Ke Sekolah Bersama

Asri menapaki tangga menuju kamar putranya yang berada di lantai 2. Sudah menjadi kebiasaannya untuk membangunkan Nao setiap harinya. Entah menurun dari siapa kebiasaan buruk itu.

"Nao bangun nak, sudah jam 6" Asri menggoyang-goyangkan tubuh putranya yang masih tertidur lelap.

"Bentar ma" sahutnya dengan suara parau khas orang baru bangun tidur. Tentu saja kedua matanya masih terpejam.

"Buruan Nao, kamu harus ke rumah om Hendra untuk menjemput Adel" Asri menyibak selimut yang menutupi tubuh Nao dengan sedikit kasar agar ia segera bangun.

"Mama apaan sih...dingin ma" keluh Nao kembali mencari selimutnya dan kembali menutupkan ke tubuhnya.

Asri menggelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang "Dalam hitungan ke tiga kalau kamu tidak bangun, mama sita mobil kamu" ancamnya.

"Kalau di sita aku tidak perlu ke rumah Adel" Nao menyahuti dengan sedikit terkekeh membuat mamanya kian heran. Asri menarik telinga putranya itu.

"Aw...sakit ma" pekik Nao mengelus daun telinganya dan ia pun membuka matanya.

"Cepat siap-siap, sarapan, dan jemput calon istri kamu" ucap Asri seraya keluar dari kamar putranya.

Seperti itulah keadaan setiap pagi seorang Nao. Ia akan bangun dari tidurnya jika sang mama sudah mengoceh panjang lebar dan akan menarik telinganya apabila Nao masih saja belum bangun.

Dengan langkah malas Nao bersiap untuk sekolah. Kini dirinya hendak menyantap sarapan bersama mamanya.

"Papa mana ma?" Nao bertanya sambil menggeser kursi untuk didudukinya.

"Sudah berangkat" jawab Asri sambil mengambilkan nasi dan lauk untuk Nao.

"Oh"

"Jangan lupa kamu jemput Adel" beritahu Asri sekali lagi dengan senyum bahagia.

"Harus ya ma?" Nao menyahuti sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Senyuman Asri perlahan luntur. Ia menatap tajam pada putranya seolah-olah ia sedang mengancam Nao. Pasti mamanya akan berkata untuk menyita ponsel Nao atau membekukan atmnya. Sudah sampai hafal Nao mendengar ocehan sang mama yang sering mengancamnya seperti itu.

Tentu saja semua itu hanyalah sebuah gurauan. Nyatanya mereka sekalipun tidak pernah menyita mobil, ponsel, ataupun atm Nao.

"Iya ma nanti aku jemput dia" senyum Asri kembali mengembang usai mendengar jawaban putranya.

Setelah sarapan, Nao menyalakan mobilnya. Mamanya sempat mengirimkan alamat rumah Adel melalui pesan. Nao menyalakan google maps agar ia tidak tersesat. Diikutinya arahan dari google maps dan sekitar 20 menit ia tiba di depan gerbang sebuah rumah.

Nao turun dari mobilnya dan bertanya pada satpam yang berjaga dan benar saja jika rumah itu adalah rumah pak Hendra, papanya Adel.

Nao memilih untuk menunggu gadis itu di luar gerbang. Ia menyandarkan tubuhnya pada body mobil. Dilihatnya arloji yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 06.30. Suara klakson mobil terdengar bersamaan dengan satpam yang membuka lebar pintu gerbang.

Mobil itu berhenti dan perlahan kaca mobil itu turun. Terlihat wajah Hendra dan juga Adel di dalamnya.

"Pagi om" sapa Nao ramah.

"Loh Nao..kamu mau jemput anak saya?" ucap Hendra sudah tahu maksud Nao mendatangi rumahnya pagi-pagi begini.

"Iya, om, boleh?" pintanya membuat Hendra sedikit terkekeh sedangkan Adel hanya mengkerutkan keningnya. Ia menatap heran pada Nao.

"Tentu saja boleh Nao"

Hendra menoleh ke belakang di mana Adel berada "Adel kamu ke sekolah sama Nao"

"Tapi pa-"

"Sudahlah kamu ikut saja sama Nao, dia kan sudah menjemputmu" ucap Hendra membuat Adel terpaksa keluar dari mobil papanya.

