12

"Apakah saya harus berhenti saja Dok dari pekerjaan saya?" tanyaku pada Dokter.

"Mmm... kalau melihat dari gejala penyakit Ibu secara kejiwaan itu namanya serangan panik. Tingkat Stres yang paling dasar tapi belum masuk ketergori stres. Ibu saat ini sedang banyak pikiran dan beban pekerjaan. Yah semua itu memang masalah hidup. Tapi jalan keluar yang ingin saya sampaikan di sini adalah... Ibu tidak harus berhenti bekerja. Karena apa? Benar memang satu masalah akan selesai dengan Ibu berhenti bekerja tapi pasti akan datang lebih banyak masalah lagi. Misalnya.. selama ini Ibu terbiasa mendapatkan uang sendiri dengan gaji Ibu. Selama ini Ibu menghabiskan waktu lebih banyak di kantor bertemu dengan teman - teman kerja dan harus berganti suasana rumah. Yah kalau Ibu tidak keberatan dengan itu sih tidak masalah. Tapi biasanya ada dua sumber keuangan rumah tangga kini hanya tinggal satu apakah tidak masalah?" tanya Dokter itu.

Apa yang dipaparkan Dokter ternyata sangat mengena langsung ke hatiku. Sebelum menikah aku sudah bekerja sampai sekarang. Aku tidak pernah membayangkan akan menjadi Ibu rumah tangga seutuhnya. Apakah aku mampu?

Memasak saja sehari - harinya mertuaku. Berbelanja ke pasar dan mengurus rumahku. Walau aku tidak meminta mertuaku untuk melakukan semua itu tapi katanya dia tidak ada kerjaan lagi di rumah ku makanya dia lakukan semua itu.

"Bu.. dalam hidup ini kita akan selalu menghadapi banyak masalah. Selesai satu masalah maka akan timbul masalah lain silih berganti. Yang ingin saya tekankan di sini kepada Ibu, bukan menghindari masalah untuk menyelesaikan sebuah masalah melainkan menghadapinya dan bagaimana cara Ibu keluar menjadi pemenangnya. Kedepannya nanti Ibu pasti akan bertemu dengan masalah yang mungkin lebih berat. Kalau Ibu sudah kuat, sebesar apapun masalah itu yakinlah Ibu pasti bisa melaluinya " nasehat sang Dokter.

Mataku berkaca - kaca menatap dokter tersebut.

"Selain gejala yang Ibu sebutkan tadi apalagi yang Ibu rasakan?" tanya Dokter.

"Saya sulit tidur Dok, selalu cemas dan berpikiran negatif. Gampang menangis jika memikirkan hal - hal yang sedih dan lebih suka menyendiri dari pada bertemu banyak orang" ungkapku.

"Cemasnya suka berlebihan Dokter. Nanti kalau saya dan anak - anak pergi dan lama kembali dia sudah sibuk menelepon" sambut suami.

"Iya Dok, saya sudah membayangkan hal - hal yang menyeramkan. Saya sepet melihat suami dan anak - anak saya kecelakaan penuh darah di tengah jalan. Perut saya langsung mules dan mengajak secepat ke kamar mandi" ungkapku.

"Nah itu yang dinamakan serangan panik" potong Dokter.

Aku terdiam mendengar ucapan Dokter.

"Baik kalau begitu saya akan kasih resep Ibu obat penenang ya berupa obat tidur. Kemudian ini obat cemasnya agar jantungnya tidak berdetak kencang, saya juga akan memberikan vitamin untuk Ibu. Minggu depan datang lagi ya ke sini" ujar Dokter

"Baik Dok" jawabku.

"Untuk Bapak, terus semangatin Ibu ya Pak dan bantu Ibu menenangkan dirinya. Kalau bisa bantu juga Ibu untuk tidak berpikiran negatif seperti tadi. Sebisa mungkin jangan terlalu lama tidak kasih kabar agar Ibu juga tidak berpikir negatif" pesan Dokter.

"Baik Dok" jawab Suamiku.

"Sudah selesai Dok?" tanyaku.

"Sudah, jangan lupa obatnya diminum ya Bu. Saya tunggu minggu depan" jawab Dokter.

Aku dan suami menjabat tangan Dokter dan berpamitan. Setelah keluar dari ruangan Dokter kami duduk di ruang tunggu untuk menunggu antrian pengambilan obat - obatan.

"Gimana pertemuan pertama ini dengan Dokternya?" selidik suamiku.

"Sejauh ini nyaman Yah dan Bunda merasa sedikit lega. Ternyata sakit Bunda belum terlalu berat" ungkapku.

Suamiku tersenyum kemudian dengan lembut dia membelai kepalaku yang tertutup jilbab.

"Cepat sembuh ya Bun. Ayah akan selalu ada disisi Bunda" ucap suamiku.

Aku membalasnya dengan senyuman.

Setelah obat selesai di tebus aku dan suami berpisah. Aku jalan menuju kantor sedangkan suamiku melanjutkan pekerjaannya ke lapangan.

Sesampainya di kantor Pimpinan Cabangku meminta surat rujukan dari Dokter.

"Mbak Anggi boleh saya fotocopy surat rujukan Mbak?" tanya Pak Bambang.

"Untuk apa Pak?" tanyaku.

"Saya ingin laporkan kepada serikat pekerja dan meminta perlindungan. Bahwa saat ini pegawai memiliki tekanan yang berat sampai sakit dan berujung terganggunya pikiran. Contohnya seperti Mbak Anggi ini. Maaf ya Mbak Anggi jangan tersinggung. Bukan Mbak Anggi saja yang stres dengan keadaan perusahaan seperti ini. Tapi banyak karyawan lain merasakan hal yang sama. Mbak Anggi akan kita jadikan salah satu contoh" ungkap Pak Bambang.

"Boleh Pak, kalau dengan cara ini bisa melindungi para karyawan lain. Saya berharap jangan ada lagi teman - teman yang merasakan sakit yang sama seperti saya" sambutku.

"Aamiin.. " jawab Pak Bambang.

"Sebentar ya Pak, saya copy dulu surat rujukannya" ujarku.

Setelah surat rujukan selsai aku copy, aku menyeragkannya kepada Pak Bambang. Tak lama kemudian ponselku bergetar tanda pesan masuk.

Pak Bambang mengupload suratku ke group Serikat Pekerja. Dibawah foto Pak Bambang memberikan keterangan kalau kesehatan para pekerja sudah terganggu bahkan sampai jiwanya karena keadaan Perusahaan yang memang sudah tidak kondusif dan nyaman lagi.

Banyak sambutan dari teman - temanku di kantor cabang lain. Ada yang mendoakan aku sembuh, ada juga yang curhat mengalami hal yang sama ada juga yang tanpa perasaan mengejekku kalau aku hampir saja mendapatkan kertas merah. Alias surat keterangan gila karena aku berobat ke Dokter Jiwa.

Ya Allah.. niat baik saja bisa dapat sambutan seperti ini. Tanggapan baik dan buruk memang pasti selalu ada dalam hidup ini karena memang sudah begitulah garis kehidupan. Ada baik dan ada yang jahat.

Jika semua manusia di dunia ini baik pasti tidak akan ada neraka. Tapi jika semua manusia jahat apa gunanya surga diciptakan.

Pak Bambang datang menghampiriku.

"Mbak Anggi maaf ya kalau ada kata - kata di group yang membuat Mbak Anggi tersinggung. Sungguh tidak ada niat saya ingin mempermalukan Mbak Anggi. Saya justru ingin mengangkat permasalahan ini, kalau kita sudah tidak nyaman lagi bekerja dengan keadaan kantor yang seperti ini" ucap pimpinanku merasa bersalah.

"Tidak apa Pak saya mengerti. Biasalah Pak, selalu akan ada netizen yang tidak suka. Kita tidak bisa memaksa orang untuk berpihak kepada kita atau menyukai kita" jawabku.

"Terimakasih Mbak Anggi, syukurlah kalau Mbak Anggi mengerti. Jaga kesehatan Mbak Anggi karena perjuangan kita masih panjang. Kita masih butuh banyak kekuatan untuk berperang" pesan pimpinanku.

"Iya Pak" sambutku.

Bersyukur hari ini aku bertemu dengan orang - orang yang bisa mengerti keadaanku saat ini dan banyak doa yang aku dapatkan hari ini.

Semoga Allah mengabulkan doa orang - orang yang saat ini sedang teraniaya. Aamiin... Doaku dalam hati.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Ety Nadhif

Ety Nadhif

bnr bnr saya baru ngalami yg namanya gejala asam lambung,,,,mungkin karna terlalu cape+ pikiran juga sih

2022-07-15

1

cantik imut

cantik imut

lanjut trs

2022-06-08

1

Yuli maelany

Yuli maelany

selalu semangat dan bersyukur dengan apa yang kita dapat,tanpa memikirkan orang yang selalu mencari kekurangan kita......🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

2022-06-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!