Masuk ke dalam novel

...~Cerita murni imajinasi penulis, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan alur cerita itu tidak disengaja dan mohon maaf yang sebesar-besarnya~...

...​​•~Selamat Membaca~•...

...~•-•~...

Reana tertegun mengetahui kenyataan bahwa ia sekarang berada di dalam novel yang pernah ia baca.

"Apa ini kejutan dari Kakek? Apa dia menyuruh orang di tv memasukkanku ke dalam novel tanpa sepengetahuanku?"

"Ahh... aku tak peduli bagaimana bisa aku masuk ke dalam novel,"

"Yang penting, bukankah dengan begini, aku bisa menyatukan Ethan dan Hanny?"

Reana tersenyum bahagia mengetahui bahwa ia bisa mencapai keinginannya tanpa tahu bahwa begitu banyak kenyataan pahit yang akan ia lalui mulai sekarang.

"Elena, sepertinya ibumu datang, Bibi keluar sebentar ya?" Ucap Bibi Rena kemudian berjalan cepat keluar ruangan, tepat setelah itu seorang wanita paruh baya memasuki ruangan, sepertinya itu ibu Elena.

"Ternyata Elena memiliki ibu? Kupikir ia tinggal sendiri karena yatim piatu" Batin Reana menatap wanita yang berjalan masuk menghampirinya.

Reana tersenyum kepada ibu Elena,

"Ib-"

Plakk

Belum selesai Reana menyelesaikan ucapannya, sebuah tamparan mendarat di pipinya.

Ibu Elena menatap Reana rendah,

"Berani sekali kamu merepotkanku?! Bukankah sudah kubilang kalau ingin mati cukup mati dengan tenang! Kenapa kamu masih hidup dan merepotkanku dengan membayar biaya rumah sakit?!" Ibu Elena mendengus kesal.

Reana mematung di tempat, ia terkejut bukan karena perlakuan ibu Elena pada anaknya, tapi ia terkejut karena berani-beraninya ia menampar Reana Alexandra yang tak pernah disentuh oleh siapapun kecuali keluarganya.

"B-berani-beraninya ia menamparku?!" Reana melotot ke arah ibu Elena, ibu Elena yang dipelototi kaget.

"Kenapa? Apa satu tamparanku kurang?!" Teriak ibu Elena membalas melotot.

"Akhhh! Ingin rasanya aku membalas tamparannya walaupun ia lebih tua, tapi aku harus tenang karena sekarang aku bukan Reana melainkan Elena" Batin Reana kesal harus menahan emosinya.

Semenjak hidup Reana tak pernah diperlakukan seperti ini, bahkan nyamukpun tak berani menyentuhnya.

"Elena tak pernah meminta Ibu untuk membayar biaya rumah sakit, lalu kenapa Ibu tiba-tiba masuk dan menampar Elena?!" Reana berteriak kesal, ia melampiaskan emosinya dengan berteriak.

"Lagian sebagai Ibu,harusnya Ibu menanyakan keadaan anaknya baik-baik saja atau tidak! Apa Ibu tak tahu apa yang Elena alami selama ini?!" Bentak Reana membuat ibu Elena terkejut karena ini pertama kalinya ia melihat Elena berteriak.

"Bukannya kamu dibully? Kamu sudah menceritakannya berkali-kali sampai Ibu bosan mendengarnya! Harusnya kamu bunuh diri jangan melompat dari gedung, kamu bisa terjun ke sungai agar tak ada orang yang menemukanmu!!"

Deg

"I-ibu Elena tahu kalau Elena ingin bunuh diri...?"

Reana terkejut mendengar ucapan ibu Elena, tiba-tiba air matanya menetes mengingat ucapan orang yang melompat dari gedung saat terjadi kecelakaan kemarin.

"Mampukah kamu menjalani kehidupanku? Kamu ingin hidup tetapi tak ada yang mengharapkanmu hidup.. setiap hari rasanya ingin mati saja"

"Pokoknya, saat kamu sudah sehat, jangan lupa untuk membayar kembali biaya rumah sakit ini" Ucap ibu Elena kemudian berjalan pergi meninggalkan ruangan.

"Seberapa menderitanya kamu hingga setiap hari kamu berpikir untuk mengakhiri hidupmu? Kenapa hanya karaktermu yang menderita seperti ini... Elena"

Untuk pertama kalinya Reana merasakan sakit yang tak pernah ia rasakan selama hidup, samar-samar ingatan tentang rasa sakit yang dirasakan Elena bisa ia rasakan juga. Sekarang hanya Reana yang bisa mengerti rasa sakit yang diderita Elena.

...~**~...

Beberapa hari telah berlalu, hari ini adalah hari terakhir Reana di Rumah Sakit.

"Ahhh.. akhirnya hari ini gue pulang" Reana menghela nafas lega, sudah beberapa hari ini ia hanya berkeliling sekitaran Rumah Sakit, ia merasa bosan.

"Gue rindu baca novel hiks.., apa di dalam novel ada novel juga?" Reana berpikir lagi.

"Kalau gue ada di dunia novel, lalu bagaimana gue di kehidupan nyata? Apa ada orang lain yang gantiin gue di sana? Akhhh.. semoga dia gak macem-macem sama martabat gue!"

Reana berjalan kembali ke ruangannya setelah ia berjalan-jalan di taman.

Dari kejauhan seorang lelaki memakai seragam sekolah berdiri di depan ruangan Reana sambil melihat sekeliling.

Lalu tatapannya tertuju ke arah Reana, ia berlari menghampiri Reana.

"Apaan orang itu berlari di koridor rumah sakit" Batin Reana menepi agar ia tak tertabrak.

Tapi orang itu justru berlari ke arahnya dan langsung memeluknya. Reana kaget, ia langsung menginjak kaki lelaki itu lalu menendang perutnya.

"Akhh!"

Lelaki itu berteriak kesakitan, ia melepaskan pelukan berniat untuk memegang perutnya, tetapi Reana tak menyia-nyiakan kesempatan itu, Reana meraih tangan lelaki itu lalu memelintir ke belakang punggung lelaki itu selanjutnya ia langsung menendang belakang lutut lelaki itu agar ia berlutut.

"Heh! Kenapa asal meluk orang? Lo pikir gue siapa?! Dasar orang mesum!" Bentak Reana semakin memelintir erat tangan lelaki itu.

"Akhh! Sakit woy! Elena! Lo kebentur apa sampai bisa berubah sekuat ini?!"

"Lepasin tangan gue dulu!" Pinta lelaki itu memberontak, tetapi Reana semakin mengeratkan pegangannya.

"Hei! Gue bilang lepasin bukan dieratin woy! Dan lagi kenapa lo manggil gue orang mesum?! Heh! sejak kapan lo manggil teman lo dengan sebutan itu?!" Teriak lelaki itu.

"Teman? Temannya Elena?"

Reana melepaskan genggamannya dan menyilangkan tangannya di dada.

"Teman? Apa gue punya semacam itu?" Tanya Reana menatap lelaki itu yang sedang meringis kesakitan.

Lelaki itu menatap tajam ke arah Reana, ia bangkit dan membersihkan celananya.

"Ada, tepatnya teman yang lo datangi saat butuhnya aja!" Kesal lelaki itu.

"Kenapa lo bisa berpikiran untuk melompat dari atas gedung? Padahal lo takut ketinggian" Lanjut lelaki itu.

"Lo siapa?" Tanya Reana mengabaikan pertanyaan lelaki itu.

"Lo lupa sama gue? Sepertinya lo benar-benar sakit" Lelaki itu menempelkan tangannya di dahi Reana, dengan sigap Reana menepis tangan lelaki itu.

"Sean, Apa lo inget? Apa perlu gue tunjukkin ID nama?" Tanya lelaki itu sambil merogoh kantong bajunya.

"Sean? Ahh! Yang dipilih Hanny kan? Tapi kenapa dia bisa berteman dengan Elena?" Batin Reana bingung

"Sekarang gue tanya, kenapa lo bisa berpikir untuk melompat dari atas gedung?" Sean kembali bertanya.

"Kenapa lo bisa berteman sama gue?" Tanya Reana penasaran lagi-lagi mengabaikan pertanyaan Sean.

"Ishhh!!" Sean mencubit kedua pipi Reana gemas

"Akhh! Hei! Apa yang lo lakuin?!!" Teriak Reana menjitak kepala Sean.

"Apa gue perlu menulis riwayat hidup gue dulu baru lo bisa menjawab pertanyaan gue?" Sindir Sean

"Hhmm tentu, bukannya itu ide yang bagus" Jawab Reana sambil memegang dagunya.

"Nak Sean?" Tiba-tiba Bibi Rena datang,

"Halo Bibi, maaf Sean bisa datang hari ini" Ucap Sean memberi salam kepada Bibi Rena.

"Maaf ya Nak Elena, gak ada yang bisa Bibi hubungi selain Mamamu dan Nak Sean" Ucap Bibi Rena merasa bersalah

"Bukan masalah Bi, terima kasih." Ucap Reana berterima kasih.

"Huft.. untung aja ada Bibi Rena, kalau nggak, gue gak tahu harus ngapain di hari pertama di dalam novel ini karena gak tahu arah" Batin Reana lega.

"Kalau gitu cepat sana masuk persiapkan barang-barangmu, kamu boleh pulang sekarang" Ucap Bibi Rena, Reana mengangguk dan melangkah ke dalam ruangan.

"Nak Sean, boleh Bibi tanya sesuatu?" Bisik Bibi Rena.

"Iya Bi?"

"Kamu tahu apa yang terjadi sama Elena belakangan ini? Bibi benar-benar kaget saat tau ia mencoba bunuh diri" pandangan Bibi Rena terlihat khawatir.

"Bunuh diri?" Sean menatap ke dalam ruangan, Ia memandang Reana yang sedang membereskan pakaiannya.

"Bibi jangan khawatir, mulai sekarang Sean akan menjaga Elena tetap aman" Ucap Sean menenangkan Bibi Rena

"Tolong jaga dia ya Nak, dia memang bukan anak Bibi, tapi Bibi menganggapnya sebagai anak Bibi sendiri" Ucap Bibi Rena menggenggam tangan Sean meminta bantuan.

Sean tersenyum dan berjalan masuk menghampiri Reana.

"Lo gak pengen pindah kelas? Gue denger di kelas lo kebanyakan anak-anak brandalan yang gak pernah belajar"

"Gue bakal bantu lo menaiki nilai agar lo dipindahin ke kelas 2-1" Ucap Sean membantu Reana membereskan pakaian.

"Brandalan? Itu berarti kelas Elena sebelumnya kan? Orang yang membullynya ada di sana? Hmm menarik"

"Jangan khawatir, gue baik-baik aja di kelas itu,"

"Lagian bagaimana bisa gue yang otaknya biasa-biasa saja bisa langsung masuk ke kelas tertinggi, Nanti dikirain nyontek lagi" Ucap Reana melirik ke arah Sean

"Yahh walaupun di kehidupan nyata gue pinter, gue bisa dapet nilai 100 tanpa bantuan lo" Batin

Reana membanggakan diri

Reana tersenyum memandang Sean sambil menepuk-nepuk punggung Sean, Sean hanya menatapnya tanpa ekspresi.

...***...

Sean mengantar Elena dan Bibi Rena, mereka sampai di depan rumah Bibi Rena. Sean membantu Reana memasukkan barangnya ke dalam kost dan langsung pamit ke Bibi Rena

"Gak mampir dulu?" Tanya Reana menatap Sean yang sudah bersiap untuk pergi.

"Apa lo anggep gue teman lo?" Ucap Sean kemudian langsung masuk ke dalam mobil dan pergi.

"Ada apa dengannya? Padahal tadi bersikap baik huh!"

"Tapi kalau dipikir-pikir di dalam novel Sean gak kenal Elena dan gak ada scene ini.. Apa ini scene tersembunyi karena Elena bukan pemeran utamanya? Hmm entahlah"

Reana berjalan memasuki kost Elena, ia menatap sekeliling tempat.

"Lebih baik kamu istirahat dulu beberapa hari sebelum mulai sekolah lagi" Tiba-tiba Bibi Rena datang.

"Ahh nggak perlu Bi. Elena baik-baik aja, besok Elena bisa mulai masuk sekolah" Ucap Reana tersenyum.

"Apa kamu gak ingin pindah sekolah saja?" Tanya Bibi Rena hati-hati

Reana menggeleng,

"Elena akan tetap bersekolah di sana, lagian ada Sean yang akan menjaga Elena. Terima kasih karena mengkhawatirkan Elena Bi"

Reana tersenyum hangat membuat Bibi Rena ikut tersenyum

"Aku juga ingin lihat, bagaimana tampilan orang yang mengganggu Elena" Batin Reana

Reana berjalan menaiki tangga menuju kamar Elena, awalnya Reana berniat untuk melihat bagaimana wajah Elena, tapi foto yang berada di kamar Elena semuanya adalah dirinya.

Reana mengambil salah satu bingkai foto.

"Kapan gue berfoto seperti ini?"

Reana memandang fotonya yang tersenyum lebar di sebuah taman. Reana menaruh kembali bingkai foto itu dan tatapannya tak sengaja tertuju ke sebuah diary.

"Apa ini diary Elena?"

Reana membukanya dan melihat banyak tulisan-tulisan curahan hati.

"Kenapa tulisannya mirip dengan tulisan gue? Apa tulisannya juga berubah?"

Reana membuka beberapa lembaran terakhir

23 Februari 2010

Mereka menggangguku lagi, tak ada satu haripun tanpa menggangguku.

Mengapa semuanya hanya terjadi padaku,

Mengapa mereka hanya menindasku?

Apa kesalahan yang ku perbuat?

Bahkan seisi kelas tak ada yang membelaku sekalipun.

24 Februari 2010

Hari ini lokerku di penuhi dengan sampah,

Guru-guru memarahiku dan menghukumku karena tidak membersihkannya.

Bagaimana mereka bisa menutup mata tentang penindasan yang terjadi padaku tetapi membuka mata dengan apa yang memenuhi lokerku.

Tak adakah satupun orang yang berada di sampingku?

Tak perlu banyak, cukup satu saja sudah cukup untukku.

26 Februari 2010

Tiba-tiba Julia menghubungiku tengah malam ini sambil menangis.

Apakah ia juga dirundung?

Ia menyuruhku untuk pergi menemuinya,

Apa aku harus pergi menemuinya setelah apa yang telah ia lakukan padaku?

Tentu saja aku harus pergi, karena aku tau rasanya di posisi itu kan?

Aku akan pergi, aku akan menceritakan semuanya lagi setelah kembali.

Reana terdiam tanpa ekspresi membaca selembar demi selembar tulisan yang ia baca, dan tulisannya berakhir di tanggal 26, tepat saat Elena melompat dari gedung.

Reana melirik kalender, sekarang bulan Maret, sudah berjalan beberapa hari sejak insiden percobaan bunuh diri Elena.

"Aku memang harus masuk ke kelas itu..."

... ~•-•~...

...~•To be Continued•~...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!