Selamat membaca..
***
Malia dan Reiji sudah berkeliling di suatu tempat wisata yang saat itu sedang cukup ramai juga. Meskipun bukan
musim liburan.
Menikmati waktu penjajakan berdua untuk yang pertama kalinya sebagai awal hubungan mereka yang bermula dari
perjodohan. Entah bagaimana Malia dan Reiji mengatakan hubungan mereka ini, yang jelas bukan sepasang kekasih.
Karena yang disebut dengan sepasang kekasih, seyogyanya adalah mereka yang saling mencintai. Sementara
diantara Malia dan Reiji rasanya belum ada rasa yang disebut ‘Cinta’. Malia sendiri memang tidak punya perasaan spesial pada Reiji, selain ia mengagumi Reiji.
Dan Reiji sendiri, meskipun sudah mengakui bahwa dia menyukai Malia. Dan mungkin sudah sejak lama, Reiji punya perasaan suka pada Malia sebagai lawan jenis, namun untuk mengatakan jika Reiji jatuh cinta pada Malia pun rasanya Reiji belum meyakini betul jika itu adalah ‘Cinta’.
Entahlah, masih samar bagi Reiji tentang ‘Cinta’ untuk Malia.
Kalau rasa sayang pada Malia, mungkin Reiji memang sudah punya.
Tapi kalau Malia, kedua perasaan baik sayang apalagi cinta untuk Reiji, rasanya belum ada sama sekali.
Malia memang pernah menyukai Reiji. Tapi itu dulu, saat Malia masih berseragam putih biru.
Namun seiring waktu, rasa itu menguap begitu saja saat Malia sudah berganti seragam ke putih abu.
Mungkin peduli.
Yah, mungkin hanya rasa peduli yang Malia punya pada Reiji saat ini.
Mengingat jika ia sudah kenal seumur hidupnya dengan Reiji. Dan meskipun Malia tak sering berinteraksi dengan
Reiji, namun selama ini sikap Reiji bisa dikatakan baik pada Malia, walau kadang menyebalkan jika Reiji sedang cerewet menasehatinya bak seorang kakak lelaki yang sedang ngomel pada adik perempuannya.
Bahkan orang tua Malia sepertinya kalah cerewet dengan Reiji, dalam soal menasehati Malia. Pasalnya kedua orang tua Malia tidak pernah sekalipun memarahi Malia sejak ia kecil. Tapi Reiji, bisa dengan sangat enteng bicara merepet pada Malia, meski maksudnya baik.
Contoh, saat Malia ditembak oleh salah seorang kakak kelasnya di SMA.
****
A Flashback..
Dua orang gadis berseragam abu sedang duduk berdua dengan seragam sekolah lengkap dengan tas ransel milik
keduanya yang sudah diletakkan dipangkuan dua Gadis tersebut yang sedang menunggu seorang asisten rumah tangga membawakan minuman dingin untuk keduanya.
“Eh Lia....” Panggil gadis berseragam putih abu satunya.
“Hm?”
Teman si gadis yang namanya Lia itupun menyahut dengan deheman sembari menyandarkan punggungnya di sofa.
“Lo jawab apa waktu si Tora nembak lo tadi? ..”
“Belom gue kasih jawaban Vi”
Gadis yang dipanggil Lia itupun menjawab cepat.
“Lah? Emang lo ga suka sama dia?!” Tukas gadis yang dipanggil Vi itu.
“Ta-...”
“Masih bau kencur. Ga usah pacar-pacaran” Sebuah suara muncul dari belakang dua gadis yang sedang duduk
beristirahat di sofa saat mereka sudah pulang dari sekolah.
Kemudian sosok pemilik suara sudah terlihat dan mengambil tempat di sofa single dalam ruang tamu dalam
sebuah rumah besar milik orang tua gadis yang dipanggil Vi, atau Avi.
“Nih, gue kasih tau sama kalian berdua ya..” Ucap seorang pria muda yang tahu-tahu nongol dihadapan dua gadis SMA tersebut. “Fokus aja sama belajar, sama sekolah. Hargai orang tua yang udah cari duit cape-cape buat nyekolahin anak-anaknya..”
Si pria muda yang merupakan kakak kandung Avi itu mulai bercerocos ria. Ketus sih nada bicaranya, tapi maksudnya baik.
“Masih sekolah, ngarepin apa dari pacaran?..” Ucap si pria muda yang bernama Reiji itu. “Apalagi sama cowo-cowo
baru gede yang sepantaran sama kalian. Mau emang kenapa-kenapa? Terus nyesel deh ujung-ujungnya!..”
Reiji masih bercerocos ria, namun bermaksud membuka pikiran dua gadis muda yang ia sangat perdulikan itu. Dua
gadis yang merupakan adik Reiji. Satu adik kandung beneran, satu ade-adean. Eh, udah dianggap adik sendiri maksudnya.
Karena Reiji sudah mengenal gadis yang di panggil Lia itu sedari itu gadis masih orok.
“Terus kalo udah nyesel mau apa?”
Reiji bertanya sembari menatap dua gadis yang ada didekatnya itu.
“Hidup udah keburu ancur terus mau nyesel?.. klise!”
Dan dua gadis SMA itu pun kemudian nampak tercenung sendiri, seperti sedang menelaah baik-baik ucapan Reiji, sang Abang.
“Jadi sebelum kejadian dan nyesel berkepanjangan, mending ga usah itu mikir pacar-pacaran. Sekolah aja dulu yang bener! Seragam SMA juga masih bau toko udah mikir pacaran!”
Flashback off..
**
“Kesana yuk Li?” Reiji menunjuk tempat dimana banyak orang terlihat sedang berfoto ria dengan menggunakan
pakaian tradisional dari beberapa negara.
“Jangan bilang lo mau foto ala-ala oppa korea”
Reiji pun terkekeh kecil. “Itu spot jepang, lah”
“Oh iya, ya!.. Yah mirip-mirip abisnya ..” Kekeh Malia yang geli sendiri.
Reiji jadi tersenyum geli karenanya. “Mirip darimananya coba?” Ucap Reiji kemudian. “Jelas beda banget baju tradisionalnya”
“Hehehe” Malia terkekeh garing.
“Yuk ah kesana...” Ajak Reiji.
“Ngapain coba? Orang rame yang foto-foto gitu ....”
“Ya udah makanya sekalian kita foto pre-wed!”
“A-Apa??!!..”
Malia sampai melongo mendengar ucapan Reiji yang berupa ajakan untuk foto pra-nikah itu.
“Foto pre-wed???....”
“Yup!”
“Se-riusan???!.....”
Malia nampak terkejut dengan gagasan Reiji.
“Hahaha!”
Gelakan Reiji mengudara kemudian.
“Rei! ih!”
“Lia, Lia...”
Gelakan Reiji perlahan menjadi kekehan.
“Serius amat nanggepinnya, Neng!” Kekeh Reiji.
“Rese!” Malia mencebik.
Reiji menyelesaikan dulu sisa kekehannya.
“Lagian kamu, masa iya aku asal aja ngajak foto pre-wed tanpa persiapan?”
‘Kirain!’ Batin Malia. “Kirain ga mau modal!....”
Reiji terkekeh kecil.
“By the way Lia, talking soal foto pre-wed.....”
“Kenapa?”
“Kita belum bikin jadwal buat itu loh? .....”
“Foto pre-wed?”
“Hu’um” Reiji manggut-manggut.
Namun Malia tertegun sejenak.
Reiji yang menyadari Malia nampak bengong itu sontak bertanya.
“Kenapa? ..”
“Memang harus ya kita foto pre-wed? ...”
Malia menatap Reiji datar seraya bertanya, dimana Reiji langsung mengulas senyuman.
“Ga harus kok”
Lalu Reiji langsung berucap pada Malia.
“Huum...”
“Ya udah yuk kita balik ..”
“Heu?...”
Malia sedikit mengernyit sembari melihat pada Reiji.
“Balik? .....”
“Iya... kita udah keliling kan disini? .... atau kamu masih mau keliling lagi? ....”
“Bukannya tadi lo bilang mau ke sana?...”
“Ga usahlah.... rame banget itu. Tapi kalo kamu mau kesana ya ayo”
“Lo marah ya? ...”
“Marah? ....” Reiji balik bertanya pada Malia yang barusan melontarkan pertanyaan padanya.
Malia mengangguk.
“Kenapa aku harus marah? ...”
“Yaaa karena kesannya gue males nanggepin lo soal foto pre-wed? ...”
Reiji segera tersenyum dan mendengus geli disaat yang sama.
“Lia.. Lia..”
Reiji geleng-geleng.
“Memang aku bocah?”
“Ya who knows?.... lo marah atau mungkin tersinggung karena gue yang terkesan ga mau bikin foto pre-wed sama lo ....”
“Aku ga tersinggung apalagi marah kalau kamu ga mau ada acara foto pre-wed buat nambah-nambahin hiasan di acara nikahan kita nanti. Ga masalah buat aku. Mau segala ada foto pre-wed atau engga. Yang jadi masalah buat aku itu, kalau kamu tau-tau berubah pikiran dan membatalkan pernikahan kita ....”
“.......”
“Dan aku harap itu ga sampai terjadi”
“.......”
“Jika – Andai kata – itu terjadi .... nah, baru kayaknya aku tersinggung atau mungkin marah sama kamu, Lia....”
“.......”
“Apalagi tau-tau kamu kabur pas akad nikah ....”
Reiji berseloroh kemudian.
Dan Malia pun terkekeh kecil.
Reiji kembali mengulas senyuman.
“Jangan sampe kamu begitu ya Lia? ...”
Reiji menatap pada Malia.
Tatapan tulus yang seolah sedang memohon, hingga membuat Malia menyunggingkan senyuman manisnya pada Reiji.
“Insya Allah engga”
**
Bersambung ...
Semoga tetap enjoy bacanya ya?
Loph Loph
Emaknya Queen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments