"Mami kok nemani renjun sih, malu dilihatin yang lain." ucap Renjun yang sedikit risih , untung saja saat ini para siswa sudah masuk kedalam kelas sehingga ia tidak terlalu merasa malu menjadi pusat perhatian semua orang hanya karena dirinya yang saat ini duduk dibangku kelas 11 SMA masih ditemani oleh Mami Wendy.
Walaupun sebenarnya Mami Wendy sengaja menemani Renjun berhubung karena hari ini adalah hari pertama Renjun masuk sekolah baru.
Dengan langkah yang terburu-buru, Renjun mendahului Maminya menuju kantor guru sampai membuat mami wendy terpaksa setengah berlari mengejar langkah Renjun yang buru-buru.
Dan tepat didepan ruangan guru, sudah ada seorang Pak Suho yang sedang menunggu kedatangan Renjun sebagai murid baru apalagi status Pak suho yang merupakan wali kelasnya Renjun membuat ia harus bertanggungjawab pada Renjun.
"Selamat Pagi, Pak." sapa Mami Wendy yang dibalas hangat oleh Pak Suho.
Renjun pun juga ikutan menyalami tangan Pak Suho sembari mendengarkan perbincangan basa-basi diantara kedua orang dewasa itu.
Selang tidak sampai beberapa menit, akhirnya Mami Wendy menitipkan anaknya pada Pak guru Suho dan berpamitan untuk berangkat kerja pada Renjun.
"Mami harus mengantar Sarang lagi terus nyari lokasi untuk buka butik , jadi kamu belajarnya yang rajin ya biar nanti siang Papi yang jemput kamu."
"Kayaknya Renjun pulang sendiri aja deh, jadi mami gak usah khawatir."
"Terserah kamunya aja ya, tapi kalau memang kamu lupa alamat baru kita nanti kamu bisa telepon mami ataupun papi ya."
Renjun hanya mengangguk saja lalu menyalami tangan maminya, kemudian ia membiarkan Maminya menghilang dari pandangannya saat ini.
"Yuk kita masuk, nak." ucap Pak suho yang terlihat sangat ramah, Renjun cuman mengangguk saja dan mengikuti Suho menuju kelas yang mana ternyata ia dimasukkan dalam kelas 2-E dikarenakan statusnya sebagai anak baru, sebab kelas A hanya diperuntukkan bagi anak unggulan saja yang mana mungkin saja pada ujian pertengahan semester nanti Renjun bisa naik ke kelas 2-A jika ia bisa mendapatkan nilai baik pada pembagian raport pertengahan semester.
Dan dalam kelas itu, ia bisa melihat aura menyebalkan dari seluruh isi kelas bahkan jumlah siswa laki-laki jauh lebih dominan dibandingkan siswi perempuan berbeda jauh dengan kelas 2-A yang lebih banyak diisi oleh siswi perempuan.
Kalau untuk kelas 3 berada dilantai atas, jadinya Renjun tidak bisa memastikan keberadaan kelas Winwin saat ini bahkan ia juga tidak tahu apakah siswa yang dilihatnya kemarin adalah hyungnya atau hanya seseorang yang kebetulan berwajah mirip saja.
"Kamu bisa memperkenalkan diri didepan kelas ya nak!" perintah Pak guru Suho yang masih terus tersenyum ramah padahal jelas-jelas ia bisa melihat kalau siswa dikelas ini tampak tidak punya keinginan untuk belajar tetapi bukannya kelas malahan ia tampak sabar menyikapi hal itu.
"Panggil aja Renjun, salam kenal." ucap renjun acuh tak acuh, ia juga tidak terlalu suka berpura-pura ramah kepada mereka.
"Kalau gitu saya duduk dimana Pak?" tanya Renjun lagi .
"Kamu bisa duduk disebelah Heechan ya!" ucap Pak Suho, tetapi saat jari telunjuk guru itu mengarah pada salah satu meja yang kedua bangkunya kosong lantas membuatnya sedikit bingung.
"Ada yang tahu Heechan kemana?" tanya Pak Suho.
"Mungkin terlambat lagi Pak." ucap jeno, selaku ketua kelas yang sudah menjabat sejak kelas 1 SMA.
"Yaudah kalau gitu kamu duduk disana ya nak." ucap Pak Suho , lalu renjun dengan enggan cuman bisa menurut saja walaupun ia tidak bisa membayangkan seaneh apa sosok heechan ini yang tampak Berani sekali terlambat datang kesekolah.
Maklum saja karena biasanya Renjun selalu disekolahkan di sekolah yang elit dengan basis sains didalamnya, makanya tak jarang ia kerap mengeluh bila harus berhadapan dengan para siswa kompetitif didalam kelasnya dan baginya baru kali ini Mami Wendy maupun Papi Chanyeol mengijinkannya untuk bersekolah di sekolah swasta biasa yang katanya cukup unggulan dan populer tetapi lebih mengutamakan basis sejarah seperti yang diminati oleh Renjun pada hari ulangtahunnya kemarin lalu.
Bukan tanpa alasam keinginan tersebut tercapai, tetapi memang karena dihari ulang tahun itulah untuk kali pertama Renjun lebih terbuka sebab biasanya ia hanya menurut saja pada kedua orangtuanya padahal sebenernya kalau dia lebih berterus-terang pasti bakal tetap didukung oleh Mami Wendy maupun Papi Chanyeol.
"Yaudah kalau gitu kita mulai pelajaran hari ini ya." ucap Pak Suho yang tampak bersemangat , rasanya saat ini Renjun ingin tertawa bila melihat wajah teman-teman kelasnya yang tampak acuh saja akan kebaikan hati Pak suho .
Dan selang beberapa saat ditengah penjelasan Pak Suho mengenai materi sejarah kolonialisme dan imperialisme, mendadak suara langkah kaki seseorang mengejutkan seisi kelas .
Sosok siswa yang berwajah tampan dengan muka tebal yang tak kenal malu memasuki ruangan kelas sambil cengengesan.
"Selamat Pagi pak guru."
"Kamu darimana saja , Heechan? Ini namanya bukan lagi terlambat tapi udah bisa saya masukkan kamu ke ruangan BK loh." kali ini Pak suho tampak tegas dengan kepribadian yang tetap lembut.
Renjun bisa melihat jelas Penampilan Heechan yang seperti tidak terurus, rambut yang sangat berantakan dan seragam sekolah yang sedikit kusut berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu rapi dimanapun dirinya berada.
"Maaf Pak, nenek saya meninggal jadi saya agak telat tadi soalnya saya harus memenangkan bunda saya dulu." Beritahunya sambil menggaruk-garuk kepala secara tidak tahu malu, padahal sudah jelas-jelas alasan yang dilontarkannya itu terdengar klise banget sampai membuat Renjun ingin tertawa mengejek saat ini.
"Kemarin-kemarin kakek kamu yang meninggal, kok bisa barengan gitu?" tanya Pak Suho yang cuman bisa menggelengkan kepalanya saja sambil melipat kedua tangannya seperti orang yang sedang menunggu jawaban jelas dari Heechan.
"Namanya juga cinta sejati Pak, mungkin aja nenek saya gak sanggup ditinggalkan sama kakek saya makanya beliau ikut nyusul." jawabnya lagi yang sepertinya tidak kehilangan akal untuk menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.
"Kemarin-kemarin saya bisa memaafkan kamu tapi kali ini gak ya Heechan, saya gak mau kasih contoh yang buruk ke murid lain jadi lebih baik sekarang kamu letak dulu tas kamu terus berdiri didepan kelas sampai jam pelajaran saya selesai!"
"Baik Pak." jawab Heechan yang sudah tidak bisa lagi membuat pembelaan apapun kali ini, dsn begitu ia melihat seseorang telah mengisi bangku sebelah yang telah lama kosong dimejanya lantas ia langsung menyadari akan sikap Pak Suho hari ini padanya.
"Pantas aja pak Suho tegas, pasti lagi jaga image didepan anak baru." gumam Heechan kesal.
"Kamu tadi ngomong apa?" tanya Pak suho yang menyadari Heechan yang sedang membicarakan dirinya, tetapi ia Tidak terlalu mendengarkan dengan jelas .
"Gak kok Pak, bagi saya bapak adalah guru terbaik sejagat dunia ini." Heechan langsung berlari kemejanya, Pak suho cuman bisa memaklumi perbuatan Heechan saja dan kembali melanjutkan materi pembelajaran .
Hechan langsung meletakkan tasnya dibangku, ia tak sempat sekedar menegur sapa pada Renjun dan langsung berlari keluar kelas sembari menikmati pantulan matahari yang mengenai atas kepalanya sedangkan siswa lain termasuk Renjun kembali melanjutkan pembelajaran hari itu.
****
Jam telah menunjukkan pukul 11 siang, waktu yang tepat untuk melepaskan penat dan dahaga serta menghilangkan rasa kantuk seusai pembelajaran pak suho yang memang lebih banyak dibandingkan guru lain karena memang materinya yang super tebal, begitu Pak Suho keluar dari kelas yang juga diiringi oleh suara bel istirahat sontak saja semua siswa kelas 2-E berteriak lega dan ada pula beberapa diantaranya langsung berlari keluar kelas untuk segera mengisi perut serta ada juga sebagian yang memilih menggunakan waktu istirahat untuk tertidur sejenak didalam kelas ataupun memainkan game dihandphone.
Dan diantara ketiga pilihan itu, renjun sendiri tidak memilih ketiganya yang mana malahan ia membuat pilihan keempat yaitu mencari kembali Winwin hyung yang sepertinya berada dilantai atas.
Tetapi pada saat sedang membereskan buku-bukunya, seorang siswa yang tampak asing menghampiri Renjun disusul juga oleh Heechan yang baru saja memasuki kelas dan berjalan kearah Renjun.
"Namaku chenle, salam kenal." Ia memberikan tangannya kepada Renjun dengan harapan Renjun akan membalas salaman tangannya, tetapi Renjun cuman tersenyum kecut saja dan membuat Renjun sedikit bingung karena memang pada dasarnya ia tak pernah menerima salam perkenalan seperti ini sebagai anak baru.
Malahan dirinya selalu menjadi anak yang tidak terlihat selama disekolah, kalaupun terlihat biasanya ia dikenal sebagai siswa yang suka emosian dan agak aneh karena kebiasaannya yang selalu tertutup dan mudah dimanfaatkan oleh teman sekelasnya yang lain sebagai sumber keuangan mereka.
Namun karena itulah Renjun setidaknya mempunyai teman selama disekolah, ia juga tidak menyesal dijadikan bank berjalan oleh siswa lain asalkan ia bisa ditemani oleh mereka dan baginya itu lebih baik dibandingkan harus jadi target bullying.
"Woy! Nama loe siapa?" tanya Heechan dengan gaya sok premannya seperti orang yang mau ngajak bertengkar, sembari menepuk berkali-kali bahu Renjun seperti sudah kenal lama.
"Maaf ya, Heechan emang gini anaknya." ucap Chenle yang berusaha menjelaskan sikap Heechan yang bisa saja membuat salah paham.
"Temanmu?" tanya Renjun kepada Chenle.
"Teman dari SMP pun, kenapa nanyak? Loe mau gabung ke kelompok kami?" tanya Heechan sambil memainkan alisnya.
"Gak deh, kalau gitu aku pergi dulu ya soalnya ada urusan."
"Tunggu dulu! Kita belum kenalan kali." Heechan berusaha menghalang-halangi Renjun, sepertinya ia tidak suka diacuhkan oleh siapapun.
"Bentar lagi masuk, gak ada lagi waktu buat basa-basi samamu." ucap Renjun yang masih tetap menjaga emosinya, tetapi bukan hechan namanya kalau sampai tidak buat kesal orang lain.
"Kenapa? Kau mau ke toilet ya buat BAB ya?" tanyaknya dengan nada keras yang membuat Renjun ingin sekali membungkam mulut julid Heechan tetapi semua itu segera ia urungkan setelah melihat Mark yang langsung memukul pelan kepala Heechan.
"Maaf ya, ini anak emang sukanya cari masalah doang!"
Renjun cuman bisa mengangguk terpaksa saja agar masalahnya cepat selesai supaya dia bisa pergi dari lingkaran sesat ketiga teman kelasnya ini, tetapi saat ia mau pergi lagi-lagi langkahnya ditahan oleh ketiga siswa tersebut.
"Kemana? Kalau mau ke kantin sekalian aja bareng kami." ucap Mark, tetapi secara jelas Renjun langsung menolak tawaran pertemanan itu.
"Ada urusan! Lain kali aja." ucapnya.
"Bilang aja kalau malu berteman sama tiga orang aneh kayak mereka, gak usah dipendam kali!" teriak jeno yang masih terus menatap buku sejarahnya, posisi mejanya memang berada dibarisan depan tetapi suaranya jelas terdengar oleh keempat anak manusia itu.
"Wah! Nyari ribut nih orang!" ucap Heechan yang memang tidak terlalu suka dengan Jeno, tetapi segera Mark langsung menahannya sedangkan Chenle cuman bisa cengengesan saja melihat tingkah Heechan.
"Aneh banget sih mereka." gumam Renjun yang hanya bisa geleng-geleng kepala saja dan menggunakan kesempatan tersebut untuk segera berlari keluar kelas selagi Heechan beradu mulut dengan Jeno yang tampak tenang menghadapi Heechan sedangkan Mark harus kewajah menahan Heechan.
Berbeda dengan beberapa siswa lainnya yang malah mengacuhkan kegaduhan itu dan masih fokus bermain game dihandphone.
Kelas 2-E itu benar-benar menyebalkan dimata Renjun, belum lagi karena ketiga orang aneh itu yang membuat waktunya terbuang sia-sia hanya untuk menanggapi perkenalan sok akrab mereka yang bisa saja nanti ujung-ujungnya cuman memanfaatkan dia doang berdasarkan pengalaman-pengalamannya dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments