"Aw!"
Cyara memegangi keningnya yang terasa sakit akibat sentilan De. Dia mengusapnya perlahan-lahan sambil menatap pria yang ada di hadapannya. "Kok Cia disentil sih, Om? Salah Cia apa?"
Mendengar itu, De mengangkat wajahnya, menatap Cyara dengan tatapan membunuh. "Salahkan pikiran kotormu itu!" Ketusnya lalu melengos, mengalihkan pandangan matanya ke arah jendela. De memerhatikan suasana di luar sana, matahari bersinar begitu cerah, dengan langit membentang biru, hingga memberikan kesan ceria.
"Cia kan cuma—"
"Jangan mengelak! Introspeksi dirimu dengan benar. Kamu itu seorang wanita, yang benar saja sampai mau memeriksa bagian tubuhku yang terlarang," ucap De panjang lebar, tanpa menatap wajah Cyara.
Bisa gila dia lama-lama kalau terus-menerus berdekatan dengan Cyara.
De menyedikepkan kedua tangan di depan dada. Mencoba mengembalikan suasana hatinya yang sempat berantakan gara-gara gadis yang sedang memijat kakinya.
Bahkan sampai saat ini, De masih merasakan sakit pada pinggangnya.
Namun, Cyara tetap kukuh. Yakin bahwa dirinya tidak bersalah. Lagi pula tadikan ia hanya menatap gundukan yang ada di balik kain celana milik De, lalu apa salahnya?
"Memang salah Cia di mana? Setiap orang kan punya rasa penasaran, apa Cia tidak boleh memilikinya?" gumam gadis cantik itu menggerutu. Cyara terlihat cemberut, bibir kecilnya maju dengan alis yang menaut menjadi satu.
De meliriknya sekilas, ia mendengar samar-samar gumaman Cyara, tetapi De lebih memilih untuk diam saja.
Akan tetapi pilihan De sepertinya salah, sebab belum ada beberapa menit, Cyara kembali memanggilnya. "Om."
De menghela nafas panjang lalu memutar bola matanya jengah. Merasa bosan meladeni tingkah Kucing Dekil satu ini.
"Apa?!"
"Cia perhatikan Om selalu bicara dengan keras, memangnya sifat Om seperti itu yah?" tanya Cyara, merasa penasaran kenapa De tidak pernah bicara pelan-pelan. Terlebih saat bersamanya.
De menelan ludahnya kasar, dia bingung sendiri untuk menjelaskan pada Cyara, kalau dia bicara dengan nada keras, itu artinya dia tengah kesal. Akan tetapi bagaimana ia bisa menjelaskan seperti itu? Sedangkan orang yang suka membuatnya kesal adalah gadis di depannya ini.
"Sepertinya memang sifat Om yah, kelihatan sih dari mukanya," ucap Cyara setenang mungkin, bahkan ia tersenyum tanpa beban, padahal dia sudah berhasil membangunkan ular derik yang baru saja berhenti menggeram.
De mengepalkan tangannya, lalu membuat gerakan ingin meremass wajah Cyara. "Kudek, kau ini!" De gemas sendiri, dia sampai mengeratkan gigi depan saat memanggil Cyara dengan sebutan yang dia buat.
Bukannya merasa bersalah, gadis cantik itu malah nyengir seperti kuda. "Hati-hati, Om."
"Hati-hati apa maksudmu?" tanya De dengan wajah yang sudah tak dapat dikondisikan, dia menegakan badan dan menatap Cyara yang selalu bersikap tenang.
Cyara terkekeh kecil, seperti menertawakan sesuatu yang lucu. Dia mendekat ke arah De lalu berbisik. "Hati-hati pasiennya kabur, abis dokternya galak."
De langsung mendelik, dia menatap Cyara seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya. De mengulurkan tangan ingin meraih tubuh gadis cantik itu, tetapi sayang dia kalah cepat.
Cyara lebih dulu bangkit dan menatap De yang sudah seperti kesetanan.
"Ciaaaaaaaa," panggil De dengan sangat geram. Nafas pria itu terdengar memburu, dengan deru yang begitu hebat.
"Ampun, Om."
De hendak bangkit, otomatis hal tersebut membuat Cyara reflek. "Ampun, Om." Teriaknya sambil berlari untuk menyelamatkan diri dari serangan sang singa jantan.
Brak!
Cyara menutup pintu ruangan De dengan cukup keras, gadis itu terlihat ngos-ngosan dengan dada yang naik turun. Sementara di dalam sana, De tak mau menyerah, dia menggapai gagang pintu hendak mengejar Cyara.
Namun, usaha De sepertinya gagal karena pintu kembali terbuka dan menyapa wajah tampannya.
Buk!
De terjungkal dan merasakan pucuk hidungnya yang terasa sangat sakit. Hingga tanpa sadar keluar darah segar dari sana. De mengusapnya perlahan dan kembali mengeratkan gigi depan. "Ciii—"
"Hei, De. Kamu kenapa?" tanya Bee—saudara kembar pria tampan itu dari balik celah pintu.
Mendengar suara yang begitu familiar di indera pendengarannya, De langsung mengatupkan bibir, lalu menatap Bee yang baru saja datang.
Sial! Ternyata bukan Kucing Dekil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
komalia komalia
nasib mu memang de udah jatoh tertabrak pintu
2024-11-06
0
lilis suryana
hati2 dr. De, nanti kesemsem sama kudek/Tongue//Tongue/
2024-06-29
0
Ney Maniez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-04-07
0