Dita, sahabatnya Adel, tengah berjalan di lorong menuju kelasnya sambil bersenandung.
"Pagi Dita" sapa Adel yang masih mengenakan topinya.
Dita menoleh "Aish, kaget gue" Dita menilik pemilik wajah dibalik topi itu dan ternyata sahabatnya, ia lalu menepuk lengan Adel.
"Aw...ampun Dit, jangan pukul gue elah" protes Adel.
"Gue kira lo siapa. Ngapain lo pakai topi begituan, kayak artis aja lo haha" Dita terkekeh menatap Adel.
"Yee...emang gue calon artis"
"Bwahahahaha" Dita semakin tertawa mendengar ucapan asal dari Adel.
Andai Dita tahu bahwa Adel adalah calon istri Nao, sudah pasti Adel tidak akan ditertawakan seperti itu karena memang kenyataannya Adel akan ikut terkenal bagai artis seperti Nao.
"Udah ketawanya?" Adel menatap datar pada Dita.
"Sorry, sorry, habisnya pagi-pagi lo udah halu" Dita menyeka air mata yang keluar dari matanya karena berlebihan dalam tertawa.
Adel melepaskan topinya dan menaruhnya kembali ke dalam tas.
"Kelas yuk, bentar lagi bel" ajak Adel mengalihkan pembicaraan. Ia sendiri ternyata juga masih enggan untuk menceritakan perjodohannya dengan Nao.
***
Nao dan Malvin baru saja sampai di kelasnya. Mereka duduk satu bangku. Nao menaruh tasnya dan memainkan ponselnya.
"Chat-an sama cewek lo?" lirik Malvin lagi-lagi menebak.
Kevin, sahabat Nao, yang duduk di depan Nao menoleh mendengar ucapan Malvin "Nao punya pacar?"
"Serius Nao udah punya pacar?" Andi yang termasuk sahabat Nao namun tidak satu kelas dengan Nao ikut menimpali.
Nao berdecak dan menatap tajam pada ketiga sahabatnya.
"Oh, Malvin ngaco" Andi menunjuk Malvin. Ia mengambil kesimpulan berdasarkan sikap Nao.
"Lo nggak balik ke kelas lo? 3 menit lagi bel" usir Kevin.
"Ini mau balik. Ini gue udah berdiri" Andi menunjuk kakinya yang sudah berdiri.
"Yaudah sono" Kevin mengibaskan tangannya.
"Bye guys, kalau ke kantin samperin gue ya" pamit Andi sambil berjalan mundur untuk keluar dari kelas Nao.
Obrolan mereka terhenti saat seorang guru memasuki kelas.
***
Waktu istirahat telah tiba. Seperti biasa Nao, Malvin, dan juga Kevin pergi ke kelas Andi sebelum ke kantin bersama-sama. Mereka menunggu di depan kelas Andi.
"Mana ini Andi? Ditungguin nggak keluar-keluar, keburu kantin penuh elahh" keluh Kevin seraya celingukan mengintip ke dalam kelas Andi.
Malvin menyandarkan tubuhnya pada dinding menghadap Nao dan Kevin sedangkan Nao memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celananya. Nao berdiri di belakang Kevin.
Saat sedang menunggu Andi, dua orang siswi keluar dari kelasnya. Mereka adalah Adel dan Dita.
Adel sempat terkejut melihat Nao berada di depan kelasnya. Padahal sebelum mereka dijodohkan ia akan acuh dengan kehadiran Nao. Tapi kali ini tidak. Ia justru sedikit gugup karena Nao menatapnya. Mereka bersitatap sekilas. Adel lalu melanjutkan jalannya dan mengabaikan Nao.
Malvin yang berada di depan Nao menyadari jika Nao sedang menatap Adel. Sudut bibirnya sedikit naik. Jangan-jangan dia yang tadi pagi keluar dari mobil Nao pikir Malvin.
"Cepat kan gue?" ucap Andi keluar dari kelasnya sambil memamerkan giginya yang rapi.
"Cepat dari mana bambang" Kevin menepuk lengan Andi sekali.
"Nama gue Andi, kalau Bambang itu nama bokap gue" Andi menunjuk dirinya.
Kevin mengibaskan tangannya "Bodo amat gue mau ke kantin. Ayo Nao, Malvin" mereka berjalan terlebih dahulu meninggalkan Andi.
"Woyy...tungguin gue" teriak Andi kemudian berlari mengejar sahabatnya.
Sampainya di kantin mereka memesan makanan dan duduk di meja yang letaknya berseberangan dengan meja Adel berada.
Nao sesekali melirik meja Adel sedangkan Adel sendiri sibuk bercerita dengan Dita. Ponsel Nao bergetar. Ia mengambil ponsel itu dari saku bajunya.
"Nanti pulang sekolah kamu antar Adel"
Tulis pesan Asri pada Nao. Nao menghela nafas "Mama kira gue sopirnya apa, antar-jemput" gumam Nao.
Ponselnya bergetar lagi "Bodyguard papamu mengikuti" tulis mamanya memperingatkan. Nao berdecak kesal.
"Kenapa lo? Ribut sama cewek lo" seru Malvin yang duduk di samping Nao membuat Andi dan Kevin yang sibuk memakan mie ayam menatap Nao.
"Nyokap gue" Nao menjawab sambil mengetik balasan untuk sang mama.
"Oh" ucap Andi dan Kevin bersamaan lalu kembali makan.
Malvin berdecih. Sudut bibirnya sedikit naik. Sejak tadi pagi Malvin sudah curiga dengan Nao karena sikapnya terlihat berbeda dari biasanya atau bisa dibilang Malvin teramat peka.
Nao kembali melirik meja Adel. Dilihatnya Adel berdiri dari duduknya dan hendak membayar makanannya membuat Nao juga ikut berdiri.
"Mau ke mana?" Kevin mendongakkan kepalanya. Ia menatap heran Nao.
"Bayar. Gue traktir"
"Terbaik memang" Kevin mengacungkan kedua ibu jarinya.
"Makasih uri Nao" Andi menimpali dengan sebutan uri yang berarti kita dalam bahasa Korea.
Berbeda dengan Kevin dan Andi, Malvin justru tersenyum samar karena ia menyadari Adel yang pergi untuk membayar. Nao pasti mau nemuin cewek yang tadi ucap Malvin dalam hati.
Adel menyerahkan selembar uang berwarna biru. Ia masih menunggu kembalian sambil melihat beberapa snack yang ada di hadapannya. Ia lalu mengambil sebungkus beng-beng "Bu, tambah ini satu yah"
"Bu, uang dia kembalikan aja biar saya yang bayar" ucap Nao yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping Adel. Adel menoleh. Ia mengkerutkan keningnya menatap Nao.
"Tadi pesannya ada mie ayam 2, bakso 2, sama es teh 4. Tambahin punya dia juga ya bu" ibu penjaga kantin menganggukkan kepalanya dan segera menghitung total harga makanannya.
"Lo pulang gue anter" sambung Nao sudah tahu arti tatapan heran Adel.
"Lihat depan jangan lihatin gue kalau lo nggak mau orang lain tahu" beritahu Nao masih dengan tatapan lurus pada ibu penjaga kantin.
Adel menuruti instruksi Nao. Benar juga apa yang dikatakan Nao pikirnya. "Makasih. Tapi gue ada les, gue mau naik bus aja"
"Bodyguard papa masih ngikutin" Nao menunggu ibu penjaga kantin memberikan total harga makanan yang akan dibayarnya.
Adel kembali menoleh dan mengkerutkan keningnya. Heran dengan sikap dari orang tua mereka. Sepertinya mereka benar-benar ingin membuat Adel dan Nao saling lebih mengenal dan lebih dekat bak pasangan.
"Lihat depan!" Adel buru-buru kembali meluruskan pandangannya.
"Sepertinya tidak ada pilihan lain" ucap Adel pasrah.
"Totalnya 87.000 den Nao" sela ibu penjaga kantin. Nao menyerahkan selembar uang berwarna merah.
"Nanti lo langsung ke mobil gue aja" Nao menyerahkan kunci mobilnya pada Adel.
"Ini kembaliannya. Makasih den Nao" ucap ibu penjaga kantin. Nao tersenyum tipis dan kembali ke mejanya. Ia tinggalkan kunci mobilnya di sana karena Adel tak kunjung mengambilnya.
Adel menatap kunci mobil itu. Ia tidak tahu harus bagaimana. Ia menghela nafas sebelum akhirnya mengambil kunci mobil itu dan memasukkannya ke dalam saku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments