...~Cerita murni imajinasi penulis, jika ada kesamaan nama tokoh,tempat, dan alur cerita itu tidak disengaja dan mohon maaf yang sebesar-besarnya~...
...•~Selamat Membaca~•...
...~•-•~...
Jam menunjukkan pukul 07:00, Reana sudah bersiap berangkat menuju sekolah, ia bercermin sebelum berangkat
"Gapapa nih rambut gue di kepang dua gini terus pake kacamata? Gue keliatan culun banget!" Reana menatap menyedihkan dirinya, baru pertama kali ia berpenampilan culun seperti ini.
Reana berjalan keluar rumah, ia termenung di depan gerbang rumahnya.
"Gue bakal berangkat sekolah kan?"
"Tapi bagaimana gue bisa berangkat kalau gue gak tahu di mana sekolahnya?!! Akhh!!"
Reana memegang kepalanya frustasi
"Gue tahu nama sekolahnya tapi gue gak tahu jalannya ke mana"
Reana menghela nafas kesal, Ia berjalan pelan pergi mencari halte Bus. Tepat saat itu, sebuah mobil menghampirinya.
Reana melirik ke arah mobil, dan perlahan kaca mobil turun dan itu adalah Sean.
"M-"
"Terima kasih atas tumpangannya"
Belum selesai Sean bicara, Reana sudah lebih dulu berjalan masuk ke mobil Sean.
"Hmm biasanya lo selalu nolak" Sindir Sean, tetapi Reana tak perduli dengan sindiran Sean.
"Cepet berangkat!" Perintah Reana.
"Siap siap boss" Sahut Sean kemudian menjalankan mobilnya.
"Hebat ya, masih SMA udah boleh bawa mobil? Kan belum ada SIM" Tanya Reana di perjalanan.
"Bukan masalah, asal ada kartu pelajar dan STNK sudah cukup" Jawab Sean.
Reana mengangguk-angguk terkagum, dibandingkan dunianya, kebanyakan anak SMA akan pergi sekolah dengan menaiki sepeda atau Bus, memang dunia novel berbeda.
Tak perlu waktu lama, Reana sampai di sekolah karena jarak sekolahnya tak terlalu jauh dari rumah.
"Kalau gue tau sedekat ini, gue bisa jalan kaki tadi.. Pantes Elena selalu nolak" Batin Reana terdiam
"Kenapa? Lo gak turun?" Tanya Sean.
Reana membuka sabuk pengaman dan segera turun dari mobil.
Ia menatap sekolahnya, begitu besar dan mewah.
"Wow... Apakah semua novel sekolahnya sebesar ini?" Batin Reana terkagum melihat luasnya dan tinggi sekolahan di depannya.
Reana berjalan lebih dulu meninggalkan Sean.
"Apaan? Dia pergi begitu aja? Tanpa bilang terima kasih?" Sean terheran dengan sikap Reana.
Tapi tak perlu waktu lama, Reana kembali mendekati Sean.
"Itu.. apa lo tau kelas gue di mana?" Tanya Reana menatap Sean meminta bantuan.
"......"
"Lo memang teman yang ada saat membutuhkan ya"
Sean menggeleng-gelengkan kepalanya heran, ia menyuruh Reana untuk mengikutinya.
Mereka berjalan di koridor dan menaiki tangga menuju lantai 2.
"Kelas lo di 2-10 ada di paling ujung, dan gue ada di 2-1 di ujung sana" Ucap Sean sambil menunjuk kelas Reana dan kelasnya.
"2-10? Apa karakter Elena memang sebodoh itu sampai kelasnya paling akhir? Sungguh penulisnya benar-benar pilih kasih!" Batin Reana terkejut
"Kalau lo perlu sesuatu jangan lupa temui gue ya?" Ucap Sean
"Hmm kalau gue temuin lo minta bantuan, nanti dipanggil teman dateng saat butuhnya doang" Goda Reana,
Reana tertawa kecil kemudian berlari meninggalkan Sean yang belum sempat mengatakan sesuatu.
Reana berjalan memasuki kelas 2-10, saat ia berdiri di depan pintu tiba-tiba seorang siswa merangkulnya dan berbisik,
"Gue pikir lo bakal mati setelah apa yang terjadi malam itu, ternyata lo masih hidup aja hehehe"
Lelaki itu melepaskan rangkulannya lalu berjalan masuk mendahului Reana, Reana berdiri mematung mendengar bisikan lelaki itu.
"Tersangka pertama!" Batin Reana menetapkan target.
Saat Reana masuk, semua tatapan tertuju ke arahnya. Reana tak peduli, ia berjalan santai sambil melihat di mana posisi mejanya.
Ia melihat begitu banyak tulisan makian dan hinaan tercoret di meja pojok, tentu saja itu tertuju untuk Elena. Itu menandakan kursi itu adalah milik Elena, Reana membaca coretan itu
"Mati lo!"
"Mati sana dasar parasit!"
"Gue denger lo mencoba bunuh diri? Kenapa gak mati sekalian!"
"Lo jelek banget!"
"Dasar menjijikkan!"
Dan masih banyak coretan lagi memenuhi mejanya
"Apa yang dilakukan Elena sampai diperlakukan seperti ini?!"
Reana mengepalkan tangannya menahan amarah.
"Dan lagi berani-beraninya bilang gue jelek?! Gue? Reana Alexandra? Jelek?!" Batin Reana kesal.
"Siapa yang nulis gue jelek?! Cepat sini maju ke depan gue! Biar gue liat secantik apa lo!!" Teriak Reana membuat seisi kelas menatapnya bingung.
Reana melepaskan tasnya dan menaruhnya di meja, ia duduk di kursi.
"Walaupun tulisannya tertuju ke Elena, tetap aja tulisan itu maksudnya gue, karena sekarang gue adalah Elena!" Batin Reana cemberut.
"Kalau sampe gue ketemu sama orang yang nulis gue jelek, bakal gue patahin tangannya, berani-beraninya nulis buruk tentang gue!"
Tak berapa lama duduk, Reana merasa ada yang menempel. Ia mencoba bangkit ternyata kursinya diolesi lem sehingga roknya menempel di kursi.
Srekk
Reana berusaha bangun sambil memegang kursi erat untuk melepaskan, tetapi karena terlalu memaksakan akhirnya roknya robek.
Seisi kelas langsung menertawakannya karena suara robekannya terdengar keras.
Reana menarik nafas panjang menahan kesabaran.
"Baru kali ini gue dipermalukan seperti ini!"
"Sabar Reana, bertahanlah sampai lo benar-benar tahu siapa pelakunya! Setelah itu gue bunuh dia!!" Batin Reana menenangkan diri
Reana melepaskan almamaternya dan mengikatnya di pinggang untuk menutupi roknya yang sobek.
Ia menutupi kursinya dengan kertas lalu ia duduk kembali.
Tiba-tiba seorang wanita berjalan dan duduk di meja depan Reana, jaraknya lumayan jauh.
Wanita itu mencari sesuatu di dalam tasnya. Reana tak peduli, ia memasang earphone dan membaca bukunya.
Wanita ia mengeluarkan 5 butir telur.
"Teman-teman! Gue mau menyambut kembalinya temen tersayang kita, siapa yang bertaruh kalau gue bisa masukin semua telur ini ke dalam keranjang sampah?" Teriak wanita itu.
Semua perhatian tertuju kepadanya
"Gue!"
"Guee"
"Gueee!!"
Seisi kelas berteriak bertaruh untuk wanita itu.
Wanita lain menaruh keranjang sampah tepat di depan Reana, Reana melirik ke arah keranjang sampah itu.
"Apa yang coba mereka laku-"
Tiba-tiba satu butir telur mendarat tepat ke dalam keranjang, karena keranjang itu berada di depan Reana, telur itu pecah dan percikannya mengenai wajah Reana.
Lemparan kedua, telur itu mendarat ke seragam Reana. Reana menatap wanita itu geram
"Upss, sayang sekali" Ucap wanita itu tapi tak membuatnya berhenti melempar.
Lemparan ketiga, telur itu melewati Reana dan mengenai loker di belakang.
Lemparan keempat telur itu mendarat tepat ke ramput Reana.
"Wahh kena kepala" Ucap wanita itu tertawa cekikikan, seisi kelas ikut tertawa.
Reana berusaha menahan amarahnya, ia tak ingin mendapatkan masalah di hari pertamanya menjadi Elena
Lemparan kelima, wanita itu melempar sekuat tenaga dan telur itu tepat mengarah ke wajah Reana, tapi dengan cepat Reana menghindari telur itu dan melotot marah ke arah wanita itu.
Reana melepaskan earphonenya dan menutup buku yang ia baca.
Reana melirik ke nama tag wanita itu "Juliana Permata"
"Julia? Dia yang memanggil Elena tengah malam waktu itu kan?"
"Wow hebat, lo bisa menghindarinya dengan cepat" Julia bertepuk tangan tetapi wajahnya tampak kesal.
Reana bangkit dari duduknya,
"Sepertinya lo menikmatinya" Sindir Reana berjalan mendekati Julia
Julia tersenyum sinis.
"Tentu saja itu menyenangkan"
Reana sudah berada tepat di depan Julia.
"Kalau gitu coba hindari ini"
Reana mengangkat tangannya dan dengan cepat menampar pipi kiri Julia.
"Akhh!!" Seisi kelas teriak, terkejut dengan apa yang di lakukan Reana.
Julia tak kalah terkejut, Reana kembali bersiap menampar pipi kiri Julia, Julia ingin menghindar tetapi ia terlambat karena tangan Reana dengan cepat menamparnya.
"Kenapa gak bisa menghindar? Lemparan lo aja gue bisa hindarin, bagaimana dengan tamparan gue?"
"Lo-"
Julia ingin membalas menampar Reana tapi Reana menghentikannya dan memegang erat tangan Julia.
"Akhh!!" Teriak Julia kesakitan, seisi kelas tak ada yang ingin membantu dan menghentikan mereka, mereka hanya menonton, sebagai penonton.
Reana mencengkram erat tangan Julia lalu menarik dan melemparnya dengan kuat ke arah belakang sehingga tubuh Julia terbentur ke loker.
Salah satu murid berlari memanggil guru, Reana menyadari itu.
Ia tersenyum ke arah Julia, Reana melonggarkan dasi lalu mengacak-acak rambut kepangnya dan terakhir ia menampar pipi kiri dan kanan secara bergantian.
Seisi kelas bingung dengan apa yang di lakukan Reana.
Reana berjalan mendekati Julia yang ketakutan dan berbisik ke telinganya.
"Jangan macem-macem sama gue, gue bukan Elena yang lemah seperti yang lo kenal dulu,"
"Tapi gue adalah Elena yang lo ciptakan malam itu, lo inget kan apa yang terjadi MALAM itu...?"
Mendengar bisikan Reana, tubuh Julia gemetar ketakutan
Seisi kelas merasa khawatir dan takut, bukan karena mereka berdua, tapi karena mereka takut dipanggil sebagai saksi dari perkelahian mereka berdua.
Dan di samping itu, salah satu penonton, seorang lelaki duduk bersandar tangan menatap Reana dengan senyuman yang tak dapat diartikan.
...~•-•~...
... ~•To be Continued•~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Lidiawati06
ceritanya menarik, saya langsung fav next kak, jgn lupa mampir legenda sang dewi alam luxia🤗
2022-04-23
0