MARI BERTEMAN!

"Saya keberatan, Pak!" keluh Heechan yang langsung berdiri dari kursinya.

"Bapak gak perduli ya, pokoknya tugas kelompok kalian harus dikumpulkan lusa." Pak Sehun memberikan tatapan tajam pada Heechan, Pak Sehun memanglah guru yang dikenal galak selama ini jadi kebanyakan siswa cuman bisa mematuhinya saja daripada nanti dihukum olehnya.

"Udahlah, Heechan. Lagian kau bisa dihukum kalau membantah terus," ucap Mark yang berusaha menenangkan Heechan.

"Benar , Heechan. Lebih baik kita mengalah aja sekarang." Chenle menyenggolnya tangan Heechan, sekilas ia melirik kearah Renjun yang cuman diam dan tenang menyaksikan keluhan Heechan yang tidak mau sekelompok dengannya.

"Baiklah, Pak. Saya bakal mau sekelompok dengannya," ketus Heechan yang langsung duduk kembali ke kursinya.

"Baguslah, kalau gitu sekarang kalian bisa diskusi kelompok ya!" perintah Pak Sehun, semua murid mengiyakan dan menurut saja.

Begitu juga dengan kelompoknya Heechan, mereka langsung mendekatkan kursinya ke meja Heechan.

"Asyik deh bisa sekelompok dengan Jeno, kan jeno paling pintar dikelas kita." Chenle menepuk bahu Jeno yang baru saja duduk disebelahnya, disusul oleh Mark dan juga Renjun.

"Terpaksa kali sekelompok sama kalian, " pekik Jeno yang memperlihatkan raut tidak senangnya.

"Santai aja kali, lagian kita juga gak mau sekelompok samamu yang sok pintar." Heechan menunjuk ke arah Jeno, lalu tangannya beralih pada Renjun.

"Dan juga sekelompok sama orang sombong kayaknya," sambungnya lagi.

Renjun yang menyadari di sindir habis-habisan sama Heechan , pastinya juga punya batas kesabaran tetapi untungnya sampai detik ini ia masih bisa bersabar.

"Udah dong, kita disini mau diskusi kelompok kali, Guys." Mark berusaha menengahi kawan sekelompoknya.

"Kalau gitu mendingan sekarang kita pilih ketua kelompoknya aja dulu!" saran Jeno.

"Setuju banget, kan lebih enak kalau udah ada kawan sekelompok jadi ada yang bisa ngatur kita gitu." Chenle ikut setuju, disusul oleh Mark yang mengiyakan dan Renjun yang cuman ambil bagian diam saja. Namun, tidak dengan Heechan yang masih terus menatap tajam pada Renjun atas ketidaksukaannya.

"Kau gimana, Heechan?" tanya Mark.

"Bebas."

"Kalau gitu, siapa yang mau jadi ketua?" tanya Mark.

"Kau sendiri gak mencalonkan diri, Mark?" tanya Heechan.

"Kali ini enggak deh," tukasnya sambil menyengir, tentu saja alasannya tidak mau jadi ketua karena ia juga gak mau ambil bagian menengahi permusuhan Heechan dan Renjun yang kebetulan sekelompok dengannya.

"Kalau gitu, aku mau jadi ketua!" Jeno mencalonkan dirinya, ia tampak terlihat percaya diri dengan hal tersebut.

"Selain Jeno, ada lagi?" tanya Mark, sambil menyenggolnya bahu Heechan agar temannya itu menawarkan diri.

"Males, suruh aja si anak sombong ini jadi ketua."

"Kenapa harus ribet jadi ketua, kalau jadi anggota aja udah buat nyaman." Renjun menatap seluruh teman-teman sekelompoknya.

Dan saat Renjun menyadari kalau perkataannya tersebut malah membuat ketidaksukaan semua anggota kelompok, Renjun pun mulai sedikit panik.

Lagi-lagi ia tidak dapat mengontrol perkataannya sendiri, padahal sedari tadi ia sudah bisa tetap diam agar kata-kata kasar tidak keluar dari mulutnya.

"Kalau gitu aku mengundurkan diri dari ketua," tolak Heechan yang tidak minat lagi jadi ketua.

"Masa gitu aja ngambek sih, kekanak-kanakan banget." Jeno memperlihatkan wajah meremehkannya pada Heechan, sampai membuat Heechan ingin memukulnya bila tidak ditahan oleh Mark .

Apalagi saat ini Pak Sehun sedang berada dikelas sambil mengawasi semua kelompok, malahan yang ada nanti mereka dihukum pula kalau ketahuan sedang tidak diskusi.

