Selamat membaca ..
***
MALIA
Aku tidak tahu jika Reiji adalah seorang perokok.
Kalau dilihat standar penilaian untuk mengetahui apakah seseorang itu perokok atau tidak kan, bisa dilihat dari warna bibirnya.
Selain jika orang tersebut adalah seorang wanita, dan memakai lipstick. Akan sulit diketahui dari warna bibir. Nah kalau cowok yang notabene ga pake lipstik kan bisa terlihat dengan mudah.
Meskipun ada sih jenis cowok yang suka pake lipstik, atau mantan cowok.
Hehe, you know-lah.
Oke, kembali ke Reiji.
Aku tidak tahu dan tidak sangka kalau Reiji itu adalah seorang perokok, meski bukan perokok berat seperti yang
Reiji bilang padaku.
Karena warna bibir Reiji nampak natural aja, ga berbeda dari warna bibirnya dari yang sejauh aku mengenal Reiji
selama ini.
Jadi aku agak sedikit kaget aja, waktu mendapati dia sedang berdiri bersandar di mobilnya sembari menyesap rokok kemudian menghembuskan asapnya ke udara.
No big deal sih untukku, mau Reiji merokok atau tidak.
Aku juga bukan perempuan yang anti sama perokok, mau itu laki-laki atau perempuan.
Toh teman-temanku baik laki-laki maupun perempuan banyak juga yang merupakan para perokok aktif dan beberapa tergolong sebagai perokok berat. Jadi waktu Reiji tanya,
“Kamu ga suka cowok ngerokok?”
“Biasa aja”
Begitu jawabku pada Reiji.
Tapi kemudian malah dia nanya lagi,
“Biasa aja gimana?”
Ya aku jawab netral aja, aku memang bukan orang yang anti sama perokok.
Baru kemudian Reiji manggut-manggut.
Tapi pertanyaan berikutnya dari Reiji ngeselin,
“Termasuk sama calon suami?..”
Dih apaan sih Reiji tuh? ..
Garing banget.
Aku melihat Reiji mengulum senyum kemudian, lalu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya.
Aku pun mengeluarkan ponsel milikku dari dalam sling bag-ku.
Dan untuk beberapa saat, aku dan Reiji sama-sama sibuk dengan ponsel masing-masing.
Aku sibuk membalas banyaknya chat penuh ke-kepo-an dari si Avi, dan Reiji entah apa yang dilakukan atau dilihatnya dalam ponselnya itu.
Yang jelas, selepas aku selesai ber-chat ria dengan Avi aku melirik pada Reiji, dan dia nampak sesekali
tersenyum dengan mata yang fokus pada ponselnya, kemudian jempolnya nampak ikut bergerak mengusap layar ponsel.
**
MALIA
Bicara tentang Reiji yang seorang perokok, entah karena iseng aja atau gimana. Mataku ini kenapa lancang sekali
memperhatikan Reiji. Padahal tadi di dalam mobil, mataku ini sudah sempet memindai perawakan Reiji.
Hanya tubuhnya sih, berikut potongan rambutnya.
Belum wajahnya secara detail. Bibir yang sesekali menyesap batang rokok yang tinggal setengah, memang tidak
nampak seperti bibir perokok.
Padahal katanya, Reiji sudah mulai merokok sejak ia kuliah. Harusnya kan bibirnya agak gelap ya?. Tapi kok
kayaknya sih engga?. Malah kulit Reiji aja yang sedikit gelap.
Dia ngelakuin tanning atau engga sih?.
Soalnya kulit gelapnya itu seolah merata dengan sempurna, menambah machonya ini cowo.
Dan menurutku, warna kulit Reiji yang sekarang ini lebih cocok buat dia. Lebih nampak manly, ketimbang dulu putih kinclong nan mulus, bahkan aku aja suka minder sebagai perempuan kalo dideket Reiji yang nampak merawat sekali dirinya.
Bekas cukuran jenggot dan jambang yang agak kasar disekitaran bagian itu, menambah ke-eksotis-an penampilan Reiji yang sekarang. Bibir yang sedikit tebal itu, bikin..
Ah sudahlah.
Entah berapa cewe yang pernah ngerasain itu bibir Reiji yang cipokable.
Eehh??..
Oke, skip bibir Reiji.
Mata Reiji teduh. Meski doyan baca, tapi setahuku mata Reiji tidak bermasalah sama sekali.
Kalau aku sedang main ke rumah keluarganya dan mendapati Reiji sedang membaca sebuah buku, yang entah novel atau apa dan lumayan tebelnya, aku tidak pernah melihat Reiji menggunakan kacamata.
Dan yah, rasa-rasanya mata Reiji normal-normal aja. Lagipula Reiji kan Pilot. Kayaknya salah satu persyaratan
jadi seorang Pilot tidak boleh memiliki masalah mata deh.
Dan mata itu..
Kini sedang menatapku.
Hah? Apa?!
“Udah selesai belum mandanginnya?”
Oh **!.
**
“Udah selesai belum mandanginnya?”
“Ih apaan sih?!”
“Hanya memberi kamu kesempatan untuk memandangi wajah aku lebih dekat” Ucap Reiji dengan tersenyum sembari menatap dekat pada Malia. “Daripada kamu curi-curi pandang?” Tambahnya.
“Dih, pede banget”
“Harus dong! ..” Seru Reiji dengan tersenyum lebar.
Malia mencebik dan segera memalingkan wajahnya dari Reiji.
Bukan apa,
Malia sedang menyembunyikan wajahnya, yang ia tahu persis jika wajahnya itu sedang berubah warna.
“Cantik..”
Terdengar suara Reiji yang memuji.
“Gombal!”
“Orang kenyataannya kok..”
Reiji berucap.
“Kamu emang cantik dari kecil juga Lia..”
“Masa?”
Malia menyahut, tapi masih tidak berani menoleh pada Reiji.
“Hu’um” Tanggap Reiji. “Dan makin cantik lagi ..”
Reiji menjeda sejenak kalimatnya.
“Kalau lagi blushing begini..” Lalu berbisik di telinga Malia.
‘Sialan!’
**
“Ya udah yuk, jalan lagi?..”
Setelah puas dengan sedikit menggoda Malia, Reiji kemudian mengajak Malia untuk melanjutkan perjalanan.
“Ayo!..”
Malia pun segera mengiyakan.
“Eh iya kamu udah lapar belum, Lia? ..”
“Belum sih” Sahut Malia.
“Ya udah kalo gitu” Kata Reiji.
“Lo sendiri? ..” Gantian Malia yang bertanya.
“Sedikit sih” Jawab Reiji. “But it’s okay .. aku masih bisa tahan”
“Ih jangan lah .. nanti sakit loh perutnya ..” Tukas Malia.
Reiji tersenyum.
“Perhatian banget calon istri ..”
Reiji kembali menggoda Malia.
Dimana Malia lagi-lagi mencebik.
“Orang ngomong serius juga!”
“Iya, sorry ..” Kata Reiji. “Thanks ya udah perhatian?”
“Ya udah cari makan aja dulu kalo gitu. Tuh kan banyak pilihan..” Ajak Malia pada Reiji.
“Santai aja Lia .. Aku udah sarapan kok tadi”
“Tapi kan lo katanya laper lagi?” Kata Malia.
“Sedikit kan aku bilang” Sahut Reiji. “Masih ketahan”
“Kalau perut dirasa sudah minta diisi ya jangan ditahan-tahan”
“Serius kok, it’s okay. Mungkin karena efek mengemudi agak lama gegara macet aja tadi”
“Ya justru itu” Tukas Malia. “Karena kamu mengemudi, jadi perut kamu yang udah minta diisi lagi jangan diabaikan”
“Ya udah.. aku ikut apa kata calon istri kalo gitu” Ucap Reiji seraya tersenyum pada Malia yang berdecih geli pada Reiji.
Namun Malia agak terkejut kemudian.
“Yuk!”
Karena tangan Reiji sudah menggenggam tangannya.
“Kenapa?..”
Reiji sontak bertanya pada Malia karena perempuan itu nampak sedikit terpaku ditempatnya.
Dan dibeberapa detik kemudian Reiji menyadari sesuatu.
“Oh..” Reiji paham, jika Malia yang matanya sedang mengarah ke tangannya yang ia tautkan tanpa Reiji sadari
juga sebenarnya, membuat Malia mungkin saja merasa risih. “Sorry..”
Reiji hendak melepaskan tautan tangannya dari tangan Malia. Mencoba maklum. Tapi sesaat kemudian, senyuman
kembali menghiasi wajah Reiji.
“Biarin aja”
Saat Malia mengucapkan dua kata barusan, dan menahan tangan Reiji yang hendak dilepaskan oleh si empunya.
**
Malia dan Reiji kembali melanjutkan perjalanan menuju kota yang mereka tuju.
Di dalam mobil, keduanya masih lebih banyak diam satu sama lain.
Malia dan Reiji seolah sama-sama bingung tentang topik pembahasan sebagai bahan percakapan.
Hingga dua insan yang dipersatukan atas perjodohan itu dan sedang sama-sama mencoba menerima satu sama lain, memilih untuk menikmati saja alunan lagu yang terputar di dalam tape mobil Reiji.
🎶🎶🎶🎶 Just The Two of Us, We Can Make It If We Try, Just The Two Of Us .. 🎶🎶🎶🎶
Sebaris lirik lagu yang terputar di tape mobil Reiji seolah menggambarkan hubungan Malia dan Reiji saat ini, yang sama-sama sedang mencoba mencari cinta, yang siapa tahu dapat mereka temukan dengan secepatnya.
Well, seperti yang Pak B.J. Habibie bilang,
“Cinta Tidak Berupa Tatapan Satu Sama Lain, Tetapi Memandang Keluar Bersama, Ke Arah Yang Sama”
Bagaimana Malia dan Reiji sama-sama berpikir dan menerima, bahwa perjodohan mereka berdua mungkin tidak
ada salahnya.
**
Bersambung...
Dukungan selalu Emak tunggu ya sayang-sayangnya emak semua.
Loph Loph.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments
Suhestri Utami
sorry ya maak.. aku bru senggang hari ini.. jadi ya rada gabut gitu.. jadinya deh ngisengen emak aja.. 😁😁😁
2022-05-22
0