Ujian mid semester sudah berlalu. Rutinitas kegiatan belajar di kampus kembali seperti biasa. Tugas-tugas sudah mulai ditaburkan dosen kepada para mahasiswa tercintanya.
Tidak terkecuali dengan apa yang dialami James. Ketika kuliah terakhirnya hari ini selesai, yaitu sekitar pukul 17.00, ia segera kembali ke asrama untuk mulai mencicil mengerjakan tugasnya.
Pukul 19.00 ia beristirahat dan keluar asrama untuk makan malam. Pukul 20.00 ia kembali ke kamarnya untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Begitu fokusnya James mengerjakan tugas-tugasnya, sampai tidak menyadari waktu sudah berlalu dengan cepat. Hingga didengarnya sebuah sapaan yang baru membuatnya tersadar, selarut apa malam telah tiba.
"Hai ..." sapa Dion yang baru pulang dari kerja sampingan malamnya, yang kembali dijalaninya setelah masa ujian berakhir.
"Hai ..." balas James tanpa mengalihkan pandangan dari lembaran kertas di hadapannya.
"Lagi ngerjain tugas, bro ?" tanya Dion.
"Iya nih. Dari sore. Banyak banget tugasnya. Untung bentar lagi kelar," jawab James.
"Okelah! Semangat, bro ! Gua mandi yah ..." kata Dion sambil ngeloyor pergi.
Dion kembali ke kamar bersamaan dengan waktu James menyelesaikan tugasnya. James sudah siap-siap terjun bebas ke ranjangnya, ketika tiba-tiba Dion bertanya kepadanya, "Sudah mau tidur, bro ?"
"Iyalah. Gua cape banget dari tadi ngerjain tugas. Badan gua pegel," jawab James sambil meregangkan otot-ototnya.
"Emang kenapa, bro ?" tanya James lagi. Ia penasaran, karena tidak biasanya Dion menanyakan hal seperti ini.
"Lampunya ga dimatiin dulu, boleh? Gua masih mau ngelakuin sesuatu," jawab Dion.
"It's okay ! Santai wae ..." jawab James santai, lalu membaringkan dirinya ke ranjang.
Rupanya darah kekepoan James sudah mulai terusik. Bukannya tidur seperti rencananya semula, matanya malah mengikuti gerak-gerik Dion.
Dion terlihat mengambil benda yang sepertinya celengan, duduk di ranjangnya, dan mulai membongkar benda tersebut. Lembaran-lembaran uang dengan berbagai pecahan tampak berjatuhan. Lalu Dion mulai fokus merapikan lembaran-lembaran tersebut dan menyusunnya sesuai dengan pecahannya masing-masing.
James tahu dia tidak boleh terlalu mencampuri urusan orang. Tapi mungkin virus kepo dari mamanya mulai menimbulkan gejala pada dirinya. (Mama Ratna be like : Dasar anak kurang ajar! Kok Mama yang dikambing-hitamin ?! ).
Karena hasrat kekepoan sudah tidak terbendung lagi, akhirnya keluar juga celetukan dari mulut James, "Tabungan lo udah banyak juga ya, bro ! Ga sia-sia lo kerja rodi selama ini."
Mendengar itu, tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran uang tersebut, Dion tersenyum dan menjawab, "Iya .... Syukurlah .... Gua harap udah bisa mencapai target sebelum liburan semester nanti."
"Emang apa target liburan lo, bro ?"
Kali ini, Dion menghentikan aktivitasnya dan menjawab sambil menghadap James, "Target gua, setiap libur semester, tabungan gua cukup untuk beli tiket pulang-pergi ke kota asal gua. Gua pengen jenguk adik gue, James. Dia pasti merasa kesepian karena mendadak gua tinggal sendirian di rumah itu."
"Sendirian? Emang di rumah lo ga ada orang yang bisa nemenin dia?"
"Ya ada lah .... Tapi bokap kan kerja. Nyokap uda meninggal waktu lahirin adik gua. Ada sih, ART di rumah yang uda kami anggap seperti ibu asuh .... Tapi teteplah, karena kami cuma 2 bersaudara, adik gua ya paling nempel sama gua, " jelas Dion panjang-lebar.
"Emang adik lo umur berapa?"
"Tahun ini umurnya 13 tahun."
"Hmm .... Jauh juga ya jaraknya ama lo."
"Kalo lo, berapa bersaudara, James?" Dion balas bertanya.
"Kami juga 2 bersaudara. Abang gua beda 3 tahun sama gua."
"Enak dong lo, jadi anak bungsu. Pantesan elo agak-agak manjuaahhh begichuu, " ucap Dion dengan mulut dimonyong-monyongin.
"Semprul lo !! Asal aja kalo ngomong !!" sontak James menyambit Dion dengan bantal. Yang disambit malah tertawa terbahak-bahak.
...****************...
Tanpa terasa sudah hampir genap satu semester berlangsung. Sebentar lagi Ujian Akhir Semester (UAS) akan dimulai. Para mahasiswa tampak sibuk belajar ekstra untuk persiapan menghadapi ujian. Ada yang ikut belajar kelompok, ada yang jadi rajin ke perpustakaan, masing-masing berusaha dengan caranya sendiri.
Sudah tiga hari di kamar Dion dan James kedatangan barang baru. Sebuah kanvas berukuran 60 cm x 80 cm tampak berdiri tegak dengan easel-nya. (Noted : easel adalah papan penyangga kanvas, biasanya terbuat dari kayu). Kanvas tersebut diletakkan di samping ranjang Dion dan ditutupi kain hitam.
Tentu saja James penasaran dengan lukisan di balik kain tersebut. Ia belum pernah melihat hasil karya Dion, apalagi dia tahu kalau Dion adalah penerima beasiswa di kampusnya. Pasti Dion dikategorikan sebagai pemuda berbakat di bidangnya. Tapi ia tidak cukup lancang untuk membukanya sendiri tanpa izin dari Si Empunya lukisan.
Rupanya rasa penasaran James diketahui oleh Yang Maha Kuasa. DiberiNyalah James kesempatan tersebut pada siang ini.
Hari ini kuliah terakhir sudah selesai pukul 13.00. Selesai makan siang, James kembali ke asrama. Ketika ia membuka pintu kamar, ia melihat pemandangan yang membuatnya takjub. SEORANG DION ADIPRATAMA SUDAH BERADA DI KAMAR MEREKA DI SIANG HARI BOLONG!!
"Woiii James !! Kok cuma bengong di depan pintu? Ga jadi masuk?" tegur Dion dari balik kanvas.
"Tumben jam segini lo uda balik, bro ?" tanya James masih belum lepas dari rasa ketertakjubannya.
"Ya, karena ini nih ..." jawab Dion sambil menunjuk lukisannya.
"Gua harus buat lukisan bebas sebagai tugas akhir semester. Kalo masih ngikutin schedule gua yang biasa, ga bakal kelar tepat waktu. Kan gawat kalo gua sampe didepak dari kampus," lanjut Dion sambil tertawa.
James pun mendekati Dion dan melihat lukisan tersebut dari balik punggungnya. Lukisan tersebut baru diwarnai sebagian, tapi sudah terlihat jelas gambarannya. Lukisan seorang anak perempuan yang tersenyum manis pada kelinci putih yang sedang dipeluknya. Anak tersebut sedang duduk di antara bunga-bunga. Lukisan itu dilukis dengan sangat detail, membuat lukisan tersebut tampak hidup.
"Ada model aslinya atau imajinasi?" tanya James.
"Gabungan keduanya," jawab Dion pendek.
"Maksudnya?"
"Model aslinya itu adik gua. Tapi pose dan latar belakangnya cuma berdasarkan imajinasi gua doang," jelas Dion.
Dion kembali mengayunkan kuas dan menorehkan warna-warna pada lukisannya. Terlihat ia mencurahkan segenap konsentrasinya pada karyanya tersebut.
James hanya berdiri diam sambil terus memperhatikan sosok Dion serta lukisan yang pelan-pelan sedang disempurnakannya. James bukan seorang pecinta lukisan. Tapi untuk lukisan yang ini, ia tidak bisa berhenti menatapinya dengan rasa kagum.
Dion benar-benar menyayangi adiknya. Siapapun yang melihat lukisan ini pasti dapat merasakan betapa besarnya rasa sayang Si Pelukis kepada orang yang dilukisnya, kata James dalam hatinya.
Sungguh lukisan yang cantik. Adik perempuan yang juga cantik. Jika memiliki adik perempuan secantik ini, kakak laki-laki mana yang tidak akan menyayanginya, tambahnya lagi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 299 Episodes
Comments
Amelia
wah bisa Love love nih 😊😊
2024-05-03
1
Amelia
baik nya nih anak 👍👍
2024-05-03
0
Amelia
hahaha 😀😀
2024-05-03
0