takutnya tadi aku, mengingat siapa yang aku tangani saat ini, untungnya saat aku melakukan Operasi, aku ingat istriku, berkat doa nya aku bisa "Ucap Aditya tanpa sadar, saat Aditya tersadar akan ucapannya ia sendiri menjadi heran, terlihat wajah Naura yang kini sudah berubah, dari yang tadi selalu tersenyum kini telah menjadi pias.
"Istrimu... bukankah hubungan kalian tidak baik-baik saja, bahkan kau sering berkata kasar padanya, apakah kau sudah baikan dengannya?" tanya ragu Naura dengan wajah penuh kecewa
"Emmm ... kami baik-baik saja Ra, ya sudah aku keruangan ku dulu ya, terimaksih untuk ucapan nya" ucap Aditya yang terlihat terburu-buru melangkah ke ruangan nya, sedangkan Naura kini menjadi kesal, ia menatap Aditya penuh dengan emosi
"Aku tidak akan membiarkan kalian baik-baik saja dit, kau harus ada di sisi ku "
Ucapan penuh ambisi itu terlihat menyeramkan di wajah Naura yang cantik
sedangkan Adit duduk bersandar di kursi nya seraya menengadahkan kepalanya, mengingat kata yang tiba-tiba ia katakan pada Naura
"ckkk... Mengapa aku terima dia, apakah karena ucapan ibu tadi ya
*****
"Aisyah, Antarkan makanan ini ke suamimu, sekarang suamimu sedang melakukan operasi besar ia pasti belum makan siang tadi, jika dia belum selesai kau taruh saja di ruangannya"
"Tapi Bu ... apakah tidak apa-apa Bu, Aisyah takut, mas Aditya nanti marah"ucap ragu Aisyah
"Tidak akan sayang, karena tadi Aditya sendiri yang memintanya, berangkatlah mang Asep akan mengantar mu"Ucap Martha
"Baiklah bu, kalau begitu Aisyah ganti baju dulu bu" ucap Aisyah seraya mencuci tangannya,
dengan segera Aisyah bersiap-siap untuk pergi ke Rumah sakit dimana suaminya bekerja
"Mari neng ..."ucap mang Asep yang sudah membuka kan pintu mobil untuk Aisyah
"Terimakasih mang Asep ..." ucap Aisyah tersenyum, merekapun berlalu dari rumah besar itu, saat mobil Aisyah keluar dari gerbang, Sebuah sepeda motor masuk, yang tak lain lagi adalah Ramdhan, Ramdhan tentu melihat siapa penumpang dalam mobil itu
*****
"Assalamualaikum bik" ucap Ramdhan
"Waalaikumsalam , kau sudah tiba ram ... bagaiamana kabarnya ibu?"Tanya Martha seraya duduk di ruang tamu
"Nenek sudah jauh lebih baik bik, emmm... bik kakak ipar mau kemana?" tanya Ramdhan yang masih berdiri di samping bibik nya,
"Dia mau ke rumah sakit, Mau antar makan siang untuk Aditya"ucap Martha seraya membuka ponselnya
"Ke rumah sakit ?.. ohh.. ya sudah bik, kalau begitu Ramdhan pamit"ucap Ramdhan dengan tergesa-gesa
"loh... kok sudah mau pamit... tujuanmu kesini ini hanya untuk itu ... gak mau nemenin bibik duduk ram ...?" tanya Martha yang heran dengan keponakan nya, biasanya ia sangat suka menjahili bibiknya itu saat Aditya belum pulang dari tempat kerja nya
"Lain kali saja aku menggoda bibik, Ramdhan masih ada urusan yang penting bik"ucap Ramdhan seraya pergi tanpa memberi salam seperti biasanya
"Semoga saja tidak seperti yang aku fikirkan, semoga kau tidak melakukan kesalahan kali ini dit"
Gumam Ramdhan seraya menghidupkan sepeda motornya dan langsung berlalu dari rumah besar itu
*****
"Apa aku hubungi mas Aditya saja ya, ?" ucap Aisyah saat sudah tiba di depan rumah sakit, tadi mang Asep sudah memberi tahu dimana ruangan Aditya, namun dengan langkah ragu, Aisyah berjalan pelan seraya melihat kearah sekitar, perasaan nya deg degan, karena ini pertama kalinya selama mereka menikah, Aisyah mengunjungi tempat suami bekerja
Beberapa orang dan suster ada yang memandang Aisyah, wanita berpakaian syar'i dengan wajah begitu cantik, dengan tangan yang menenteng rantang makanan, pandangannya yang celingak-celinguk, membuat seorang suster bertanya akan tujuannya kemana.
