Pip pip pip ... pip pip pip ...
Suara alarmnya berbunyi tepat pukul 07.00. James mematikan alarmnya, lalu membuka mata. Kuliah pertama hari ini dimulai pukul 08.00. Ia harus mulai bersiap-siap.
Ia lalu memakai kacamatanya yang tadi malam diletakkannya di atas meja belajar. Tanpa sadar, matanya melirik ke ranjang sebelah. Ranjang itu sudah tertata rapi. Tanda-tanda keberadaan Dion juga sudah tidak tampak lagi di kamar itu.
Rajin juga tuh anak bangun pagi. Apa jam kuliah di Fakultas Seni memang lebih pagi dari ini ya ? James bertanya dalam hatinya.
Yah sudahlah .... Urusan dia .... Lalu James mulai mengambil handuknya dan bersiap mandi.
...****************...
Malam pun tiba. Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. James sudah bersiap untuk menerjunkan diri ke ranjangnya.
Hari pertama kuliah cukup santai. James sudah berkenalan dengan beberapa teman yang sejurusan dengannya. Mereka ternyata cukup asyik dan tampaknya mereka cukup cocok. Mereka bahkan sudah menyempatkan diri nongkrong di kafe kampus dan menikmati makan siang bersama di warung depan kampus. Yah .... So far so good lah ....
Kembali matanya tanpa sadar memandang ranjang Dion yang masih sama kondisinya dengan yang dilihatnya tadi pagi. Seharian ini ia belum melihat Dion. Sudah jam segini, belum pulang juga? Ke mana saja anak itu ?
Memang, peraturan asrama ini tidak terlalu ketat. Tidak ada batasan jam malam. Masing-masing dianggap sudah dewasa, bisa mengatur kegiatan hariannya, dan bisa bertanggungjawab dengan dirinya sendiri.
Peraturan-peraturan yang wajib dan berat hukumnya hanyalah peraturan standar seperti: tidak boleh ada miras, narkoba, dan lawan jenis dilarang menginap. Jika melanggar, akan langsung dikeluarkan.
Sambil menunggu lelap datang dan berharap siapa tau masih bisa bertemu dengan Dion, James menghabiskan waktu dengan bermain game di gadgetnya.
Jujur saja, suatu hal yang aneh dan lucu baginya, jika dalam waktu seharian penuh, teman sekamar bisa tidak saling bertemu. Lain halnya kalau Dion punya alasan jelas, seperti sedang bermasalah dengannya, atau tugas di luar kampus seperti KKN, cuti, pulang kampung, dst.
Tapi rupanya, sampai kantuk itu datang, Dion masih belum pulang juga.
Yah sudahlah, Di .... Elo toh udah gede dan gua bukan emak lo .... Yang penting lo bae-bae .... Gua besok ada kuliah pagi. Setelah berpikir seperti itu, James pun siap terbang ke alam mimpi.
...****************...
Bunyi kresek kresek membuat James terbangun.
Tikuskah ? Pikirnya dalam hati. Ia pun segera bangkit dan berniat mengambil kacamatanya.
Tapi belum lagi James sempat berdiri, terdengar suara yang dikenalnya sebagai suara Dion, "Maaf, bro .... Gua bikin lo kebangun ya? Sorry, lain kali gua akan lebih hati-hati."
Dalam keremangan kamar (karena mereka tidur dengan menggunakan lampu tidur) dan keburaman (karena James belum sempat memakai kacamatanya), samar-samar James melihat Dion seperti sedang berkemas, memasukkan beberapa barang ke dalam tas ranselnya.
Belum sempat dirinya berkata-kata, terdengar suara Dion lagi, "Gua pergi dulu ya, bro .... Sekali lagi, sorry ya ...." Lalu Dion pun pergi.
Memangnya sekarang jam berapa ? James beranjak dari tempat tidurnya menuju meja belajar untuk mengambil kacamata. Lalu dia melihat jam di gadget. Pukul 06.30.
Hmm .... Rupanya jam segini tuh anak pergi. Mungkin Fakultas Seni mengawali kuliahnya sekitar pukul 07.00 ? James menyimpulkan sendiri.
Karena tinggal 30 menit dari waktu ia mengatur alarmnya, James pun tidak berniat melanjutkan tidurnya. Ia memutuskan untuk mematikan alarmnya dan bersiap mandi.
...****************...
Satu bulan sudah berlalu. Situasi di antara mereka tetap sama. Dion selalu keluar di pagi hari ketika James kadang belum bangun dan pulang larut malam ketika biasanya James sudah tidur. Kejadian seperti hari pertama kuliah, di mana seharian penuh James tidak melihat Dion, sudah cukup sering terjadi.
Boro-boro untuk mengobrol akrab, untuk bertegur sapa saja jarang dapat dilakukan. Pada pagi hari, Dion selalu tampak sibuk dan tergesa-gesa dalam memulai harinya. Malamnya, jika mereka kebetulan bisa bertemu, Dion tampak terlihat sangat kelelahan dan langsung tertidur ketika menyentuh ranjangnya.
Hal seperti itu sudah 2-3 kali terlihat oleh James. Sebagai contoh kejadian yang terjadi 3 hari yang lalu, ketika jadwal kuliah esok harinya hanya ada kuliah siang. James pun menghubungi teman SMU-nya untuk mengajak bermain game online sampai larut.
Waktu saat itu berkisar pukul 23.00 - pukul 23.30. James sedang duduk dengan manis di atas ranjangnya, lengkap dengan gadget di tangan.
Pintu kamar terbuka dan terlihat Dion memasuki kamar dengan langkah gontai.
"Hai, bro, " sapa James lebih dahulu.
"Hai ..." balas Dion.
Dion meletakkan ranselnya di samping ranjangnya, mengambil handuk dan pakaian ganti, lalu berkata, "Mandi dulu, bro ...." Kemudian ia kembali meninggalkan kamar tanpa menunggu jawaban James.
Sepuluh menit kemudian, Dion kembali memasuki kamar dengan rambut yang masih basah. Pakaiannya sudah berganti dengan kaos dan celana pendek selutut.
"Sorry ya, bro .... Gua tidur duluan ..." kata Dion sambil berjalan ke arah ranjangnya dan langsung menjatuhkan dirinya ke sana.
Tidak sampai 5 menit, terdengar suara napas Dion yang teratur, yang menandakan pemuda tersebut sudah tertidur lelap.
James yang terdiam dan melihat semua itu, hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil berpikir, Kegiatan apa yang dijalani Dion sampai seperti ini? Sepadat apakah jadwal di Fakultas Kesenian? Apa mungkin Dion juga mengambil kuliah malam? Tapi, memangnya ada kuliah yang baru selesai jam segini ?
Sungguh, semua hal tentang Dion masih menjadi misteri baginya.
...****************...
Dua bulan kemudian, barulah James mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sepulang dari makan malam di luar asrama, James kembali ke kamar sekitar pukul 20.00. Minggu depan ujian mid semester dimulai, ia sudah harus mulai mempersiapkan diri.
Saat sedang fokus belajar, pintu kamar terbuka dan Dion memasuki kamar.
"Hai, bro ..." sapa Dion seperti biasa.
"Hai .... Tumben pulang cepat. Hari ini tidak ada kuliah malam?" spontan James bertanya.
"Fakultas kami tidak pernah mengadakan kuliah malam," jawab Dion dengan wajah heran.
"Loh? Jadi ..." James tampak ragu melanjutkan pertanyaannya.
Dion tersenyum. Dia sudah bisa menebak arah pertanyaan James.
"Kenapa gua selalu pulang larut malam?" Dion melanjutkan pertanyaan James sambil melabuhkan bokongnya ke ranjangnya.
"Sebentar lagi kan mid semester, bro. Jadi biar waktu persiapan cukup and badan gua cukup fit di hari H, kerja sambilan gua yang malam gua cut, " jelas Dion.
"Kerja sambilan yang malam? Emang lo punya berapa kerja sambilan, bro ?" tanya James lagi.
" Tiga," jawab Dion sambil nyengir.
"Ga kebanyakan, bro ? Emang lo cari duit, kerja bagai kuda gitu, buat apaan?" James belum dapat menangkap cara berpikir Dion.
Dion tergelak dengan pertanyaan yang diajukan James.
"Ya buat kebutuhan hiduplah, Bang .... Emang siapa yang mau kasih gua makan? Ini aja uda untung, gua dapat beasiswa dari kampus," jawabnya sambil tertawa.
"Emangnya ... ortu lo ... ga kirimin lo uang?" tanya James ragu-ragu.
"Mana mungkin? Gua kabur dari rumah, bro ..." jawab Dion enteng, seakan hal yang diungkapkannya itu bukan sesuatu hal yang besar.
Mendengar jawaban itu James tertegun. Dion yang melihat respons teman sekamarnya segera melanjutkan ceritanya.
"Bokap gua pengen gua nerusin bisnisnya. Tapi gua ga mau. Gua mau jadi pelukis. Doski pun jadi marah besar. Dia sampai beri ultimatum, kalo gua masih keras kepala juga, gua harus angkat kaki dari rumah.
Yah ... di sinilah gua sekarang. Gua ga bisa lepasin mimpi gua," jelas Dion dengan muka yang masih tersenyum.
Karena tidak ada tanggapan dari James, Dion melanjutkan kalimatnya.
"Lo sendiri gimana? Ada niat atau kebutuhan untuk kerja sambilan?" gantian Dion yang bertanya.
"Ortu gua ga bolehin anaknya kerja sambil kuliah. Menurut mereka, kalo uda keenakan pegang duit, nanti bisa malas atau ga fokus kuliahnya. Kolot banget, kan?" jawab James terkesan mengeluh.
"Lo punya ortu yang baik, James. Lo harus bersyukur," kata Dion dengan wajah tersenyum tapi tersirat kesedihan di sana.
Karena keheningan sudah mulai terjadi, Dion pun bangkit dan berniat melanjutkan rutinitasnya yang tadi sempat tertunda.
"Okelah, bro .... Gua mandi dulu .... Uda bau keringet nih ..." katanya memutus pembicaraan mereka.
"Oke .... Thank you for your sharing," jawab James.
"No problem," jawab Dion dan segera meninggalkan kamar.
Sepeninggal Dion, James berusaha untuk kembali fokus ke buku pelajarannya. Namun cerita Dion tadi masih berputar-putar di kepalanya. Ia membutuhkan waktu untuk mencerna kata per kata. Apa yang dialami Dion sungguh-sungguh membuatnya terkejut dan benar-benar di luar dugaannya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Amelia
betul tuh 👍👍
2024-05-03
0
Amelia
bravo buat Dion ❤️❤️
2024-05-03
1
Amelia
busyet rajin amat tuh anak 😀😀
2024-05-03
0