"Papa duluan ya sayang. Om titip Adel padamu Nao" ucap Hendra dan diangguki oleh Nao dengan senyuman. Ia kemudian berlalu melajukan mobilnya.

"Buruan naik, nanti telat" ucap Nao seraya memasuki mobilnya dan duduk di kursi kemudi.

Adel hanya mengikuti intruksi pria itu. Ia duduk di samping kemudi dan memakai seatbeltnya.

Nao melajukan mobilnya menuju sekolah. Suasana di dalam mobil itu sangat hening. Hanya suara dari mobil itu sendiri yang terdengar. Adel hanya asyik menatap keluar jendela sedangkan Nao fokus menyetir.

"Gue nanti turun di halte aja" Adel kembali memecah suasana hening diantara keduanya.

"Enggak bisa. Anak buah papa gue ngikutin di belakang" Nao menjawab dengan pandangannya yang masih lurus ke depan menatap jalanan.

Adel menoleh ke belakang. Dan benar saja jika keduanya sedang diikuti. Nao sudah menyadari hal itu sejak ia baru beberapa meter keluar dari pintu gerbang rumahnya. Ia mengenal mobil itu. Mobil yang sering dipakai oleh bodyguard papanya.

"Tapi kalau nanti ada yang lihat gimana?"

"Abaikan saja" Nao menyahuti dengan entengnya karena ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian sedangkan Adel sendiri tidak pernah menjadi pusat perhatian sehingga ia pasti akan merasa risih dan terbebani. Belum lagi dengan fansnya Nao, ia sangat malas jika harus berurusan dengan mereka.

"Itu gampang buat lo tapi enggak buat gue" keluh Adel dengan nada sedikit kesal.

Nao menginjak rem mendadak membuat mobil itu berhenti tiba-tiba. Ia lalu menatap tajam pada Adel.

"Lo calon istri gue, sebisa mungkin lo harus mau nerima resiko itu"

Desiran aneh muncul begitu saja di hati Adel saat Nao menyebut dirinya sebagai calon istri. Ia menepis hal itu. Adel menatap lurus. Ia mengerucutkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya.

Nao kembali melajukan mobilnya. Saat memasuki gerbang sekolah, Adel mengambil sebuah topi dari dalam tasnya. Hal itu sengaja disiapkannya untuk hal mendesak seperti sekarang ini.

Adel memakai topi yang menutupi hampir seluruh kepalanya. Hanya bibirnya saja yang terlihat membuat Nao tertawa melihat hal itu.

"Lo ngapain pakai gituan? Emang lo bisa lihat"

Adel mengangkat topinya dan memperlihatkan sedikit wajahnya "Bac*t lo"

Adel lalu keluar dari mobil itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada fans Nao di sekitar sana. Ia mengelus dadanya lega karena di sana tidak ada siapapun kecuali seorang siswa yang baru saja turun dari mobilnya.

Siswa itu menatap heran pada Adel yang keluar dari mobil Nao. Adel memilih mengabaikannya. Lagi pula ia hanya seorang siswa. Yang penting ia bukan fansnya Nao, pikirnya.

Nao sendiri masih sibuk tertawa di dalam mobilnya "Cewek aneh"

Nao lalu membuka seatbeltnya dan turun dari mobilnya. Ia melihat Malvin, sahabatnya sejak SMP itu berdiri di samping mobilnya.

"Sama cewek lo?" tanyanya tanpa basi basi.

Nao hanya mengangkat alisnya sebagai jawaban.

Malvin berdecih "Dia keluar dari mobil lo, tadi gue nggak sengaja lihat"

"Dia cuma kenalan gue" Nao masih enggan menceritakan perjodohannya dengan Adel meskipun pada sahabatnya sendiri.

Malvin menatap heran pada Nao. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan sahabatnya itu.

"Udahlah nggak usah urusin dia, nggak penting" ucap Nao lalu mengajak Malvin untuk ke kelas.

***

Terpopuler

Comments

Ellin So

Ellin So

ntar ada saingan baru tau rasa,,,,,,

2022-09-06

1

Bisko

Bisko

semangat thor

2022-05-02

1

lihat semua
Episodes
1 Perjodohan
2 Tetap Sama
3 Ke Sekolah Bersama
4 Mulai Menyadari
5 Edgar
6 Nggak Peka
7 Rahasia
8 Makan Malam
9 Bangun Lebih Awal
10 Sudah Ada Yang Punya
11 Akhir Pekan 1
12 Akhir Pekan 2
13 Bersama Daniel
14 Seorang Dermawan
15 Ketahuan?
16 Terungkap 1
17 Masakan Papa
18 Satu Sama
19 Lagian Nggak Penting
20 Pertama Kali Ke Rumah Calon Mertua
21 Menyebalkan, Tapi Baik
22 Butik
23 Karena Gaun
24 Rumah Adel
25 Wedding Party
26 Dia Tunangan Gue
27 Terpikirkan
28 Putus?
29 Bandara
30 Pantai
31 Jas Lab
32 Pulang bareng lagi?
33 Kevin
34 Murid Baru
35 Rumah Sakit
36 Mampir lagi
37 Foto
38 Nao Kenapa?
39 Perpustakaan
40 Random Talk
41 Meminta Tiket Konser
42 Terbongkar Sudah
43 Ulang Tahun
44 Jangan Jauh-Jauh
45 Ketakutan Adel
46 Perhatian Nao?
47 Kekhawatiran
48 Motor Gede
49 Konser
50 Petir Dan Ciuman Pertama
51 Ternyata
52 Masa Lalu Nao Dan Edgar
53 Berita Buruk
54 Berita Buruk (2)
55 Tenang, Ada Gue
56 Panggilan Baru
57 Apa Itu Sleep Call?
58 Bukan Candaan
59 Bertemu Daniel
60 Canda Kita
61 Munculnya Gadis Misterius
62 Untuk Sementara
63 Overthinking
64 Rencana
65 Ada Apa?
66 Harinya Adel
67 Romantis, Lucu
68 Ke Puncak
69 Pesta Barbeque
70 Isi Telepon
71 Pulang Duluan
72 Akhirnya, Resmi
73 Permintaan Adel
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Perjodohan
2
Tetap Sama
3
Ke Sekolah Bersama
4
Mulai Menyadari
5
Edgar
6
Nggak Peka
7
Rahasia
8
Makan Malam
9
Bangun Lebih Awal
10
Sudah Ada Yang Punya
11
Akhir Pekan 1
12
Akhir Pekan 2
13
Bersama Daniel
14
Seorang Dermawan
15
Ketahuan?
16
Terungkap 1
17
Masakan Papa
18
Satu Sama
19
Lagian Nggak Penting
20
Pertama Kali Ke Rumah Calon Mertua
21
Menyebalkan, Tapi Baik
22
Butik
23
Karena Gaun
24
Rumah Adel
25
Wedding Party
26
Dia Tunangan Gue
27
Terpikirkan
28
Putus?
29
Bandara
30
Pantai
31
Jas Lab
32
Pulang bareng lagi?
33
Kevin
34
Murid Baru
35
Rumah Sakit
36
Mampir lagi
37
Foto
38
Nao Kenapa?
39
Perpustakaan
40
Random Talk
41
Meminta Tiket Konser
42
Terbongkar Sudah
43
Ulang Tahun
44
Jangan Jauh-Jauh
45
Ketakutan Adel
46
Perhatian Nao?
47
Kekhawatiran
48
Motor Gede
49
Konser
50
Petir Dan Ciuman Pertama
51
Ternyata
52
Masa Lalu Nao Dan Edgar
53
Berita Buruk
54
Berita Buruk (2)
55
Tenang, Ada Gue
56
Panggilan Baru
57
Apa Itu Sleep Call?
58
Bukan Candaan
59
Bertemu Daniel
60
Canda Kita
61
Munculnya Gadis Misterius
62
Untuk Sementara
63
Overthinking
64
Rencana
65
Ada Apa?
66
Harinya Adel
67
Romantis, Lucu
68
Ke Puncak
69
Pesta Barbeque
70
Isi Telepon
71
Pulang Duluan
72
Akhirnya, Resmi
73
Permintaan Adel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!