"Bisa saya bantu mbak ...?" tanya sopan suster muda yang mana di dada bagian kanan tertulis namanya, Anita
"Emmm ... saya mau ke ruangan dokter Aditya sus, apakah beliau sudah berada di sana" tanya sopan Aisyah
"Baru saja operasi yang di lakukan dokter Aditya selesai, perlu saya antar mbak ...?"
"Ah tidak perlu sus, terima kasih, kalau begitu saya permisi sus" Ucap sopan dan senyuman Aisyah, membuat si suster tersenyum,
"Ais ... apakah dia istri dokter Aditya yang di perbincangkan suster-suster itu ... aslinya cantik sekali"
Ucap suster Anita seraya menatap langkah Asiyah dari belakang
saat tiba di depan ruangan Aditya, tangan Aisyah terhenti saat ingin mengetuk pintu, saat Aisyah mendengar suara tawa seorang wanita yang menggema di telinganya
"Hahaha... kau yang selalu mengerti ku dit ...sungguh ... hanya kamu yang mengerti aku ... terimaksih karena selama ini selalu ada untukku, apalagi, saat malam pertama pernikahanmu, kau harus meninggalkan istrimu hanya untuk menemaniku di apartemen, terimaksih ya dit" Ucap suara wanita itu, yang membuat dada Aisyah tiba-tiba terasa sesak
"Seharusnya aku tahu hal ini akan terjadi, dia memang tidak menginginkan aku, tapi mengetahui kenyataan nya sendiri kenapa hati ini terasa sakit..."
Gumam Aisyah dalam hati, matanya sudah mengembun namun ia masih bertahan di depan pintu,
"Dan juga ... bagaimana aku tidak bisa bergantung padamu, kalau kau selalu memenuhi keinginanku, saat kau dan istri mu sedang kerumah nenek, kau bahkan meninggal kannya dan rela tidak menemui nenek hanya karena aku bilang aku membutuhkan mu ... kau memang yang terbaik dit, " Ucap lagi suara wanita itu, yang kini sudah berhasil membuat pertahanan air mata Aisyah lolos, Bagaimana tidak ... bukankah alasan Aditya adalah ingin menjemput kak Reihan, kenapa dia ... ya tuhan ... bahkan dia rela tidak melihat nenek saat itu, Ucap Aisyah dalam hati
Aisyah ragu, ingin mengetuk pintu atau langsung pergi, jika ia meneruskan untuk mengetuk pintu, ia takut Aditya akan marah karrna sudah mengganggunya, tapi jika tidak, lalu bagaimana dengan makanan yang ia bawa ? Namun air mata terus menetes, dengan segera Aisyah mengusapnya
"Sabar... sabar Aisyah ... kau harus kuat ... kau harus bisa tersenyum jangan perlihatkan kelemahan mu"
Bathin Aisyah berucap pada dirinya sendiri, namun tak bisa Aisyah pungkiri, betapa terlukanya hatinya saat ini, saat Aisyah hendak mau pergi, sebuah tangan menghentikan langkahnya, tangan itu menahan bahu Aisyah agar terus bertahan, sejenak Aisyah terdiam, dan menghentikan langkah nya, sebelum ia melihat siapa sosok itu, dengan mengusap air matanya, Aisyah menoleh kearah pemilik tangan tersebut, betapa terkejutnya Aisyah saat melihat sosok itu,
"Jangan pergi ... dia adalah suami mu, kau yang lebih berhak atas dirinya" ucap sosok itu,
"Suami ... Itu ... itu ... tidak apa-apa ... bisa aku minta tolong padamu ... berikan ini padanya"ucap Aisyah yang kini sudah memalingkan wajahnya, tidak ingin orang itu melihat betapa menyedihkannya ia saat ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Eliani Elly
kasihan Aisyah
2022-08-04
1
Puja Kesuma
mmg betul aisha yg lbh berhak atas suaminya..tp jika suaminya bersikap arogan sama aisha gmn aisha punyak hak itu 😁
2022-06-18
1