Selamat membaca..
***
“Ya, maksud gue, kalo emang lo udah reservasi tempat kan ga perlu lo tanya lagi gue maunya kemana”
“Aku hanya ga ingin dicap sebagai cowo egois sama calon istri aku..”
“......”
“Yang aku lakukan ini, buat jaga-jaga kalau kamu memang ga ada ide, tapi kalau memang kamu tadi mencetuskan untuk pergi ke tempat yang berbeda ya ga masalah...”
“......”
“Meskipun uang untuk mereservasi tempat ini hangus, buatku that’s no big deal (itu bukan masalah besar)....”
“......”
“Hanya perkara uang ...... sorry bukannya aku sok-sok banyak duit juga... Cuma yah aku coba berpikir gampang aja, Lia... aku sudah memilih dan mereservasi tempat ini buat antisipasi kalau kamu emang ga punya ide...... tapi kalau kamu mencetuskan tempat lain, aku akan dengan senang hati membawa kamu kesana. Yang penting kamu nyaman dulu. Nyaman, buat terbiasa bersama aku....”
Reiji bicara panjang lebar dengan raut wajah yang bermakna sembari memandang pada Malia yang nampak tertegun menatap Reiji. Lalu seutas senyum terbit di bibir Reiji.
“Karena aku tahu, kamu yang merasa paling berat untuk menerima perjodohan kita ini....” Sambung Reiji.
Malia tersenyum tipis.
“Iya kan?”
Lalu Malia mengangguk pelan.
Lagi-lagi Reiji mengulas senyuman di bibirnya.
Senyuman yang nampak teduh, tak sedikit pun ada gurat ketidaksenangan di wajah Reiji.
Membuat Malia jadi sedikit tidak enak hati pada Reiji. Tapi Malia juga tidak ingin bersikap munafik.
“Thanks udah jujur ya?...”
Malia mengangguk pelan menanggapi ucapan Reiji.
“Apa lo tersinggung? ...” Tanya Malia ragu-ragu. Tapi Reiji terdengar mendengus geli, seraya tersenyum lagi kemudian. “Sorry kalo lo tersinggung sama kejujuran gue” Tambah Malia.
“Lia ... Lia ...” Tukas Reiji. “Kenapa juga aku harus tersinggung?”
Reiji berkata santai.
“Justru aku hargai kejujuran kamu itu ...” Kata Reiji.
Malia tersenyum tipis.
“Kalau memang kamu masih merasa berat untuk menikah dengan aku, jangan kamu simpan rasa keberatan kamu semata-mata hanya karena kamu takut orang tua kita kecewa”
Reiji menyambung omongan.
“Daripada nanti kamu terpaksa saat menikah denganku nanti, hingga pada akhirnya kamu tertekan, aku yang akan merasa bersalah”
“......”
“Aku yakin orang tua kita berdua itu open mind.. jadi seandainya kamu jujur pada mereka tentang kamu yang merasa berat dengan perjodohan ini, aku rasa mereka mau mengerti”
“......”
“Lagian mumpung nih belom ada yang di bayarin uang mukanya dan undangan belum dicetak..”
“Bukannya sewa gedung udah dibayar ya uang mukanya?” Kata Malia.
“Oh iya ya?...” Tukas Reiji.
Malia manggut-manggut.
“Avi tadi WA” Ucap Malia.
“Hu’um ..” Reiji manggut-manggut.
“Sayang kan? ..” Kata Malia.
Lagi, Reiji tersenyum tenang.
“Lebih sayang lagi jika pada akhirnya kita tetap menikah tapi kamu merasa terpaksa, lalu tertekan, dimana hal itu akan memicu setiap hal sebagai bahan pertengkaran dan akhirnya pernikahan kita kandas ditengah jalan”
Malia tersenyum tipis.
Mendengarkan setiap ucapan Reiji dengan seksama.
Tapi dari semua hal yang Reiji ucapkan, ada satu hal yang bisa Malia tangkap, meski ia rasanya kepedean.
‘Dari semua omongan yang Reiji bilang barusan, kenapa gue merasa kalau dia sangat mengutamakan kenyamanan gue ya? ...’ Batin Malia.
“Bukannya itu lebih sayang lagi?...”
“Iya”
Malia mengangguk pelan.
“Jadi, kalau kamu memang berat untuk perjodohan ini, untuk menikah dengan aku, ayo, aku temani kamu ngomong sama orang tua kita... ga usah pikirin soal sewa gedung yang udah dibayar uang mukanya...”
Reiji meletakkan tangannya di atas tangan Malia yang berada di atas meja.
“Nanti aja pulang dari sini kalau ga kemalaman, aku temenin kamu bicara sama para orang tua hebring itu...”
Lalu Reiji menepuk-nepuk pelan tangan Malia.
“Mereka pasti ngerti kok...”
Reiji bicara dengan tenangnya.
“Dan lagi Lia, kita nikah atau engga pun, aku ga akan pernah berubah sikap sama kamu”
Reiji meyakinkan.
“Ya, meskipun aku ragu sih kamu akan mencari aku untuk meminta bantuan andai kita batal nikah...”
Reiji berkelakar. Dan Malia terkekeh kecil.
“Tapi kapanpun kamu membutuhkan aku, tolong jangan sungkan”
“Iya” Malia mengangguk seraya tersenyum.
“Tapi jangan langsung minta pulang abis makan ya?”
Reiji berkelakar lagi. Dan Malia kembali terkekeh.
“Kita jalan-jalan dulu deh sebentar”
“Lama juga ga apa-apa ...”
Malia menyahut.
“Kalo lama nanti kita kemalaman sampe Jakarta. Nanti itu dua pasang orang tua hebring keburu tidur ...”
Malia menarik sudut bibirnya.
“Ga apa-apa... Karena gue juga ga berniat untuk bicara pada mereka untuk membatalkan perjodohan dan rencana pernikahan kita kok”
“Heu?” Reiji sedikit terkesiap. “Bukannya kamu tadi bilang kalau kamu keberatan?” Lalu melontarkan pertanyaan.
“Memang ...” Tukas Malia. “Gue berat di jodoh-jodohin gini”
“......”
“Berat, karena pada dasarnya gue masih takut untuk berkomitmen dengan serius. Takut terkekang, takut juga ga becus jadi istri”
“......”
“Bukan berat karena dijodohkan sama lo Rei”
Malia menatap Reiji dan menampakkan senyum manisnya.
Membuat Reiji menjadi termangu sesaat, memandangi Malia.
“Lagian lo ga bakal malu-maluin juga kalo gue ajak ke kondangan..” Gantian Malia berkelakar dan Reiji terkekeh mendengarnya. Kemudian tersenyum lebar.
Nampak juga kelegaan di wajah Reiji.
Hingga tangan Reiji terulur sedikit panjang ke atas kepala Malia dan mengacak rambut Malia pelan.
“Makasih ya?...”
“Sama-sama ...”
****
Semilir angin yang berhembus di area sekitar Restoran tempat Malia dan Reiji menikmati santap siang mereka yang sudah tersaji dihadapan, mengurai kesejukan disuasana siang itu.
Se sejuk hati Reiji yang tadinya gundah, karena khawatir jika Malia benar-benar merasa berat dengan perjodohan antara mereka. Tapi memang, semua yang Reiji katakan pada Malia tadi sebelum pesanan mereka disajikan dihadapan keduanya, itu tulus keluar dari dalam hati Reiji.
Meski rasa-rasanya kalau soal menyukai Malia, itu sudah Reiji rasakan sejak lama, hanya saja Reiji selalu mencoba mengabaikan perasaan tersebut yang kala itu Reiji pikir hanya rasa suka sekedar kagum.
Yang kemudian tumbuh menjadi rasa peduli yang memang sudah sejak dulu juga Reiji peduli pada Malia sebagaimana Reiji peduli pada Avi.
Menyayangi Malia sebagaimana Reiji menyayangi Avi.
Hingga Reiji baru merasa-rasa, menyadari betul-betul seraya mengingat-ingat, kapan pertama kali hati Reiji berdebar saat berhadapan dengan Malia.
**
“Aaa Reeeii ..”
Bruk!.
Ingatan Reiji melayang ke hari itu.
Hari dimana Reiji datang pada hari wisudanya Malia.
Saat Malia setengah berlari ke arah Reiji yang berdiri dengan tersenyum membawa sebuket bunga di satu tangannya.
Ya dihari itu, dihari dimana Malia entah sadar atau tidak berhambur ke arah Reiji dan memeluknya erat, sampai menggoyangkan badan Reiji pula hingga tubuh Reiji bergerak kekanan dan kekiri bak boneka mampang, versi slow.
Dimana, didetik itu juga ada dentuman yang kemudian terasa seperti gelenyar aneh yang menjalar di hati Reiji.
Lebaynya, seolah ada kupu-kupu yang sedang beterbangan dihati Reiji kala itu.
Yah, rasa-rasanya sejak itu, Reiji punya rasa yang berbeda pada seorang Malia. Si Ade-ade an.
Yang orangnya sedang Reiji pandangi dengan seksama sembari mesam-mesem ga jelas sekarang ini.
“Rei....” Panggil Malia.
“Ya?....”
Reiji pun menyahut seraya menoleh pada Malia.
“Obat lo abis?” Seloroh Malia.
Didetik dimana Reiji sontak terkekeh geli.
“Eh dek Malia bisa nge lawak juga?”
“Lagian mesam-mesem ga jelas gitu. Untung ada gue kan? Kalo engga disangka lo orang yang otaknya kurang sesendok!”
“Ya ampun tega banget sama calon suami sendiri. Masa disamain sama orang rada-rada?”
“Ya lagian lo mesam-mesem, mesam-mesem kek gitu....” Kata Malia sembari terkekeh kecil.
“Mesam-mesem juga sama calon istri”
“Ya tapi biasa aja juga ngeliatin gue nya kali ....”
“Siapa bilang aku liatin kamu?” Sahut Reiji.
“Jadi? ....” Tanya Malia.
“Orang aku lagi liatin bidadari....” Goda Reiji sambil mesam-mesam.
“Receh banget lo Rei, sumpah!”
Malia melontarkan cibiran, namun ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terkekeh geli.
Reiji ikut terkekeh juga.
“Jangan marah kalo aku godain. Karena kamu pantes buat digoda. Siapa suruh jadi cewe cantik banget. Bikin mata aku berat untuk berkedip”
Eyyaaa
**
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 296 Episodes
Comments