Kenyataan

...~Cerita murni imajinasi penulis, jika ada kesamaan nama tokoh,tempat, dan alur cerita itu tidak disengaja dan mohon maaf yang sebesar-besarnya~...

...​​•~Selamat Membaca~•...

...~•-•~...

Reana dan Julia dipanggil ke ruang guru.

Saat mereka masuk, seorang guru sudah menunggu mereka berdua di dalam.

"Duduk!" Perintahnya,

Julia duduk lebih dulu diikuti Reana.

"Bu, lihat apa yang dilakukan Elena! Dia menamparku berulang kali" Rengek Julia.

Melihat itu Reana membuang muka kesal

"Benar-benar "

"Elena, bagaimana kamu bisa menimbulkan masalah setelah baru satu hari masuk sekolah?"

"Bu, tak bisakah ibu melihat rupaku? Aku juga babak belur! Rokku robek karena Julia menaruh lem di kursi, rambut dan seragamku terkena telur. Bagaimana ibu bisa menyalahkanku?" Bela Reana tak mau kalah.

Guru itu menyerahkan sebuah ponsel ke arah Reana, saat video diputar, terlihat ia menampar Julia dan mendorongnya ke belakang kelas, terlihat juga saat ia menampar dirinya sendiri. Sekarang semua kesalahan tertimpa padanya.

Julia tersenyum puas melihat ekspresi Reana yang kaget.

"Lo pikir gue bodoh?" Batin Julia tersenyum

"Siapa yang merekamnya?" Reana bertanya-tanya karena dengan jelas ia melihat sekitar tak ada yang memegang ponsel.

"Ini adalah bukti!" Tegas guru itu

"Aku mengakui itu, tapi bagaimana dengan lem dan telur?" Bela Reana lagi.

"Bisa saja kamu melakukan itu sendiri kan? Siapa yang tahu?" Tuduh guru itu memperjelas.

"Elena, ibu akan memaafkanmu kali ini karena kamu baru saja masuk dan keluar rumah sakit,"

"Julia kembali ke kelas, dan Reana pergi ke UKS obati lukamu dan bersihkan dirimu" Perintah guru itu

"Baik Bu" Jawab Julia sambil tersenyum.

Reana hanya terdiam sedih dan berjalan keluar ruangan. Saat mereka berdua keluar dari ruangan, guru itu membuka satu video lagi, yang mana video itu bukti bahwa Julia yang melemparkan telur ke arah Reana.

Guru itu menghela nafas dan menghapus video itu. Guru itu tau bahwa itu salah, tapi ia benar-benar tak bisa melakukan apa-apa.

Julia berjalan mendekat ke arah Reana,

ia berbisik ke telinga Reana.

"Harusnya lo jangan ngelawan gue, kalau lo belum tau resikonya"

Julia tertawa puas kemudian berjalan pergi meninggalkan Reana.

"Apa dia merencanakannya sejak awal? Ingin membuat masalah dengan gue?"

Reana mengepalkan tangannya erat menahan emosi, ia berjalan menuju ruang UKS, ia masuk dan segera mencari obat untuk lukanya.

Reana duduk di salah satu tempat tidur.

"Menarik, baru sehari kamu sudah merubah banyak alur cerita"

Terdengar suara seseorang berbicara kepada Reana. Reana menoleh dan menatap bayangan yang berada di balik tirai.

"Siapa?" Tanya Reana sambil memegang tirai dan ingin membukanya, tetapi orang yang berada di balik tirai menahan tirai itu.

"Ini aku, orang yang memasukkanmu ke dalam novel dan orang yang menciptakan novel ini" Ucap orang itu.

Reana terkejut,

"Penulis novel ini??!"

Orang itu lanjut berbicara,

"Bukankah menarik bisa masuk ke dalam cerita ini?"

"Sepertinya kamu lupa tujuanmu ke sini. Kamu ke sini bukan untuk membalas dendam, benar bukan? Tapi untuk mewujudkan keingananmu merubah alur cerita"

"Benar.. Tujuanku ke sini untuk menyatukan Hanny dan Ethan"

"Seharusnya malam itu Elena ditakdirkan mati, tapi karena hari itu kamu masuk ke dalam novel, hingga alur mulai berubah dan membuat Elena hidup kembali."

"Tapi kamu takkan bisa merubah fakta bahwa bagaimanapun, Elena tetap akan mati"

"Itupun jika DIA tak ikut campur lagi seperti dulu"

"Dia? Siapa maksudnya??"

"Kuberi nasehat, pada dasarnya karakter Elena akan mati, bahaya akan selalu datang padamu, jadi bertahan dan berhati-hatilah"

"Kamu memiliki waktu untuk mewujudkan keinginanmu, jika kamu tak bertahan sebelum kembali ke kehidupan nyata, maka yang mati bukan Elena, melainkan kamu"

"Jadi berjuanglah mewujudkan keinginanmu sebelum kamu mati, Reana."

Reana terkejut,

"Dia tahu kalau gue Reana? Apa dia sengaja masukin gue ke novel ini? Apa bener kalau dia suruhan Kakek?"

Reana menatap bayangan yang masih berada di depannya.

Ia segera membuka tirai, tetapi saat ia membuka tirai, tak ada siapapun di sana.

"Ahh dan satu lagi, kesimpulanmu tentang novelku kemarin, itu sepenuhnya salah. Dan aku sama sekali tak mengenal Kakekmu, bertanyalah kepadaku lain kali saat kita benar-benar bertemu"

Setelah mengatakan itu, suara itupun hilang.

Reana terdiam benar-benar tak tahu harus berkata apa.

"Jadi novel ini sama sekali tak berhubungan dengan kisahnya? Dia bukan seorang wanita, tapi seorang laki-laki??!"

"Penyimpulan gue kemarin salah, terus bagaimana kisah yang sebenarnya?"

"Lalu bukan Kakek yang menyuruhnya? Berarti di sana Kakek gak tahu aku pindah ke dunia ini? Bisa-bisa dia suruh seluruh pengawal buat cari aku!"

Reana terduduk melamun, ia lupa membersihkan dirinya yang sudah tercium bau busuk dari telur yang melekat padanya

...**...

Seorang siswa berlari kembali ke kelasnya.

"Hei! tadi bener-bener seruu!" Teriak siswa yang baru saja datang

"Ada apaan? Kenapa lo ngos-ngosan gitu?" Tanya salah seorang siswi.

"Coba lihat ini!" Siswa itu menunjukkan sebuah video perkelahian Reana dengan Julia

"Bukankah gadis ini gila? Bagaimana dia bisa menampar anak dari pemilik sekolah?" Ucap siswi yang menonton video itu.

"Gue mendukungnya, dia keren banget!!" Jawab siswa itu antusias

"Siapa ya namanya tadi, hmmm.. Ahh! iya benar, Elena!" Lanjut siswa itu.

Seorang lelaki yang mendengar nama Elena langsung bangun dan menghampiri siswa itu, ia adalah Sean, tentu saja.

"Apa yang lo bilang tadi? Elena?" Tanya Sean.

"Ahh iyaa.. tadi ada perkelahian di kelas 2-10, terus gue rekam, lo bisa nonton kalau mau" Ucap siswa itu menyodorkan ponselnya ke arah Sean.

Sean langsung berlari keluar kelas, ia pergi untuk menemui Reana.

"Elena! Apa yang terjadi?!!"

Sean berlari kencang menuju kelas 2-10, ia berlari melewati UKS.

"Ehh kelolosan" Ucap Sean berbalik dan berlari memasuki UKS ketika melihat sebuah bayangan.

Seperti dugaannya, Reana berada di UKS, ia tengah duduk melamun, ia bahkan tak menyadari kehadiran Sean.

"Apa yang terjadi?! Bukannya gue nyuruh lo untuk cari gue?!" Suara Sean membuat Reana tersadar dari lamunannya.

"Apa yang lo lakuin di sini? Apa lo sakit?" Tanya Reana menatap Sean.

