2

Aku dan suami kembali pulang ke rumah. Begitu motor kami sampai di depan rumah pintu langsung terbuka. Aku melihat wajah lega dari anak - anakku.

"Ayah.. katanya Kakek Nenek mau datang, tapi kami tunggu - tunggu tidak ada datang?" tanya Shifa.

"Maaf ya sayang ayah lupa menghubungi Kakek karena membantu Bunda di periksa dokter" jawab Suamiku merasa bersalah.

Si bungsu Rayyan menggenggam tanganku.

"Bunda sudah sembuh?" tanyanya khawatir.

Aku berusaha tersenyum untuk menghilangkan ke khawatirannya.

"Alhamdulillah sudah membaik sayang. Yuk kita masuk" ajakku.

Kami masuk ke dalam rumah, suami juga memasukkan motor dan mengunci pintu.

"Yaaah aku masih lemas, aku langsung ke kamar ya" ucapku pada suamiku.

"Iya Bun" jawab Suamiku.

Aku dan anak - anak masuk ke dalam kamar. Kami bersiap - siap untuk tidur. Kedua anak - anakku sudah naik ke atas kasur mereka yang berada di samping tempat tidur kami.

Aku adalah pegawai di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa yaitu asuransi. Pekerjaanku sehari - hari menerima keluhan nasabah. Jadi bisa dibayangkan apa yang aku hadapi sehari - harinya.

Suami bekerja sebagai marketing di perusahaan terkenal yang bergerak dibidang makanan. Kehidupan rumah tangga kami sederhana dan pas - pasan saja.

Tapi aku masih sangat bersyukur walaupun tidak bisa hidup mewah setidaknya tidak pernah merasa kekurangan. Apapun yang anak - anak inginkan InsyaAllah bisa dipenuhi.

Kami tinggal di rumah kontrakan dan hanya mampu membeli satu AC sehingga karena alasan itu anak - anakku masih tidur satu kamar dengan kami dan mereka tidur di kasur yang berbeda.

Aku menatap kedua anak - anakku yang mulai lelap tertidur. Mungkin mereka sudah mengantuk dari tadi tapi pasti rasa kantuk mereka terkalahkan oleh rasa takut karena di tinggal berdua di rumah.

Tadi adalah pengalaman pertama aku merasakan sakit yang seperti itu. Memang sudah lama aku menderita sakit asam lambung, kalau aku ingat - ingat sejak SMU dulu aku sudah mengidap penyakit itu.

Awalnya aku akan merasa pusing kalau perutku terasa lapar. Hanya saja karena aku sekolah dan pulangnya lama aku sering telat makan.

Ingatanku kembali melayang kembali saat aku sekolah dulu. Aku sekolah di Ibukota, orang tuaku sangat keras untuk pendidikan. Dia bersikeras kalau sudah SMU anaknya harus meninggalkan kampung dan sekolah di Ibukota.

Menurut orang tuaku kalau SMU sudah tinggal di Ibukota maka peluang untuk masuk universitas negeri lebih besar. Oleh sebab itu orang tuaku mengirim kami ke Ibukota setelah tamat SMP.

Karena aku tinggal di kos - kosan itu membuat hidupku terlebih waktu makanku berantakan. Ditambah lagi aku harus ekstra belajar untuk mengejar kekuranganku dibanding teman - temanku. Maklum aku adalah anak kampung. Aku merasa ilmuku jauh tertinggal dibanding teman - temanku di kelas.

Gejala awal yang aku rasakan dengan penyakitku ini aku sering merasa pusing, kemudian sakit perut dan ingin buang air besar. Saat BAB hanya air saja yang keluar, setelah itu baru muncul rasa mual dan akhirnya aku muntah - muntah.

Dulu aku tidak mengerti dengan penyakit asam lambung. Yang aku tau aku merasa pusing. Sehingga obat yang aku minum hanya obat pusing dan tidur. Dan alhamdulillah setelah itu aku merasa sehat kembali.

Suamiku masuk ke kamar dengan membawa segelas air hangat. Aku tersadar dari lamunanku.

"Bun diminum obatnya, biar malam ini bunda bisa tidur dengan tenang" ucap suamiku.

"Iya Yah" sahutku.

Aku menerima gelas yang diberikan suamiku dan meminum obat - obatan yang diresepkan dokter tadi.

"Bunda sudah Shalat Isya?" tanya Suamiku.

"Sudah yah" jawabku.

"Kalau begitu istirahat dan tidurlah. Jangan pikirkan yang macem - macem" perintah suamiku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan mulai menarik selimutku. Aku kembali teringat saat tadi aku mulai merasakan sakit di dadaku. Ayahku mengidap penyakit jantung dan sudah pasang ring.

Aku merasa dadaku kembali merasakan detak jantungku yang sudah normal berdetak.

Apakah seperti itu yang Ayah rasakan dulu saat dia terkena serangan jantung? Apa seperti itukah nanti saat kita sakratul maut?

Tanganku jadi berkeringat dingin. Ada rasa takut untuk mati. Aku kembali menatap anak - anakku yang sudah tidur dengan nyenyaknya.

Ya Allah, kalau aku mati bagaimana hidup kedua anak - anakku? Apakah mereka bisa hidup, bisa makan dan bersekolah? Ya Allah aku belum sanggup untuk meninggalkan mereka. Mereka masih terlalu kecil dan masih membutuhkan aku. Tolong sembuhkan penyakit ini ya Allah. Doa ku dalam hati.

Air mataku mengalir dari sudut mataku.

"Bunda kenapa nangis? Pasti sedang mikir yang tidak - tidak?" tebak suamiku.

"Yah kalau seandainya bunda meninggal, Bagaimana dengan kalian? Ayah kan masih muda, pasti ayah akan menikah lagi? Tapi bagaimana dengan anak - anak? Mereka akan punya ibu tiri. Apa Ibu Tiri mereka bisa menerima dan menyayangi mereka? Kalau mereka disakiti dan dipukuli bagaimana Yah?" tanyaku.

Air mataku semakin deras mengalir. Suamiku tampak menarik nafas panjang.

"Bunda jangan mikirin yang aneh - aneh. Ngapain di pikirin sesuatu yang belum pasti terjadi. Hidup mati seseorang siapa yang tau? Belum tentu Bunda yang duluan meninggal. Bisa jadi malah ayah duluan" jawab suamiku.

"Kalau ayah yang lebih dulu meninggal Bunda akan membesarkan anak - anak seorang diri. Bunda akan menyekolahkan mereka dengan sekuat tenaga Bunda. Bunda gak mau menikah lagi" ucapku masih menangis.

"Bunda jangan terlalu jauh mikirnya. Serahkan semua kepada Allah. Kalau Bunda yang lebih dulu meninggal kami akan tetap hidup. Bunda tidak bisa lagi memikirkan kami di dunia ini karena alamnya sudah berbeda. Jadi jangan dipikirkan lagi ya. Nanti kumat lagi sakitnya, sudah malam. Kalau Bunda dibawa ke Rumah Sakit lagi berarti Bunda gak sayang pada kami. Bunda tega meninggalkan kami?" tanya Suamiku.

Aku menggelengkan kepala kemudian menghapus air mataku. Aku kembali merebahkan tubuhku dan menarik selimut. Setelah itu aku mulai memejamkan mataku mencoba untuk mengosongkan pikiranku.

Berbagai pemikiran terus berseliweran di kepalaku tapi aku harus tidur, harus. Aku membayangkan saat - saat aku merasa sangat mengantuk sehingga berat sekali untuk membuka mata. Perlahan - lahan aku pun tidur dan terlelap.

****

Beberapa bulan kemudian.

"Mbak saya mau mengambil uang saya. Saya ingin menutup asuransi saya" ucap seorang nasabah kepadaku.

"Baik Bu, silahkan isi formulir ini" jawabku.

Wanita itu segera mengisi formulir yang aku berikan kepadanya. Setelah selesai mengisinya wanita itu mengembalikannya lagi kepadaku. Aku meraih formulirnya dan mulai memproses permintaan wanita itu.

Kemudian aku menyerahkan hasil pengajuan kepada nasabah itu.

"Cuma segini yang saya terima?" tanya wanita itu dengan nada tinggi.

Wanita itu terlihat sangat terkejut dan marah.

"Iya Bu" jawabku.

"Saya tidak terima, saya mau semua uang yang sudah saya setor dikembalikan semua. Saya tidak mau tau. Saat ini juga uangnya harus saya terima" ucap wanita itu dengan sangat marah.

Kepalaku mulai berdenyut, keringat mulai bercucuran, lututku mulai lemas dan aku mulai kesulitan bernafas.

"Tu.. tunggu sebentar ya Bu" ucapku pada wanita itu.

Aku segera meninggalkan nasabah itu dan menemui atasanku.

"Mbak tolong donk bantuin aku. Sepertinya asam lambung ku kumat. Tolong jelaskan kepada nasabahnya mengenai asuransinya" pintaku dengan wajah memelas.

Karena melihat wajahku sudah pucat dan berkeringat akhirnya atasanku merasa kasihan kepadaku. Dia segera mengambil alih nasabah tadi.

Aku segera berjalan menuju pantry. Mengambil segelas air hangat dan meminum obat asam lambung dengan segera. Setelah itu aku duduk sebentar dan meraba dadaku yang berdetak sangat kencang.

Aku tarik nafas dalam - dalam dan mulai memejamkan mata. Mencoba untuk menenangkan pikiranku dan menormalkan detak jantungku yang sangat kencang.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Ety Nadhif

Ety Nadhif

ya memang bnr kalau stres sebentar aja dah langsung sakit kepala,,perut mual

2022-06-30

1

githa.rhma

githa.rhma

berusaha utk ga strees tp ga bisa yaa gmna ga kambuh tuh penyakit 🙈

2022-06-10

1

shanty

shanty

sama kayak aku, kalo lapar pasti pusing

2022-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!