Canda Kita
Seorang gadis tengah sibuk merapikan rambutnya di depan cermin yang berada di dalam kamarnya. Ia adalah Adel. Gadis cantik, putri tunggal di keluarganya.
Saat makan malam kemarin Hendra, papanya Adel, berpesan padanya agar hari ini menemani sang papa untuk makan malam bersama rekannya. Hendra juga memberikan paper bag berisi gaun selutut berwarna cream untuk dipakai Adel malam ini.
Selesai bersiap, Adel menapaki tangga turun dengan hati-hati sebab ini pertama kalinya ia memakai sepatu dengan hak setinggi 7 cm. Ia berjalan menuju ruang tamu di mana sang papa sudah menunggunya.
"Cantik sekali putri papa" puji Hendra menatap lembut pada Adel.
"Makasih pa" Adel menyahuti dengan tersenyum manis.
"Ayo kita berangkat sekarang" ajak Hendra. Keduanya lalu masuk ke dalam mobil dan berangkat menuju salah satu restoran yang berada di hotel mewah.
Usai turun dari mobil, Hendra menggandeng lengan putrinya. Mereka menaiki lift menuju restoran itu berada.
Sampainya di restoran, mereka berjalan mendekati sebuah meja yang terdapat seorang pria paruh baya, wanita paruh baya, dan juga seorang pria seusia Adel.
"Bram, Asri" sapa Hendra melepas lengan putrinya seraya memeluk Bram dan Asri bergantian.
"Hendra" pria paruh baya bernama Bram itu menyahuti dan membalas pelukan Hendra.
"Ini putrimu? Cantik sekali, dia sangat mirip dengan Lala" ucap wanita paruh baya bernama Asri, ia menatap Adel. Begitu juga dengan Bram. Sedangkan pria seusia Adel hanya menatapnya sekilas lalu mengalihkan pandangannya pada sekitar.
"Ini Adel anak saya, kakaknya sedang di luar negeri sehingga ia tidak bisa ikut kemari. Ayo nak kenalan sama teman papa, beliau adalah om Bram dan juga tante Asri" Hendra antusias memperkenalkan putrinya pada Bram dan Asri.
Adel tersenyum manis sambil menganggukkan kepalanya pelan. Ia lalu mencium punggung tangan Bram dan juga Asri "Om, tante"
"Ini anak kami, namanya Nao" Asri berganti memperkenalkan putra tunggalnya pada mereka.
Nao berdiri. Dengan senyuman tipis, ia menjabat tangan Hendra dan hanya menatap Adel dengan datar. Ia lalu kembali duduk di kursinya.
Adel baru tersadar jika pria yang terlihat seusianya itu ternyata pria paling populer di sekolahnya. Nao Putra Geofany, pria paling tampan dan digilai oleh siswi se-SMA Helius.
Usai perkenalan yang cukup lama, kini mereka duduk di kursi masing-masing. Tak lupa mereka juga memesan makanan. Sambil menunggu, sesekali mereka mengobrol dan bercanda tawa bersama.
"Kalau tidak salah kalian satu sekolah ya?" tanya Asri seraya menatap Nao dan Adel bergantian.
"Iya tante" jawab Adel.
"Aku tidak tahu ma" Nao menjawab dengan jujur meskipun jawabannya terkesan sombong, tapi Nao memang tidak tahu jika ada Adel di sekolahnya membuat Asri menatap heran pada putranya.
"Adel usianya berapa?" tanya Asri yang duduk di antara Adel dan Nao.
"Tahun ini 18 tahun tante"
"Sama dong seperti Nao" sahutnya menatap Nao. Sedangkan yang ditatap hanya memutar bola matanya malas.
Obrolan mereka harus terhenti sejenak saat seorang waiters membawakan pesanan mereka. Mereka makan dengan lahapnya sambil tetap mengobrol dan bersenda gurau bersama.
"Jadi begini Nao, Adel..." ucap Bram menatap Nao dan Adel bergantian usai selesai makan.
"Sebenarnya tujuan kami makan malam bersama seperti ini karena kami sepakat..." ucap Bram seraya menatap Asri dan Hendra bergantian.
"Untuk menjodohkan kalian berdua"
Ucapan Bram membuat putranya tersedak saat meminum jus jeruk. Adel sendiri hanya diam terpaku dengan membulatkan matanya karena ia juga sama terkejutnya dengan Nao.
"Papa gila ya?" Nao menaruh gelas dengan kasar.
"Terserah apa kata kamu Nao, tapi papa, mama, dan juga om Hendra sudah sepakat untuk menjodohkan kalian" tegas Bram.
"Maaf pa, ma, aku tidak mau" Nao beranjak dari tempat duduknya. Ia lalu keluar dari restoran dan berjalan cepat menuju lift.
"Nao, Nao-" panggil Bram dari dalam restoran namun tak dihiraukan Nao.
Raut muka Bram dan juga Asri seketika berubah menjadi sendu.
"Adel, bisa tolong kejar Nao?" pinta Bram pada Adel yang membuatnya tersadar dari lamunannya.
"Gi-mana om?"
"Tolong kejar Nao, bawa dia kembali ke sini, diskusi ini masih belum selesai" pintanya lagi.
"Tapi om-"
"Udah nak kamu kejar dia" ucap Hendra kemudian.
"Tapi pa, aku juga tidak ma-"
"Papa mohon sama kamu nak" Hendra mengusap lembut tangan putrinya membuat Adel tidak punya pilihan lain selain mengejar Nao. Padahal ia juga ingin mengutarakan pendapatnya tentang perjodohan ini. Ia bahkan tidak punya kesempatan untuk mengucapkan kata penolakan.
Adel berjalan cepat dengan susah payah karena sepatunya. Ia lalu memencet tombol lift dengan cepat agar masih sempat menyusul Nao. Usai memasuki lift, lift itu turun menuju lantai satu di mana lobi berada.
Sampainya di lobi, Adel melihat Nao sedang duduk di sofa dengan menundukkan kepala dan memejamkan matanya. Adel berjalan perlahan untuk mendekatinya.
Nao membuka matanya pelan usai mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya. Ia melihat kaki seorang gadis berada di depannya.
"Mau apa lo nyusulin gue? Kurang jelas ya kalau gue enggak mau dijodohin sama lo" ucapnya dengan nada dingin.
"Om sama tante minta tolong sama gue buat nyusulin lo" Adel menyahuti kemudian melipat kedua tangannya.
"Pergi sana, gue enggak mau kembali ke sana" Nao beranjak pergi keluar hotel meninggalkan Adel tanpa menatapnya.
Adel menghela nafas kesal. Ia kemudian mengejar Nao. Ada rasa perih di kakinya karena sepatu hak tinggi itu. Ia berhasil mencekal lengan baju Nao yang membuat Nao menghentikan langkahnya.
"Nao tunggu. Gue juga enggak mau nerima perjodohan ini" ucap Adel seraya mengatur nafasnya.
Nao menoleh menatap Adel, ia mengkerutkan keningnya begitu mendengar ucapan Adel "Tapi papa gue enggak bakal nerima penolakan ini"
"Setidaknya kita bisa bujuk mereka, siapa tahu mereka bisa mengerti dan paham"
Nao berdecih "Mana mungkin, gue tahu siapa papa gue"
Nao menepis kasar lengan Adel, Ia lalu melanjutkan langkah kakinya menuju pintu keluar dan menghentikan sebuah taksi.
Belum sempat Nao memasuki taksinya, langkahnya kembali terhenti ketika Adel memeluknya dari belakang.
"Gue mohon Nao" ucap Adel membuat Nao kian frustasi dengan gadis yang baru beberapa jam yang lalu dikenalnya. Ia kira gadis itu sudah membiarkannya pergi, tapi nyatanya gadis itu masih saja mengejarnya.
Nao melepas kasar lengan Adel yang melingkari perutnya. Ia lalu membalikkan badannya dan menatap tajam gadis itu.
"Mau lo apa sih? Gue udah bilang gue enggak mau kembali ke sana"
Adel tahu pria itu sangat kesal padanya hingga ia tidak berani menjawab dan menatap Nao. Adel memilih menundukkan kepalanya. Tanpa sadar air mata Adel menetes begitu saja di ujung matanya. Membuat mereka menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung dan pegawai hotel.
Nao menghela nafasnya kesal "Oke, gue balik ke sana, tapi please..lo berhenti nangisnya, orang-orang ngira gue ngapa-ngapain lo"
Adel mendongak menatap Nao dengan sudut bibirnya yang sedikit naik. Ia lalu segera mengusap air matanya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Nurraeni Nurraeni
suka
2023-05-20
1
abdan syakura
wah sdh rame comment2 nya
ikutan nyimak ya Thor...
Semangat sll🥰💪
2023-04-17
1
It's me [Ryanti]
cowoknya jutek yah
2023-03-01
1