James, seorang pemuda berusia 18 tahun yang baru saja lulus SMU. Namun sampai hari-hari di mana beberapa universitas mulai menutup pendaftaran mahasiswa baru, dirinya didapati belum mendaftar ke universitas dan fakultas manapun. Tentu saja hal ini membuat kedua orang tuanya resah. Karena alasan itulah, hari ini kedua orang tuanya mengadakan persidangan untuk kasus James tersebut.
"Kamu ini sebenarnya mau kuliah apa kerja, James?" tanya Papa Heru mulai membuka persidangan.
"Maunya sih kuliah, Pa. Kalo mau kerja, mau kerja apa? Lulusan SMU mah siapa yang mau terima?" jawab James santai.
"Nah ... itu tau. Tapi kenapa sampai sekarang belum mendaftar kuliah di manapun, Sayanggggg???" sambung Mama Ratna gemas sambil mencubit ginjal anak bungsunya.
" Awww .... Sakit, Ma .... Lepasin dulu, baru bisa James jelasin," kata James yang segera dituruti oleh Sang Mama.
"Gini lo, Ma, Pa .... Masalahnya James ga tau mau ambil jurusan apa?" James mulai menjelaskan.
" Lah .... Gimana toh? Kamu cita-citanya apa?" sambung papanya.
"Ga tau," jawab James sekedarnya.
"Apa pelajaran yang kamu senangi atau yang nilainya menonjol di antara temanmu selama ini di sekolah?" Mama Ratna ikut menginterogasi.
" Ga ada. Semua biasa aja," jawab James yang membuat orang tuanya mendadak sakit kepala.
Bukan maksud James untuk sengaja membuat orang tuanya khawatir. Tetapi memang demikianlah adanya.
James anak yang biasa saja, tidak menonjol di kelas. Temannya pun bisa dihitung dengan jari. Berbeda dengan abangnya, Alex, yang sekarang ini hampir lulus dari perkuliahan dengan nilai IPK tiap semester selalu di atas 3,5. Waktu abangnya SMU pun, Alex adalah siswa populer yang mendapat kepercayaan sebagai ketua OSIS dan kapten tim basket.
Hal ini sedikit-banyak membuat James minder, walaupun orang tuanya tidak pernah membandingkan kedua anaknya. Ia sadar diri betapa jauh berbedanya ia dengan Sang Abang.
Entahlah waktu mamanya mengandung Alex, mamanya ngidam apaan. Tapi waktu mengandung James, mamanya ngidam nonton seluruh episode James Bond. Itulah sebabnya ia dinamai James. Alasan yang epic sekali, bukan? Tapi sayang, kehebatan Sang Jagoan tidak sedikitpun menular padanya, sekalipun nama depan mereka sama.
"Oke! Karena kamu mau kuliah, tapi ga jelas mau jadi apa, biar Papa yang pilihkan! Kamu ikuti saja jejak kami, menjadi seorang guru! Itu sudah menjadi profesi turun-temurun keluarga besar Wijaya." Akhirnya Papa Heru yang memutuskan, Mama Ratna pun mengangguk-angguk tanda setuju.
Kedua orang tua James memang berprofesi sebagai pengajar. Papa Heru adalah seorang dosen di Fakultas Teknik. Mama Ratna seorang guru les privat yang mengajar Bahasa Inggris. Kakeknya James bahkan pernah menjabat sebagai dekan di Fakultas Ekonomi sebelum beliau pensiun.
"Tapi James ga punya bakat dan minat mengajar, Pa, Ma .... James juga ga tau mau ngajar apa, pilih universitasnya gimana, jurusan dan fakultas apa. James ga ngerti istilah-istilah perkuliahan. Dan yang paling penting, jadi guru itu ga ada keren-kerennya!" sanggah James.
"Eh .... Nih anak kurang ajar!! Ga keren katanya!! Ga tau apa kalau guru adalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa?!" Mama Ratna langsung menjewer kuping anaknya ketika mendengar kalimat terakhir James.
"Kalau kamu ga ngerti istilah-istilah perkuliahan, pertimbangan dalam memilih universitas dan program studi, dsb., cari taulah sendiri di internet! Googling sono! Jangan cuma main game mulu makanya!" lanjutnya lagi.
"Pokoknya Papa dan Mama ga mau tau! 2 hari dari sekarang, Papa taunya kamu sudah mendaftar di Fakultas Ilmu Pendidikan! Terserah kamu mau sekolah di universitas apa dan mengambil prodi apa. Yang penting alasanmu jelas! Papa tunggu laporan kamu!" Papa Heru memberi ultimatum.
Demikianlah akhirnya persidangan ditutup. Papa Heru dan Mama Ratna segera meninggalkan lokasi. Tinggallah James sendirian yang masih mengelus kupingnya yang masih panas akibat jeweran Si Emak.
...****************...
Di sinilah akhirnya keluarga Wijaya berkumpul sekarang. Mereka berada di sebuah terminal bus, mengantar si anak bungsu yang akan meninggalkan kota kelahirannya.
"Baik-baik di sana ya, Nak. Sering-sering kasih kabar," nasihat Mama Ratna untuk kesekian kalinya.
"Iya, Ma ..." sahut James untuk kesekian kalinya juga. Sudah lelah dia menjawab mamanya.
"Tenang, Ma .... Jarak kota kita ke tempat James hanya 2 jam dengan mobil, kok. Kapanpun kita bisa mengunjunginya," kata Papa Heru menenangkan istrinya.
"Kenapa juga sih kamu memilih universitas di luar kota? Memangnya di kota kita tidak ada universitas dengan Fakultas Ilmu Pendidikan yang cukup baik di matamu?" kembali Mama Ratna membombardir James dengan keluhannya.
"Mau menjauh dari rumah, dong .... Masa Mama ga tau modusnya James?" jawab Alex mewakili James tanpa diminta yang bersangkutan.
James hanya diam sambil melotot pada Alex yang pura-pura bego.
"Sudahlah, Ma .... Kita kan sudah dengar alasan James memilih universitas ini kemarin. Menurut penilaian Papa, universitasnya cukup bagus kok. Ada asramanya pula. Lagian waktu pendaftaran uda mepet, Ma .... Pilihan universitas sudah tidak banyak. Jangan didebat lagi!" sahut Papa Heru mengingatkan istrinya.
"Ting Tong Teng Tong .... Bus 3212 dengan jurusan kota S akan segera berangkat!" Terdengar suara pemberitahuan keberangkatan dari speaker terminal yang memutus pembicaraan mereka.
"Itu nomor bus James, Pa, Ma. James naik bus dulu ya .... Bye bye Pa, Ma, Bang ..." kata James lega bisa mengakhiri pembicaraan dan buru-buru mengangkat barang bawaannya serta berpamitan pada keluarganya.
" Ya .... Hati-hati .... Kasih kabar jika sudah sampai ya, Nak ..." kata Mama Ratna lagi, diikuti anggukan dan lambaian semua anggota keluarganya yang lain.
James cuma memberi kode Oke dengan tangannya, lalu menaiki bus. Setelah sampai di tempat duduknya, ia melihat ke luar jendela mencari keluarganya. Tampak orang tua dan abangnya masih melambaikan tangan kepadanya. Tidak lama kemudian, bus pun berangkat meninggalkan sosok keluarganya di belakang.
Awal baru. Kota baru. Suasana baru. Dengan perasaan campur sari James merenungi pilihan yang sudah diambilnya.
Tentu saja sedikit-banyak ada perasaan gugup berkecambuk di dadanya untuk menjalani hal-hal baru di depannya. Tapi, perkataan Alex tadi juga tidak sepenuhnya salah. Jujur saja, ada perasaan lega di dalam hatinya. Mungkin di kota yang baru ia bisa terlepas dari keberadaan Alex yang menekan jiwanya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Dwi Santoso
James bond 007.. Tukang Tembak/CoolGuy/
2024-09-16
0
Shinta Dewiana
hayoooo...semangat...jadi kepingan kisah jame sm dion..
2024-07-17
0
Amelia
kota baru suasana baru.... semangat baru ❤️❤️❤️
2024-04-24
1