Renjun masih sibuk menuliskan beberapa puisi di dalam buku catatannya, kali ini ia menuliskan sebuah puisi yang menceritakan tentang Mark dan Jaemin yang berjudul "Senyuman Yang menipis".
Walaupun ia belum terlalu mengenal kedua remaja laki-laki itu, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan perasaan kasihannya akan kehidupan dua orang tersebut. Mungkin kalau dipikir-pikir, malahan kehidupan Renjun jauh lebih baik dibandingkan keduanya. Renjun bisa merasakan ketakutan dan kemarahan yang menyelimuti Mark tadi siang, disamping itu juga Renjun bisa melihat perasaan lelah dan tertekan yang dirasakan oleh Jaemin yang tak sengaja dijumpainya pada saat perjalanan pulang .
Tetapi belum sempat puisi selesai ditulis, mendadak Renjun langsung menutup buku catatannya saat pintu kamar dibuka oleh Wendy.
"Renjun lagi nulis apa? Mami ganggu ya?" tanya Wendy yang sempat melihat Renjun menutup buku tersebut, tetapi Renjun cuman menggelengkan kepalanya saja sambil tersenyum.
"Gak apa-apa kok, Mamim Lagian aku juga njun baru selesai nulis," ucap Renjun.
Mami ikut tersenyum dan membuka lebar pintu kamar itu, "Mami bolehkan ngobrol bareng Renjun, soalnya Mami rindu banget sama kamu."
Renjun hanya mengangguk saja, ia juga tidak melepas senyuman manisnya kepada Mami Wendy. Walaupun sebenernya, ia tahu kalau Maminya cuman berdalih saja dengan mengatakan Rindu padanya yang mana padahal Mami Wendy sedang merindukan Winwin.
Memang sih wajah Renjun tidak mirip dengan Winwin, tetapi entah kenapa aura dan kehangatan yang dimiliki Renjun seolah-olah bisa melepaskan rasa kangen Wendy pada anak sulungnya itu.
"Jadi kalau Mami boleh tahu nih, gimana sekolah kamu hari ini? Lancar?" tanya Mami, ia masih berdiri diambang pintu sambil bersandar disana.
Kebetulan jarak meja belajar Renjun sangat dekat dari pintu dan ranjang, apalagi kamar Renjun yang minimalis dan tidak banyak furniture yang sengaja diinginkannya padahal Maminya sudah meminta ia memilih kamar kosong yang ada disebelah tetapi ia menolak mentah-mentah.
"Lancar kok. Mami tenang aja deh, kali ini Njun baik-baik aja disekolah." Renjun mengarahkan pandangannya pada Wendy.
Wendy cuman mengacungkan jempolnya seperti memberikan apresiasi pada sang putra, walau bagaimanapun ibu akan selalu menganggap putranya seperti anak kecil saja padahal saat itu Renjun sudah duduk dibangku SMA.
"Mami bangga sama kamu," puji Mami, yang disusul juga oleh obrolan lainnya.
Renjun cuman membalas seadanya saja semua pertanyaan Mami tentang dirinya, ia bisa melihat perasaan bertanggungjawab Maminya yang sangat perduli. Sepertinya Mami masih belum bisa memaafkan diri tentang masalah yang menimpa Renjun saat itu, padahal berulangkali Renjun selalu mengatakan kalau dirinya sudah baik-baik saja.
"Jadi gimana? Kamu udah punya teman baik disana?" Sebuah pertanyaan yang diajukan dengan ekspresi penuh harapan, Renjun yang mendengarkannya malah jadi terbungkam sejenak untuk memikirkan Jawabannya.
"Sudah, lain kali mereka bakal Renjun ajak kesini."
"Mereka? Berarti kawannya Renjun banyak dong. Wah, Mami jadi senang dengarnya." Mami Wendy tanpa sadar terlihat menghela nafas lega.
Renjun cuman tersipu malu saja, ia juga tidak cukup yakin kalau apakah benar saat ini dirinya sudah memiliki teman. Bukan karena ia tidak mau berteman, hanya saja ia masih takut dikecewakan seperti sebelumnya. Rasa takut yang selalu menyelimuti setiap orang perlahan-lahan mulai menjadikan mereka sebagai makhluk pendiam dan anti sosial.
Dan inilah hal yang tidak mau diinginkan oleh Wendy, ia tidak ingin anaknya menutup diri dari dunia luar karena ia ingin Renjun bisa terbang jauh mengejar impian dan dunia yang baik suatu kelak nanti.
"Oh iya, Mami boleh nanya sekali lagi sama kamu?" tanya Mami Wendy sembari berhenti bersandar.
"Njun jawab sebisa mungkin ya, Mami."
"Bagaimana menurut Njun tentang Papi Chanyeol? Apa Renjun masih marah pada Mami karena menikah dengan Papi Chanyeol tanpa seizin Renjun?" tanya Mami Wendy, kali ini senyuman di wajah Renjun telah menghilang dan berubah menjadi ekspresi wajah serius.
"Renjun gak pernah benci ataupun marah sama Mami, Renjun sangat menghargai semua keputusan Mami jadi gak ada alasan Renjun kecewa sama Mami."
"Mami senang dengarnya, tapi kalau Mami boleh tahu kira-kira Bagaimana Papi Chanyeol Dimata Renjun Sekarang?" tanya lagi Mami Wendy.
Kedua mata Renjun mendongak keatas sejenak seperti sedang berpikir, "Mami gak perlu khawatir ya, Renjun bakal usaha buat menerima Om Chanyeol."
"Makasih ya Njun," lirih Mami Wendy yang langsung mendekati Renjun dan mengelus kepala putranya.
Disaat yang bersamaan pula, Sarang datang ks kamar dan langsung menarik jemari Wendy. Tapi sepertinya Sarang tidak datang sendirian , melainkan ada Chanyeol yang datang sedikit terlambat dengan langkah yang tenang.
"Sarang maunya Mami yang baca dongeng buat sarang," pinta Sarang.
Wendy mengelus rambut Sarang, "Kok gitu? Bukannya tadi Papi ya yang bakal nemenin Sarang malam ini?"
"Papi gak asyik baca dongengnya, boleh ya kalau Mami yang baca buat Sarang?" tanya Sarang , wajah memelasnya itu yang seringkali membuat siapapun bakal enggan untuk menolak permohonannya .
Bahkan Renjun juga menyetujui permintaan Sarang, padahal kalai dipikir-pikir jarang banget dia mengobrol berduaan dengan ibunya.
"Mami tidurin Sarang aja dulu, kasihan dia!"
"Mas?" tanya Wendy pada suaminya, seolah-olah ia meminta pendapat pada Chanyeol.
"Kamu tidurin Sarang dulu aja, biar aku yang nemenin Renjun disini!" saran Chanyeol yang entah kenapa malah menjadi ide yang cukup menarik bagi Wendy, mungkin saja membiarkan Chanyeol menemani Renjun bisa memberikan waktu untuk Ayah dan anak itu saling mengenal satu sama lain.
"Ya sudah, kalau gitu Mami nemenin Sarang tidur dulu ya." Mami Wendy langsung menggendong Sarang , matanya melirik sekilas pada Chanyeol dan Renjun sebelum benar-benar pergi dari sana.
Dan kini hanya menyisakan Renjun yang merasa canggung pada kehadiran Sang Ayah tiri.
Sementara itu, Chanyeol langsung duduk di sudut ranjang yang posisinya cukup dekat dengan Meja belajar dan pintu kamar. Tak ada percakapan diantara keduanya, lebih tepatnya Renjun langsung memalingkan diri saat Chanyeol akan membuka percakapan yang membuat Chanyeol terbungkam dalam sekejap.
Tetapi keheningan itu sedikit terbuyar, saat Renjun mengembalikan kartu milik Chanyeol yang diambilnya dari ransel.
"Ini kartunya, lain kali beri uang saja tapi gak usah banyak-banyak." Renjun langsung kembali ke meja belajarnya kembali tanpa menunggu jawaban respon dari Chanyeol.
"Memangnya kamu gak mau uang dari Papi? Kan lumayan uangnya bisa ditabung," ucap Chanyeol penasaran.
"Ga perlu, aku masih anak sekolah jadi belum pantas dapat uang dengan jumlah sebanyak itu." Renjun masih berbicara dengan membelakanginya Chanyeol.
Chanyeol cuman memasang wajah mengerti saja, lalu ia berdehem sekali sambil memikirkan topik obrolan untuk mereka.
"Oh iya, gimana kegiatan kamu disekolah? Lancar kan?" tanya Chanyeol.
Sebuah pertanyaan yang malah membuat Renjun jadi kesal, sampai membuatnya terpaksa membalikkan badan kepada Chanyeol dengan tatapan berapi-api.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments