"Siapa dia?" Nao kembali membahas pria yang pergi berkencan dengan Adel.
"Cuma teman les" Adel menatap ujung sepatunya.
"Cuma teman les kata lo? Cih, mata lo nggak bisa bohong Adel" salah satu sudut bibir Nao sedikit naik.
Adel menoleh. Ia menyipitkan matanya "Lo lihat snap gue ya? Perasaan kita nggak saling follow"
"Hum, sudah pasti si Andi" tebak Adel. Nao hanya mengangkat alisnya.
Adel mencibir mengatai Andi. Nao yang berada di sampingnya hanya menggelengkan kepala.
Tak lama kemudian, mereka sampai di sekolah. Seperti biasa, Adel memakai topi anti paparazinya. Namun sayang, seorang siswa tengah mendapatinya keluar dari mobil yang sudah dikenal satu sekolah.
Siswa itu memperhatikan dengan seksama siapa gadis itu. Ia perhatikan tas punggung dan lengan gadis itu yang memakai jam tangan yang ternyata ia tahu.
"Adel?" ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Itu Adel kan? Ngapain dia keluar dari mobil Nao?" sambungnya kemudian.
Siswa itu lalu mengekori Adel. Ia semakin mempercepat langkahnya agar bisa mengejar Adel. Ia lalu menepuk bahu Adel.
"Adel?" panggilnya membuat langkah Adel terhenti. Adel menoleh.
"Lo Adel kan?" tanyanya lagi. Adel membuka sedikit topinya untuk mengintip siapa orang yang memanggilnya.
Adel sontak membulatkan matanya ketika melihat Edgar yang mengetahui dirinya meskipun ia sudah menutupi wajahnya.
Edgar mengkerutkan keningnya "Lo ngapain pakai topi kayak gini?"
Adel melepas topinya "Eh, Edgar" ia tersenyum kaku.
"Em...e...topi ini kan sering dipakai sama idol-idol gitu. Gu-gue pakai ini karena biar keren aja kayak mereka" Adel terlalu gugup menjawab pertanyaan Edgar.
Edgar menatap aneh pada Adel. Ia memilih untuk berpura-pura tidak tahu bahwa ia sempat memergokinya diparkiran. Ia memilih bungkam dan mencari tahu kebenarannya.
"Em...kelas bareng yuk" ajak Adel dan diangguki Edgar. Adel menghela nafas lega karena Edgar percaya begitu saja akan alasan konyol yang dilontarkannya.
"Btw, kelas kita kan jauh. Lo nggak papa muter-muter dulu?" kata Edgar.
"Nggak papa kok, lagian ini masih pagi banget" sahut Adel. Keduanya lalu berjalan bersama.
"Lo naik bus tadi?" tanya Edgar. Ia berniat memancing Adel. Kali ini akan seperti apa jawaban Adel.
"Tadi sama teman"
Edgar mengkerutkan keningnya "Teman? Kenapa teman lo nggak bareng sama lo?"
"Em...dia, dia tadi...ah, toilet. Iya, dia katanya mau ke toilet dulu" Adel menjawabnya dengan berpikir keras memikirkan alasan yang logis.
Edgar hanya berpura-pura percaya saja dengan ucapan Adel. Ia lalu manggut-manggut.
"Lo ingat taman yang pernah kita kunjungi waktu itu?" tanya Edgar kemudian.
"Ingat, kangen juga sama suasana taman itu" kali ini Adel jauh lebih santai.
"Mau, nanti sepulang sekolah ke sana?" ajak Edgar.
Adel menoleh sekilas, ia kembali menatap lantai "Pengen banget, tapi gue nggak bisa. Gue udah ada janji sama teman gue"
"Oh, gitu. Yaudah nggak papa, mungkin lain waktu. Thanks ya udah nemenin jalan" ucap Edgar saat sampai di depan kelasnya. Adel menganggukkan kepalanya. Ia lalu berlanjut jalan menuju kelasnya.
***
Jam istirahat tiba. Namun kelas Adel belum juga istirahat karena guru yang mengajar meminta untuk melanjutkan jam pelajarannya dan memberi mereka waktu istirahat di akhir pelajaran.
Nao dan yang lainnya hanya bisa sedikit kecewa dengan tidak adanya Andi bersama mereka.
"Yah...nggak seru, nggak ada Andi" ucap Kevin saat melihat kelas Andi begitu tenang dengan pintu kelas yang masih tertutup rapat.
"Bilang aja lo mau debat sama Andi" sahut Malvin.
Kevin nyengir. Ia lalu merangkul Malvin "Yaudah kita duluan aja" Mereka berlalu menuju kantin.
"Kemarin lo ke mana? Kita-kita ditraktir Andi loh" Kevin memulai pembicaraan.
"Gue nemenin nyokap gue" sahut Malvin.
"Kemana?" tanya Nao.
"Biasalah, emak-emak kalau akhir pekan pada belanja" Malvin memberikan jawaban palsu karena ia masih enggan menceritakan kondisi sang mama pada sahabatnya.
Nao dan Kevin percaya begitu saja karena Malvin menjawabnya dengan santai dan terlihat meyakinkan.
Kevin berjalan mundur menghadap Nao dan Malvin "Eh, katanya Nao ada pacar" ucapnya pada Malvin. Ia menatap sekilas Nao.
"Udah tahu gue" Malvin menyahuti dengan muka datar.
Kevin menghentikan langkahnya "Lha???...Jadi cuma gue doang yang nggak tahu? Dasar, kalian ini, pasti gue tahu cerita kalian paling terakhir" keluh Kevin.
"Lo si, ember" Malvin mengatai tepat di depan wajah Kevin.
Kevin nyengir karena apa yang dikatakan Malvin memang benar adanya.
Kevin kini berjalan di samping Malvin. Ia menaik-turunkan alisnya "Jadi siapa dia? Kasih tahu gue dong"
"Nggak mau" tegas Malvin.
"Tanya Nao aja sana" sambungnya kemudian.
Kevin beralih menatap Nao. Wajahnya penuh harap Nao akan memberitahunya "Siapa, siapa? Kasih tahu gue lahh..."
Nao menatap tajam Kevin "Jangan harap" tegasnya.
Sampainya di kantin, mereka memesan makanan dan makan dengan lahapnya.
"Gue bayar duluan yah" Nao beranjak dari duduknya.
"Barengan aja" sahut Kevin namun tak didengarkan oleh Nao. Nao justru berlalu membayar pesanannya.
Ia menyerahkan uang berwarna merah pada ibu penjaga kantin "Bu, uang kembaliannya tinggal sini aja. Nanti kalau Andi ke sini, tolong bilang ke dia ya, kalau makanan untuk yang namanya Adel sudah dibayar"
Ibu penjaga kantin menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Nao kembali ke meja Kevin dan Malvin berada.
"Kakaynya lama banget bayarnya. Lo traktir kita lagi ya?" ucap Kevin saat Nao duduk di depannya.
Nao memutar bola matanya malas "Nggak juga. Gue cuma ngobrol sama ibu kantin"
"Yah...kirain" raut wajah Kevin terlihat kecewa. Malvin justru terkekeh.
"Apa sih lo ketawa segala" Kevin mengangkat sendok yang dipegangnya untuk di daratkan di kening Malvin. Namun justru juluran lidah yang diterima Kevin.
"Buruan bentar lagi bel" ucap Nao seraya menatap arloji di pergelangan tangannya.
"Sabar ellahh.." Kevin menghabiskan gado-gado yang tadi di pesannya.
Bel masuk berbunyi. Selang beberapa menit, kelas Adel dan Andi akhirnya istirahat. Semua murid kelas itu langsung berhamburan menuju kantin karena perut mereka sudah protes kelaparan.
Adel dan Dita sudah memesan dan tengah asyik duduk di pojokan sambil bercerita tentang idola kesukaan mereka.
Andi yang sudah selesai makan, hendak membayar. Ia menyerahkan uang berwarna hijau dan berwarna cokelat pada ibu penjaga kantin. Ia hendak kembali ke kursinya dan mengobrol bersama teman sekelasnya.
"Nak Andi, tunggu" ucap ibu penjaga kantin yang berhasil menahan langkah kaki Andi.
"Ada apa ya bu?" tanyanya heran karena ia sudah membayar dengan uang pas.
"Tadi nak Nao berpesan, jika ada siswi yang bernama Adel, makanannya sudah dibayarkan. Em...yang namanya Adel yang mana ya, nak Andi?" tanyanya kemudian. Ia mengedarkan pandangannya pada siswi yang memenuhi kantinnya.
Sebelum menjawab pertanyaan dari ibu kantin, Andi tersenyum tipis mengetahui hal itu. Ia kira Nao akan marah pada Adel, namun justru ia diam-diam memberikan perhatian pada Adel.
"Dasar, Nao" gumamnya lirih.
Andi lalu menoleh. Ia mencari keberadaan Adel "Itu bu yang duduk di pojokan, rambutnya dikuncir" jelas Andi. Ibu penjaga kantin menganggukkan kepalanya.
"Ya sudah, makasih ya, nak Andi"
"Sama-sama bu, saya duluan ya" pamitnya lalu kembali ke mejanya untuk mengobrol bersama teman sekelasnya karena bel pelajaran selanjutnya masih agak lama.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments