Setengah kehidupan mahasiswa sudah dijalani Dion dan James bersama. Setiap liburan akhir semester, keduanya kembali ke kota asalnya masing-masing. Mereka akan bertemu lagi di awal semester baru.
Seperti biasanya di awal semester, kegiatan mahasiswa belum padat. Siang ini, James sudah bisa berleha-leha kembali ke asrama.
Sebenarnya teman-teman kampusnya mengajaknya untuk ber-hedon ria setelah jam kuliah usai. Tapi James menolaknya. Ia masih harus berhemat untuk satu bulan ke depan. Maklumlah, ia berasal dari keluarga menengah, bukan seperti kebanyakan temannya yang berasal dari keluarga sultan.
Di dalam kamar, James sedang memanjakan diri dengan bermain game di gadget. Sampai dirinya dikejutkan dengan pulangnya Dion di jam yang bukan biasanya.
Belum sempat James menanyakan alasan temannya pulang lebih awal kali ini, Dion sudah mendahuluinya dengan pertanyaan, "Hai, bro .... Sedang sibuk?"
"Nope. Cuma main game."
"Ada kegiatan atau rencana tertentu sepanjang sore sampai malam hari ini?" lanjut Dion.
"Nope. Memangnya kenapa?" James balik bertanya.
"Mau nemenin gua?" tanya Dion sambil nyengir. Tampak antusiasme terpancar dari matanya.
" Ke mana?"
"Bertemu adik gua! Adik gua dateng, bro !! Kali ini dia yang ngunjungin gua!! Kalo lo ga ada kerjaan, temenin gua, yuk!!" ajak Dion berapi-api. Matanya berbinar-binar menceritakan kabar yang sangat membahagiakan dirinya itu.
Melihat Dion yang seperti ini, James hanya bisa ikutan nyengir dan berkata, "Gas, bossss ...."
...****************...
Dion memesan taksi online untuk mengantar mereka ke tempat tujuan. Sekitar 10 menit kemudian, taksi yang mereka pesan tiba di depan asrama.
"Sesuai aplikasi, Pak," kata Dion kepada supir, begitu mereka memasuki mobil.
"Siap, Pak !" jawab Pak Supir pendek. Tanpa berbasa-basi, Sang Supir langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dan membelah jalan.
James terkejut ketika taksi yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah hotel bintang lima. Namun dirinya cuma bisa mengikuti Dion yang tanpa keraguan memasuki hotel tersebut.
Dion segera menuju lift yang ada di lobi, menekan angka 15 ketika berada di dalamnya. Kemudian ia dan James bersama-sama mencari kamar 1525, begitu lift tiba di lantai yang mereka tuju.
Akhirnya mereka menemukan kamar itu di ujung lorong. Setelah berada di depan kamar tersebut, Dion menekan bel yang ada di sebelah pintu. Tak lama kemudian, pintu dibukakan oleh seorang perempuan yang tampak sudah lanjut usia.
"Mbok Yani !!" panggil Dion sambil memeluk perempuan tua itu.
"Perjalanannya aman-aman kan, Mbok?" tanya Dion masih di posisi yang sama.
"Aman, Tuan Muda ..." balas perempuan yang dipanggil Mbok Yani, sambil tersenyum hangat pada Dion.
Tuan Muda??!!! Dion dipanggil dengan sebutan 'Tuan Muda' ?? James berusaha meyakinkan kalau dirinya tidak salah dengar.
Kemudian Dion melepaskan pelukannya, lalu memperkenalkan James pada Mbok Yani.
"Mbok, ini teman sekamar Dion yang pernah Dion ceritakan. Masih ingat?" kata Dion sambil menunjuk James. Mbok Yani hanya menjawab dengan anggukkan kepala.
"James, ini Mbok Yani. Beliaulah yang mengurus aku dan adikku sejak kami masih kecil. Beliau sudah kuanggap Ibu Asuhku," kata Dion berpindah mengenalkan Mbok Yani kepadanya.
"Salam kenal, Mbok ..." sapa James canggung.
"Ya ... ya ... ya .... Salam kenal juga, Nak. Ayo, jangan hanya berdiri di depan pintu! Silakan masuk, Tuan Muda. Nak James juga, ayo masuk!" ajak Mbok Yani.
Kamar yang mereka masuki adalah kamar Residence dengan fasilitas dan desain interior yang mewah. Kamar tersebut memiliki 2 kamar tidur terpisah, kamar mandi, ruang makan, dapur kecil, dan ruang tamu yang luas, di mana mereka sedang duduk sekarang.
Melihat ini semua, James mulai yakin kalau Dion benar-benar berasal dari kalangan sultan. Ia juga menyadari kalau semenjak bertemu Mbok Yani, gaya bicara Dion berubah, kembali seperti awal pertemuan mereka. Rupanya saat itu, Dion bukan bersikap sok sopan seperti yang dituduhkan James. Tapi memang Dion terbiasa dengan tutur kata halus yang menunjukkan dari derajat mana ia berasal.
"Celine mana, Mbok?" Suara Dion membuyarkan lamunan James, meskipun bukan dirinya yang ditanya.
"Masih siap-siap di kamarnya, Tuan Muda. Tunggu sebentar, biar Mbok panggilkan," jawab Mbok Yani sambil berjalan menuju ke sebuah pintu.
"Tak usah, Mbok. Biar Dion tunggu aja." Mendengar hal itu, Mbok Yani menghentikan langkahnya.
"Kalau begitu, Mbok permisi dulu ya, Tuan Muda." Setelah berkata demikian, Mbok Yani lalu berbalik arah menuju dapur. Di sana, perempuan tua itu menyiapkan minuman untuk Dion dan James, lalu kembali ke ruang tamu.
Saat Mbok Yani sedang menyuguhkan minuman, Dion berkata kepadanya dengan suara bergetar, "Mbok .... Terima kasih ... sudah membantu meyakinkan papa sehingga Celine diizinkan kemari."
"Jangan begitu, Tuan Muda. Ini kemauan Nona Celine sendiri. Cuma ini yang Mbok bisa berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Nona Celine," jawab Mbok Yani sambil menepuk-nepuk ringan punggung Dion. Mbok Yani tahu betul perasaan Dion saat ini.
Saat percakapan itu terjadi, pintu kamar yang tadi dituju Mbok Yani terbuka. Seorang remaja putri berparas cantik dengan rambut dikepang dua, melangkah keluar dari sana. Tetapi langkahnya segera terhenti, ketika matanya menangkap sosok asing yang tidak dikenalnya di ruang tamu.
Dion yang melihat adiknya sudah muncul, segera menghampiri adiknya, memeluknya, dan mencium kedua pipinya. "Happy birthday, adikku sayang .... Maaf, uang Kakak belum cukup untuk membeli kado. Nanti yah, tunggu Kakak gajian."
"Oh ya, sini Kakak kenalkan dengan teman sekamar Kakak yang pernah Kakak ceritakan itu," lanjut Dion sambil menggandeng adiknya berjalan ke arah James.
Sampai di depan James, Dion mengenalkan Celine kepadanya, "James, kenalkan ... ini adikku, Celine. FYI aja ya, hari ini ulang tahunnya loh ..." kata Dion sambil mengerlingkan matanya.
Mendengar itu, James segera mengulurkan tangannya dan berkata, " Hai .... Salam kenal .... Selamat ulang tahun ya ...."
Tetapi, bukannya menyambut uluran tangan James, Celine malah memundurkan badannya dan makin merapatkan tubuhnya di balik punggung Dion. Tangannya mencengkeram baju Dion erat-erat. Melihat respons adiknya, Dion jadi merasa tidak enak pada James.
"Maaf, James. Adikku sangat pemalu. Maklum, dia tidak terbiasa bertemu dengan orang lain selain orang rumah," jelas Dion sambil tersenyum kecut.
" No problem. Santai aja," jawab James mengerti, lalu menarik kembali tangannya.
Lalu Dion menghadap Celine dan berkata dengan lembut, "Lin .... Ini teman Kakak .... Namanya James. Ke depannya, Celine boleh memanggilnya dengan sebutan 'Kak James' ...."
" 'Bang James' aja, Di! Gatel kuping gua dipanggil 'Kakak' ." James segera meralat.
"Oh ... oke .... Kita ganti. Panggil dia dengan sebutan 'Bang James' ya Lin .... Kita coba pelan-pelan menjadi akrab, boleh?" yang dijawab dengan anggukan oleh Celine.
"Nah .... Sekarang .... Sudah siap ke kebun binatangnya?" tanya Dion sambil tersenyum lebar. Mendengar itu, mata Celine langsung berbinar-binar dan mengangguk-anggukan kepalanya dengan bersemangat.
Dion dan Celine berjalan ke arah pintu keluar, diikuti James di belakang mereka. Setelah sampai di depan pintu, langkah Dion terhenti karena menyadari Mbok Yani tidak ikut keluar.
"Loh .... Mbok .... Ga ikut?" tanya Dion kepada Mbok Yani.
"Tak usahlah, Tuan Muda. Biar yang muda-muda saja yang bersenang-senang. Nenek tua ini biar di sini saja beristirahat," jawab Mbok Yani.
"Ya sudah kalau begitu ..." ujar Dion yang menyadari kalau aktivitas menjelajahi kebun binatang yang luas, bisa jadi sangat melelahkan buat Mbok Yani.
"Kami pergi dulu ya, Mbok .... Segera hubungi Dion kalau butuh sesuatu yah ..." katanya lagi kepada Mbok Yani.
"Ya .... Tak usah mengkhawatirkan Mbok. Yang penting kalian juga hati-hati dan jaga diri ..." kata Mbok Yani sambil melambaikan tangannya, yang juga dibalas oleh ketiga anak muda itu. Lalu ketiganya pun pergi.
...****************...
Di kebun binatang, pasangan adik-kakak itu terlihat mesra. Celine selalu berjalan dengan menggandeng tangan Dion. Bahkan terkadang, tangan tersebut ditariknya untuk segera mengikutinya ke arah kandang binatang yang ia ingin temui. Dion hanya tertawa dan pasrah mengikuti giringan adiknya.
Terlihat beberapa kali tangan Celine menunjuk seekor binatang di dalam kandang, yang berusaha diikuti oleh pandangan Dion. Kadang terlihat juga Celine membisikkan sesuatu ke telinga Dion, yang sepertinya sebuah pertanyaan tentang binatang, karena kemudian Dion menjawab dengan memberi penjelasan tentang binatang itu.
Di waktu lain, gantian Dion yang menggoda adiknya, yang dilanjutkan adegan Celine memukul dada kakaknya yang sudah tergelak. Sangat terlihat kedua bersaudara ini begitu menikmati momen kebersamaan mereka.
James memperhatikan semuanya itu dengan tersenyum tulus. Ia ikut merasakan kebahagiaan teman sekamarnya. Ia juga menyadari sikap Celine yang berubah 180° dari sikapnya yang dilihat James di hotel tadi. Di sini, Celine terlihat sangat bersemangat, begitu ceria, banyak tersenyum dan tertawa (tentu saja kepada Dion, bukan kepadanya).
Karena berlarian kesana-kemari saat menjelajahi area demi area di kebun binatang, pipi Celine menjadi berwarna kemerahan. Hal ini tentu saja menambah kecantikannya. Fenomena kecil inipun juga tak luput dari perhatian James.
Setelah cukup lama mereka berjelajah, akhirnya mereka tiba di food court area yang berada di dekat pintu keluar. Rasa haus membuat mereka memutuskan untuk singgah sebentar sebelum pulang.
Setelah menemukan tempat duduk, mata mereka berkeliling melihat menu-menu yang tertera di atas tiap stan yang menyajikan berbagai macam pilihan.
Ketika mereka sudah menentukan pilihan masing-masing, Dion meminta tolong adiknya untuk pergi ke sebuah counter minuman. Tentu saja permintaan ini membuat mata Celine terbelalak.
James juga tidak habis pikir dengan kelakuan Dion. Lupakah temannya itu kalau adiknya seorang yang sangat pemalu? Ia pun ingin segera menawarkan diri menggantikan Celine. Tetapi, Dion dapat menangkap maksud James tersebut dan segera memberikan kode untuk tidak ikut campur.
"Lin .... Tolong Kakak yah .... Kaki Kakak pegalll sekali .... Jadi, tolong Celine yang pesankan minuman yah .... Jus alpukat buat Kakak, jus melon buat Bang James, dan jus stroberi kesukaan Celine. Oke?" kata Dion lagi, sambil mengulurkan sejumlah uang pada Celine.
Celine tampak ragu untuk menerima permintaan itu. Mukanya menunjukkan keengganan yang jelas terlihat.
"Ayo .... Lin sudah besar lo .... Harus belajar berani sedikit. Ngomongnya pendek aja kok, cuma bilang 'Pak, pesan jus alpukat, jus melon, jus stroberi. Masing-masing satu'. Sudah! Itu saja! Habis itu, Lin bisa langsung kembali ke sini. Bisa, kan?" bujuk Dion.
Walaupun dengan ragu-ragu, akhirnya Celine mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk mengambil uang itu. Dengan langkah berat, ia pun memberanikan diri menuju counter yang dimaksud.
"Keras juga cara lo mendidik adik lo, bro !" kata James begitu Celine pergi.
"Yah .... Mau bagaimana lagi? Gua ga mungkin bisa di sisi Celine selamanya, kan? Cepat atau lambat, dia harus belajar berani dan mandiri," tegas Dion. James pun mengangguk tanda setuju.
Tidak lama kemudian, Dion dan James melihat Celine berjalan kembali ke arah mereka. Tetapi bukannya kembali ke tempat duduknya, Celine malah berdiri di sisi James. Hal itu tentu saja membuat James dan Dion bingung. Ada apa ini? Tapi mereka bedua memutuskan menunggu Celine mengatakannya sendiri.
Cukup lama Celine hanya berdiri diam dengan kepala tertunduk. Sampai akhirnya ia berhasil membuka mulutnya, " Ba- bapaknya bilang, jus melon habis. Jadi, Bang James ... minumnya ... mau diganti apa?" katanya sedikit terbata-bata.
James tertegun. Tapi ia menghargai usaha Celine mengajaknya bicara.
"Ganti jus stroberi aja seperti Celine. Maaf yah ... sudah merepotkan Celine sampai harus memesan ulang," jawab James dengan lembut, mengikuti gaya Dion.
Celine tersenyum mendengar jawaban James, lalu kembali pergi ke counter minuman tadi.
"James .... James .... Woii James !!" panggil Dion yang membuat James kaget. James tidak sadar kalau dari tadi dia terpaku memperhatikan Celine, sampai tidak tahu kalau Dion mengajaknya bicara.
"Woi, bro .... Kalo terpesona dengan adek orang, jangan sampe bengong gitu juga kalee .... Kesurupan baru tau rasa lo !!"
"Bu- bukan gitu, Di .... Gua cuma kaget. Gua ga nyangka kalo ..."
"Kalo apa?" tanya Dion penuh selidik.
"Kalo adek lo ternyata bisa ngomong," jawab James menyelesaikan kalimatnya.
"Monyong lo !!! Jadi selama ini lo kira adek gua bisu ?!!!" seru Dion sambil mencoba mencekik leher James.
"Ampun, Bang .... Ampunnnn !!" balas James sambil berusaha mengelak.
Sebenarnya bukan itu, Di .... Maksud gua sebenarnya, gua ga nyangka kalo suara adek lo semerdu dan selembut itu. Gua juga ga nyangka kalo adek lo bisa tersenyum ke gua. Tapi ga mungkin kan gua bilang gitu terus terang di depan lo ? Ujar James dalam hatinya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
dewi
jgn ada rasa bang. dia masih bocah 🤭🤭
2023-07-11
2
dewi
James memperhatikan adiknya Dion...
2023-07-11
0