Sean ingin duduk di dekat Reana tapi dengan cepat Reana mencegahnya.

"Jangan duduk di samping gue, gue bau banget sekarang" Cegah Reana, tapi Sean tak peduli dan langsung duduk di sampingnya.

"Di mana yang luka?" Tanya Sean.

Reana menatap Sean kemudian berekspresi sedih.

"Di sini huhuhuhu" Reana menunjuk hatinya

Sean menghela nafas,

"Jangan bercanda, gue lagi serius!" Tegas Sean, Reana langsung cemberut.

Sean bangun dan berjalan menuju salah satu laci, ia mengambil sepasang pakaian olahraga.

"Ganti dengan ini" Perintah Sean menyodorkan pakaian.

Reana mengambilnya dan berjalan menuju kamar kecil yang ada di ruangan UKS.

Tiba-tiba Sean meraih tangan Reana,

"Elena, tolong.. kalau lo ada masalah, kasih tahu gue jangan nyimpen itu sendirian" Pinta Sean memandang Reana.

Reana terdiam kemudian membalas ucapan Sean dengan senyuman.

Reana melepaskan genggaman Sean dan berjalan masuk untuk berganti pakaian.

Beberapa saat kemudian Reana keluar dari kamar kecil, ia melihat Sean yang masih menunggunya.

"Lo masih di sini?" Tanya Reana berjalan mendekat sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Bagaimana gue bisa pergi ninggalin lo tanpa mengetahui apapun. Apa yang terjadi?" Tanya Sean.

"Bukan masalah besar, hanya lemparan telur, bukan lebih" Jawab Reana santai, ia tak ingin Sean cemas.

"Bagaimana itu bukan masalah besar?!"

"Ohh iyaa Sean, apa lo tahu Ethan?" Tanya Reana mengalihkan pembicaraan.

Sean terdiam kesal karena Reana mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi ia tetap menjawab pertanyaan Reana.

"Dia teman sekelas gue, lo kenal dia?"

"Ternyata masih sama seperti di novel, mereka sekelas"

"Teman sekelas lo? Hmmm lalu bagaimana dengan Hanny?" Tanya Reana lagi.

"Hanny? Lo kenal dia? Dia ada di kelas gue juga, kenapa? Apa dia yang melakukan semua ini ke lo?" Tanya Sean lagi

"Ng-"

"Tentu saja bukan, Hanny bukan orang seperti itu" Lanjut Sean memotong ucapan Reana

"Orang seperti itu? Memang Hanny orang seperti apa??" Tanya Reana meniup poninya kesal karena ucapannya terpotong.

"Hmm bisa dibilang seperti malaikat? Mungkin" Jawab Sean sambil tersenyum.

Reana menangkap basah Sean yang tersenyum malu menyebut Hanny adalah seorang malaikat.

"Apa lo menyukainya?" Tanya Reana menatap Sean.

"Tentu, siapa yang tidak menyukai seseorang yang baik hati seperti malaikat?" Sahut Sean langsung menjawab tanpa berpikir.

"Yahh gue gak membantahnya, karena saat membaca novelnya pun ia memiliki sifat yang baik hati seperti malaikat, makanya gue suka karakter dia"

Reana melirik ke ID nama Sean, ia memikirkan suatu rencana.

"Sean, bisa pinjam ID nama lo?" Tanya Reana meminta dengan tatapan misterius.

"Perasaan gue gak enak" Ucap Sean menatap Reana curiga

"Ayolahh, gue cuma pengen liat foto ganteng lo" Rayu Reana,

Sean merogoh kantongnya dan memberikan ID namanya pada Reana.

"Gue laper, bisa gak gue minta bantuan lo beliin gue makanan?" Pinta Reana dengan wajah memelas.

"Tentu, tunggu gue di sini jangan kemana-mana" Perintah Sean

Reana hanya tersenyum dan melambaikan tangan saat Sean berjalan pergi menjauh.

"Saatnya beraksi!"

...~•-•~...

...~•To be Continued•~...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!