Hari itu juga Mbok Yani dan Celine kembali ke kota asalnya. Sehabis upacara pemakaman selesai, mereka segera pergi ke bandara dan kembali menggunakan pesawat terbang. Barang-barang Dion untuk sementara dititipkan kepada James dan baru akan dibicarakan kemudian.
James kembali ke asrama dan membuka pintu kamarnya. Pemandangan yang sehari-hari dilihatnya, terpampang di hadapannya. Tapi entah kenapa, kali ini ia merasa ada sesuatu yang berbeda.
James memasuki kamarnya perlahan, sambil matanya mengitari barang-barang di dalamnya, sebelum ia terduduk di ranjangnya. Semuanya masih tampak sama. Tidak ada yang berubah. Namun tetap, ia merasa ada yang berkurang.
James tersenyum getir. Apa yang berbeda? Apa yang berkurang? Toh gua sering sendirian di kamar. Toh gua juga sering ga liat dia seharian. Jadi kenapa lo harus begini, James? Kayak anak gadis lagi 'dapet' aja .... James menertawakan dirinya sendiri.
James lalu membaringkan dirinya. Ia mengambil bantal, kemudian menutupi wajahnya dengan bantal tersebut. Ia merasa sangat lelah. Ia ingin tidur mengistirahatkan otaknya. Ia tidak mau memikirkan apapun. Hanya tidur.
Dan ... tak lama kemudian ... dalam diam dan keheningan ... terlihat air mata menetes di pipinya.
...****************...
Hari ini kuliah selesai lebih awal. Pukul 13.00 James sudah menyelesaikan makan siangnya di kantin kampus. Ia tidak memiliki rencana lain setelahnya. Akhirnya, ia memutuskan kembali ke asrama dan akan menghabiskan waktu di kamar dengan melakukan aktivitas yang entah apa.
Setelah terbaring sekian lama di ranjangnya, ia mulai merasa bosan. Tidur ga bisa. Mood main lagi ga ada. Mau ngapain yah ?
Akhirnya ia memutuskan untuk beres-beres kamar. Selain membuang energi layaknya berolahraga, dapat menyita waktu dan mengalihkan pikiran, kegiatan membereskan kamar selalu berujung positif. Kamar menjadi rapi, bersih dan nyaman untuk ditinggali. (persis iklan penjualan rumah/apartemen ya, bund ... ).
James memulai pekerjaannya dengan menyortir buku-buku kuliahnya. Berikutnya ia merapikan barang-barang yang terletak di meja belajar. (memang kebanyakan, dirinyalah yang menggunakan meja belajar dibandingkan Dion). Setelah selesai, ia beralih ke lemari untuk membereskan bajunya.
Tatkala membuka pintu lemari kayu itu, ia melihat tumpukan pakaian Dion yang masih tersusun rapi di sisi bagian kanan lemari. (sesuai perjanjian awal mereka, Dion menggunakan sisi kanan lemari, sedangkan James menggunakan sisi bagian kiri).
Haruskah ia membereskan barang-barang Dion? Karena kapan pun pihak asrama bisa saja memasukkan penghuni baru ke kamar ini sebagai pengganti Dion.
Karena terpikirkan hal seperti itu, James mencari kardus kosong dan berniat mengemas barang-barang Dion. Tangannya terulur pada tumpukan pakaian Dion dan mulai mengangkatnya.
Tiba-tiba gerakan tangannya terhenti. Tidak bisa! Bukan tidak bisa, tepatnya Tidak Mau! Hatinya berat untuk mengubah susunan kamar ini. Ia ingin mempertahankannya selama yang ia bisa.
Kembali matanya menelusuri barang-barang milik Dion yang tersebar di kamar, dan akhirnya pandangannya terhenti pada kumpulan kanvas yang terletak di atas lemari. Ia lalu mengambil kanvas-kanvas hasil karya Dion dan mulai memperhatikannya satu demi satu. Termasuk karyanya yang akan diikutsertakan dalam pameran, yang belum selesai dikerjakannya dan masih melekat pada easel.
Lukisan-lukisan Dion memiliki tema yang berbeda-beda. Semuanya bagus-bagus dan terlukis dengan sempurna, menurut pandangan James sebagai orang awam di bidang lukisan. Tapi hanya satu yang membuatnya tertarik, yaitu lukisan Dion yang pertama kali dilihatnya, lukisan Celine.
Bagaimana kabar Celine sekarang? Apakah dia sudah lebih baik ? James teringat dengan raut wajah tanpa ekspresi Celine yang terakhir dilihatnya.
Ia lalu mengambil HP Dion yang disimpannya di laci meja belajar. Haruskah ia menghubunginya, sekedar menanyakan kabar? Tidak, itu terlalu aneh. Dia belum pernah mengobrol dengan Celine. Percakapan satu-satunya antara dirinya dengan Celine, (kalaupun itu bisa digolongkan sebagai percakapan) hanyalah tentang penggantian minuman.
Atau ... lebih baik ia menanyakan kabar Celine lewat Mbok Yani? Apakah waktu seminggu lebih sudah bisa membuat Mbok Yani mengikhlaskan kepergian Dion? Sungguh, James tidak ingin membuat Mbok Yani menangis lagi.
Kembali ia teringat dengan pesan terakhir Dion.
Tolong jaga adikku, James ....
Bukan ga mau, Di .... Gua bingung. Gimana cara jagainnya? Gua ga mungkin bisa ke sana kaya lo setiap akhir semester. Duit darimana? Gua kan ga dibolehin kerja sambilan. Lah .... Boro-boro mikir pergi ke sana, untuk sekedar nanya kabar aja, gua uda bingung gua harus mulai darimana. Gua ngerasa serba salah, Di ....
Akhirnya James memutuskan untuk menyimpan kembali HP tersebut di laci meja. Mungkin waktu seminggu lebih, masih tergolong singkat. Tunggu sedikit waktu lagi, sampai hati kita sama-sama lebih kuat, begitu pikirnya.
...****************...
Waktu berlalu dengan cepat. James sudah memasuki masa-masa akhir kuliah. Ia mulai disibukkan dengan skripsinya. Walaupun menjadi guru bukanlah cita-citanya, tetapi ia tidak ingin menambah beban orang tuanya dengan berlama-lama duduk di bangku kuliah.
Pembuatan skripsi, persiapan sidang, sampai dengan persiapan yudisium, membuat pikiran James teralihkan dari masalah Dion dan Celine. Semua kesibukan itu berakhir ketika ia melihat namanya tercatat di papan pengumuman peserta wisuda. Barulah ia merasa lega. Ia sudah menyelesaikan tugasnya.
Acara wisuda akan diadakan satu bulan lagi. Itu berarti, tinggal sebulan lagi ia akan meninggalkan kota ini, kampus dan asramanya. Ia sudah harus mulai membenahi barang-barangnya.
Ketika ia memasuki kamarnya dan mulai berkemas, barulah ia teringat bagaimana dengan barang-barang Dion? Bagaimana juga dengan kabar Celine? Hampir setahun sudah berlalu sejak kematian Dion dan selama itu pula dia tidak tahu sama sekali tentang kabar Celine.
Rasa bersalah mendera hatinya. Ia telah mengabaikan pesan terakhir Dion untuk sekian waktu lamanya.
Walaupun ia masih bingung dengan apa yang harus dilakukannya, ia tahu kali ini ia harus melakukan sesuatu. Karena itu, ia memutuskan menelepon mamanya untuk meminta saran.
"Halo .... Anak bungsu Mama tersayang .... Tumben-tumbenan bisa inget telepon ..." sahut Mama Ratna, langsung nyerocos begitu mengangkat telepon.
Tanpa berbasa-basi, James pun mengatakan tujuannya menelepon kepada mamanya. Ia menceritakan latar belakang, janjinya, sampai beban di hatinya, tanpa ada yang disembunyikannya. Mama Ratna mendengarkan penuturan anaknya itu dengan saksama.
"Jadi begitu, Ma .... James harus berbuat apa sekarang?" tanya James mengakhiri ceritanya.
"Datangi saja rumahnya, " saran Mama Ratna pendek.
"Dengan mendatangi rumahnya, kamu bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat dibandingkan menelepon. Kamu bisa memastikan dan melihat sendiri bagaimana keadaannya, tanpa khawatir dibohongi atau ada yang ditutup-tutupi. Dengan demikian, kamu juga bisa lebih lega, karena kamu sudah melakukan pesan terakhir temanmu dengan cara yang terbaik.
Kamu bisa mendatangi rumahnya dengan alasan mengantarkan barang-barangnya. Bagaimana? Ide yang bagus, kan?" jelas Mama Ratna panjang-lebar sebelum James sempat bertanya ataupun mengajukan protes.
"Masalah biaya, kamu tidak perlu khawatir. Mama akan kirimkan uang tambahan untuk biaya transportasi ke rumahnya. Kamu tinggal mengabari Mama, kapan kamu siap pergi ke sana," tambah Mama Ratna yang mengingat anaknya belum bisa menghasilkan uang sendiri.
"Iya, Ma. Terima kasih, Ma ..." jawab James menyadari kebenaran perkataan mamanya.
Setelah telepon dimatikan, James lalu mulai mengobrak-abrik barang-barang Dion untuk mencari alamat Dion. Ia memutuskan untuk pergi ke sana untuk mengunjungi Celine langsung.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Baiq Munawarah
semoga semuanya baik2 saja ..
2023-08-25
1
dewi
mama 👍👍👍👍
2023-07-11
0
Tjhia Sukling
lanjut semengat keluaraga james san celine chan mbok yani sabar
2022-08-26
4