"Udah dong chan, masa gegara omongan Renjun aja kamu malah ngambek!" keluh Mark, disusul oleh Chenle yang mengangguk setuju.

"Gak ngambek kok, udah ah mulai sekarang aku diam aja." Heechan melipat kedua tangannya, kali ini ia benar-benar ngambek dan membuat barisan kelompok mereka mulai senyap.

Jeno malah sibuk menyeringai geli melihat teman-temannya itu, ia bahkan gak bisa berharap lebih dengan kelompoknya ini dan berniat mengerjakan tugas itu sendirian. Berbeda pulak dengan Mark dan Chenle yang ikutan ketularan diam karena Heechan yang malah ngambek dan mencoret-coret buku tulisnya.

Hingga hal ini membuat Renjun mulai kesal dan turun tangan. Ia menghela nafas sejenak , lalu berdehem pelan tetapi suaranya terdengar jelas di telinga sekelompoknya."

"Kenapa? Mau tukar kelompok kayak si Heechan tadi?" tanya Jeno yang memang suka banget Provokatif, meskipun sebenarnya Jeno adalah anak yang baik dan malahan ialah orang yang kemarin menyindirku Renjun mengenai sikapnya karena ingin membela Heechan dan yang lainnya secara tersirat.

Tanpa berkata-kata, Renjun langsung mengulurkan jabatan tangannya pada Heechan."

Tingkahnya ini pastilah membuat kawan sekelompoknya pada bingung dan tercengang, mereka saling memandang satu sama lain dan bertanya-tanya dalam hati sampai Renjun berbicara.

"Aku minta maaf sama kalian, mari berteman!" ajaknya yang seolah-olah tidak punya rasa malu, padahal kemarin dirinyalah yang menolak tawaran pertemanan Heechan, Mark dan Chenle.

Heechan mengerutkan dahinya, beradu pandang dengan Mark dan Chenle.

"Kau baik-baik saja kan, Renjun?" tanya Chenle yang malah memperlihatkan wajah khawatir, bahkan ia malah menempelkan tangannya di dahi Renjun sejenak untuk memastikan kalau Renjun memang tidak demam.

"Bisa juga kau minta maaf," sindir Jeno yang merasa geli sendiri, ia jadi teringat kalau dirinya juga pernah ditawari pertemanan oleh mereka tetapi ia sama sekali tidak kepikiran minta maaf setelah menolak ikatan pertemanan itu.

"Aku memang salah. Jadi, sudah seharusnya minta maaf." Renjun hanya menatap lurus pada Heechan, tanpa menoleh sedikitpun pada Jeno.

"Bagaimana? Penawaran pertemanan kalian masih berlaku, kan?" tanya Renjun lagi.

"Kenapa kau malah tiba-tiba mau berteman dengan kami? bukannya kau gak mau berteman dengan orang yang gak bermanfaat sama sekali?" sindir Heechan yang membuat Renjun menghela nafas panjang.

"Aku mulai risih bermusuhan dengan kalian. lagipula, bermusuhan dengan kalian jauh lebih merugikan. Makanya, lebih baik kita berteman saja," ucap Renjun dengan wajah polosnya, sampai membuat Heechan yang tadinya hampir percaya kembali mengerutkan dahinya.

Renjun yang menyadari omongannya barusan, malah memperburuk keadaan segera mengeluarkan kartu kredit Chanyeol dan memperlihatkan kartu itu secara terang-terangan.

"Gimana kalau imbalannya aku bayarin kalian jalan-jalan hari ini? Asalkan kalian mau berteman denganku," tawar Renjun yang langsung teringat Papi Chanyeol dan menirukannya kepada Heechan, Mark serta Chenle.

"Aku orang kaya, jadi uang gak mempan samaku." Chenle menolak keras, tetapi ia tidak bisa berbohong kalau dirinya sedikit senang dengan usaha Renjun untuk bisa berteman dengan mereka.

"Dan aku pikir, boleh juga sih kalau berteman denganmu." Chenle membalas jabatan tangan Renjun sambil tersenyum, dibalas balik oleh Renjun dengan senyuman ramahnya .

Baru setelah itu, ia kembali menunggu jawaban dari Mark dan Heechan.

"Kalau, Mark?" tanya Renjun, sampai membuat Mark tercengang karena ia menyangka kalau anak baru itu bisa mengingat namanya.

"Kau ingat namaku?" tanya balik Mark.

Renjun mengangguk, "Mari berteman, Mark."

Dan seperti halnya dengan Chenle, cowok tampan itu langsung menerima jabatan tangan Renjun yang memang sejak awal ingin dijadikannya teman.

Kini tinggal Heechan yang masih berpikir keras untuk menjawab tawaran Renjun.

"Mari berteman, Heechan!" ucap Renjun sekali lagi yang ditujukan kepada Heechan untuk kali ini.

"Memangnya, apa manfaatnya kalau aku berteman denganmu?" Heechan seperti sedang melempar kembali perkataan Renjun kemarin melalui sindirnya.

"Aku akan mentraktir kalian hari ini, lalu kita bisa mengerjakan tugas bersama dan bermain game seperti yang kau tawarin kemarin. Kalau perlu, kita bisa menjadi sekelompok orang kuat yang bakal melawan kesenioritasan di sekolah ini."

"Maksudmu melawan sikap para senior yang sombong dan angkuh itu?" Heechan tampak tertarik pada tawaran Renjun barusan.

"Benar."

"Oke deh, aku setuju. Mari kita berteman!" Heechan langsung meraih jabatan tangan Renjun, kini moodnya mulai membaik dan menerima kehadiran Renjun tanpa keberatan sampai membuat Mark dan Chenle juga ikut senang.

"Berarti sudah bisa kita bahas tugas kelompok? Soalnya agak jijik banget aku ngelihat drama persahabatan kalian," keluh Jeno, tetapi secara kilat Renjun menyambar tangan Jeno sambil tersenyum.

"Mulai hari ini, kita juga akan berteman."

"Jangan bercanda! Aku gak ada bilang mau berteman dengan kalian," tolak Jeno yang langsung menarik tangannya, tetapi Renjun cukup kuat mencengkram tangan Jeno sampai sulit lepas.

"Terimakasih sudah mau berteman denganku, ketua kelompok."

Semua mata langsung menatap Renjun, ketika memanggil Jeno dengan panggung ketua kelompok secara seenaknya.

"Kok malah ketua kelompok, kan dia belum dipilih." Renjun cuman tersenyum saja sambil mengantongi kartunya kembali, walaupun itu hanya senyuman palsu yang diperlihatkannya.

"Bagus dong kalau kita punya ketua yang pintar? Kalian setuju, kan?"

"Kalau dipikir-pikir, boleh juga sih." Heechan mengangguk.

"Emangnya aku beneran gak mau jadi ketua, Heechan?" tanya Mark.

"Gak sih, tadi cuman iseng."

"Yaudahlah, kalau gitu si Jeno aja mulai sekarang jadi ketua kita."

"Boleh aja sih, tapi bukan sebagai teman kalian ya." Jeno masih usaha melepaskan tangannya dari Renjun.

"Kalau kau gak mau jadi teman mereka, kau bia jadi temanku saja!" tukas Renjun lagi, walau sebenarnya ia sudah menyadari kalau Jeno sebenarnya adalah teman yang baik untuk Heechan dan yang lainnya, cuman saja ia terlalu gengsi untuk berkata jujur didepan mereka dan tugas Renjun kali ini jadi jembatan penghubung untuk mereka bisa berteman.

"Oke deh, kita berteman mulai sekarang. Jadi, tolong lepas tanganku!" perintah Jeno.

Renjun hanya menurut saja, "Bagus deh."

Tanpa mereka sadari kalau sebuah penghapus telah mendarat di kepala Jeno, tak beberapa lama kemudian bentakan mengerikan Pak Sehun mulai menggema di dalam kelas.

"Kalian ini bukannya diskusi, malah saling mengobrol." Pak Sehun berjalan mendekat dam menunjuk kearah kelimanya.

"Kalian berlima saya hukum! Sekarang, kalian berdiri dilapangan sambil hormat bendera sampai pulang sekolah!" perintah Pak sehun, yang mau tak mau dituruti oleh kelima remaja itu dengan wajah berantakan.

Episodes
1 PULANG
2 DIA TIDAK MENGENALKU
3 NASIHAT BIJAK
4 KELAS 2-E
5 SENIOR
6 PULANG SEKOLAH
7 PUKULAN KERAS
8 MAMI WENDY MARAH
9 PAPI TIRI
10 BISNIS UANG
11 TAWARAN PERTEMANAN JAEMIN
12 MARI BERTEMAN!
13 SENYUMAN PALSU MARK
14 PERTIKAIAN KECIL
15 SISWA SEMPURNA
16 MARK
17 MARAH?
18 ARTI SEBUAH KEPERCAYAAN
19 KAMBUH
20 LEUKIMIA
21 APA YANG HARUS DILINDUNGI?
22 RASA SAKIT
23 UNGGULAN VS BUANGAN
24 TIDAK BERGUNA
25 PEMBOHONG BESAR
26 ATAP SEKOLAH
27 KETAKUTAN
28 HUKUMAN
29 TARUHAN
30 TINDAKAN NEKAT
31 PUNCAK EMOSI
32 KETERBUKAAN WINWIN
33 KOIN KENANGAN
34 KENYATAAN YANG MENAKUTKAN
35 PENCURI KEBAHAGIAAN
36 SOSOK AYAH
37 BERTEMU AYAH KANDUNG
38 KEBENCIAN DOYOUNG
39 KELUAR DARI ZONA NYAMAN
40 ANAK YANG TAK DIINGINKAN
41 RUMAH SAKIT
42 IKATAN
43 REUNI TAK TERDUGA
44 SEMUA SALAHMU
45 TANPA BELAS KASIHAN
46 PANGGILAN TELEPON
47 DONOR SUMSUM
48 RUMAH SEJATI
49 MIKO DAN KISAHNYA
50 HUJAN DAN SALAH PAHAM
51 MANUSIA EGOIS?
52 HARAPAN TERBESAR
53 OBAT
54 MERINDUKAN SAHABAT
55 LAMA TIDAK BERTEMU
56 LAMA TIDAK BERTEMU 2
57 BAGAIMANA KISAH HIDUPMU?
58 BAGAIMANA KISAH HIDUPMU 2?
59 SAHABAT SEJATI
60 RAPUH DAN TAK BERDAYA
61 UANG ADALAH SEGALANYA
62 MENJADI MANUSIA EGOIS
63 MISI
64 BABAK BARU DARI KEHIDUPAN DAN KEHILANGAN
65 LIMA TAHUN KEMUDIAN
66 SANG EKSEKUTOR
67 DIA MASIH HIDUP ?
68 MEMPERBAIKI KESALAHPAHAMAN
Episodes

Updated 68 Episodes

1
PULANG
2
DIA TIDAK MENGENALKU
3
NASIHAT BIJAK
4
KELAS 2-E
5
SENIOR
6
PULANG SEKOLAH
7
PUKULAN KERAS
8
MAMI WENDY MARAH
9
PAPI TIRI
10
BISNIS UANG
11
TAWARAN PERTEMANAN JAEMIN
12
MARI BERTEMAN!
13
SENYUMAN PALSU MARK
14
PERTIKAIAN KECIL
15
SISWA SEMPURNA
16
MARK
17
MARAH?
18
ARTI SEBUAH KEPERCAYAAN
19
KAMBUH
20
LEUKIMIA
21
APA YANG HARUS DILINDUNGI?
22
RASA SAKIT
23
UNGGULAN VS BUANGAN
24
TIDAK BERGUNA
25
PEMBOHONG BESAR
26
ATAP SEKOLAH
27
KETAKUTAN
28
HUKUMAN
29
TARUHAN
30
TINDAKAN NEKAT
31
PUNCAK EMOSI
32
KETERBUKAAN WINWIN
33
KOIN KENANGAN
34
KENYATAAN YANG MENAKUTKAN
35
PENCURI KEBAHAGIAAN
36
SOSOK AYAH
37
BERTEMU AYAH KANDUNG
38
KEBENCIAN DOYOUNG
39
KELUAR DARI ZONA NYAMAN
40
ANAK YANG TAK DIINGINKAN
41
RUMAH SAKIT
42
IKATAN
43
REUNI TAK TERDUGA
44
SEMUA SALAHMU
45
TANPA BELAS KASIHAN
46
PANGGILAN TELEPON
47
DONOR SUMSUM
48
RUMAH SEJATI
49
MIKO DAN KISAHNYA
50
HUJAN DAN SALAH PAHAM
51
MANUSIA EGOIS?
52
HARAPAN TERBESAR
53
OBAT
54
MERINDUKAN SAHABAT
55
LAMA TIDAK BERTEMU
56
LAMA TIDAK BERTEMU 2
57
BAGAIMANA KISAH HIDUPMU?
58
BAGAIMANA KISAH HIDUPMU 2?
59
SAHABAT SEJATI
60
RAPUH DAN TAK BERDAYA
61
UANG ADALAH SEGALANYA
62
MENJADI MANUSIA EGOIS
63
MISI
64
BABAK BARU DARI KEHIDUPAN DAN KEHILANGAN
65
LIMA TAHUN KEMUDIAN
66
SANG EKSEKUTOR
67
DIA MASIH HIDUP ?
68
MEMPERBAIKI KESALAHPAHAMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!