"Ini udah semua ya buku cetaknya, nak Renjun." Pak Suho menyerahkan semua buku-buku pelajaran itu kepada Renjun.
"Baik , Makasih Pak." responnya yang tidak ingin berlama-lama didalam kantor guru, apalagi beberapa guru mulai berdatangan memasuki ruangan ini.
"Kalau ada yang dibutuhkan lagi , kamu bisa kasih tahu bapak. "
"Baik, Pak."
"Yaudah , kalau gitu kamu bisa balik ke kelas."
"Baik , Pak." Renjun berjalan pergi, ia memang agak kesulitan untuk berbicara dengan guru karena perasaan canggung meski sekalipun guru tersebut adalah sosok favoritnya.
Dengan kedua tangan yang memegang penuh Beberapa buku paket yang cukup tebal, ia menyusuri lorong-lorong sekolah dengan santai sesekali melirik kedalam kelas yang dilewatinya .
Renjun memang sangat suka mengamati orang lain, baginya melihat ekspresi orang lain adalah sesuatu hal hang cukup menyenangkan untuk mengisi kebosanannya.
Dan membuat kelas yang harusnya cukup dekat malah terasa jauh karena langkahnya yang sengaja melambat, ia juga sebenarnya tidak mau buru-buru tiba dikelas dan mendengarkan hiruk-pikuk kelas yang terasa menyebalkan bagi Renjun.
Tetapi akibat keputusannya inilah tanpa sengaja ia berpapasan langsung dengan Winwin yang baru saja tiba disekolah, saat itu Winwin yang ditemani lucas disebelahnya hendak berniat menaiki tangga kelantai dua yang ada beberapa meter di belakang Renjun, tetapi entah kenapa langkah mereka terhenti saat berpapasan dengan Remaja kelas 11 SMA itu
Renjun tidak mengadakan apapun, ia masih kesal pada perbuatan Winwin kemarin padanya tetapi jika detik ini ia tidak berbuat apapun maka artinya sama saja remaja SMA itu setuju untuk memutuskan tali persaudaraan diantara dirinya dengan Winwin.
Ditengah keraguan Renjun saat ini juga, ia tidak sengaja memperhatikan telapak tangan kiri Renjun yang dibaluti perban padahal seingatnya Winwin tidak memiliki perban ditangan kirinya.
"Bisa pinggir sedikit! kami mau lewat." tukas Winwin , tetapi tidak ada satupun gerakan bergeser yang dilakukan oleh Renjun dan membuat Winwin terpaksa menabrak bahu kanan Renjun agar bisa berjalan melewati adiknya tersebut.
"Pengecut!" celutuk Renjun setelah beberapa detik membiarkan Winwin dan Lucas melewati dirinya .
Tetapi sikap tenang Winwin sama sekali tidak membuat provokasi Renjun berpengaruh kepadanya, Renjun semakin kesal dan melemparkan satu bukunya sampai mengenai punggung belakang Winwin.
Hantaman buku itu pastinya membuat siapapun bakal kesal, termasuk juga Winwin.
"Kau cuman pengecut yang bersembunyi dibalik jubah kekerasan aja, memangnya semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan apa?" Renjun tidak berhenti memprovokasi Winwin yang membuat lucas menjadi kesal, tetapi sepertinya Winwin berusaha menenangkannya dan berbisik sesuatu pada Lucas.
Entah apa yang dibisikkan oleh keduanya, lucas mulai kembali tenang sementara Winwin mengambil kembali buku yang tadi menghantamnya . Winwin berjalan menghampiri Renjun sambil menyerahkan buku tersebut ditangan Renjun seraya berbisik ditelinga sang adik.
"Tingkahmu itu sama sekali gak berubah, makin lama aku semakin membencimu." Suara Winwin yang kali ini sedikit serak padahal kemarin masih baik-baik saja.
"Dan sekarang seenaknya mau memprovokasiku?"
"Tapi kalau kau masih gak sopan sama senior, jangan salahkan aku kalau teman-temanku bakal menghabisimu lebih parah dari kemarin!" ancamnya , lalu ia berjalan kembali menghampiri Lucas dengan tenang.
Sementara itu Renjun cuman bisa terpaku saja menahan kekesalannya, tanpa sadar lucas dan winwin telah pergi menghilang dari hadapannya yang masih bergelut menahan emosi.
"Sial!" celutuknya yang tengah mengumpat sebelum akhirnya ia mengambil kembali bukunya lalu berjalan ke kelas, Meskipun saat ini ia masih sangat kesal.
Dan tibanya dikelas, ia harus melihat momen yang menyebalkan sekali lagi. Kali ini ia bisa memandangi dengan jelas Heechan yang tengah buru-buru bertukaran kursi dengan siswa lain seolah-olah ia enggan sudi duduk sebangku dengan Renjun.
Rasanya ingin sekali Renjun mengumpat detik itu juga, tetapi semua itu ia urungkan karena memang pada dasarnya Renjun tidak mau mencari masalah disekolah baru ini.
Dia berjalan tenang ke mejanya, lalu memasukkan beberapa buku ke laci dan ransel.
Matanya sama sekali enggan memperhatikan sosok siswa asing yang sedang ketakutan disebelah Renjun, sepertinya ia adalah satu dari serpihan kecil orang yang menjadi boneka pesuruh dikelas seperti yang sering dilihat oleh Renjun sepanjang statusnya sebagai murid .
"Maaf ya, tadi Heechan minta tukaran bangku jadi terpaksa deh aku duduk disini dan buat kamu risih." ucapnya tanpa sedikitpun menatap mata Renjun, sepertinya ia benar-benar takut kepada anak baru seperti Renjun .
"Gak masalah." respon Renjun seraya mengeluarkan buku tulis, lalu ia gunakan waktu luangnya untuk melampiaskan rasa kesal itu dengan menggambar abstrak melalui sebuah buku.
Baginya juga menjalin pertemanan dengan teman baru yang duduk disebelah bukanlah hal yang menyenangkan, rasanya juga cuman buang-buang waktu saja .
Meskipun ia sedikit risih dengan sikap Heechan yang masih mengibarkan bendera permusuhan pada dirinya, bahkan sesekali ia bisa dengar Heechan sedang menyindir secara terang-terangan didepan kelas yang cuman bisa dianggap angin berlalu oleh Renjun padahal sebenarnya ia sedang menahan amarah dan kekesalan.
***
"Pak, ijin ke toilet!" teriak Renjun kepada gurunya saat ditengah jam pelajaran.
"Pergilah, jangan lama-lama ya!" tukas Pak Sehun yang sedang menerangkan dikelas melalui infokus.
Begitu diijinkan oleh Pak Sehun, ia langsung berjalan meninggalkan kelas.
Untungnya lokasi toilet tidak terlalu jauh sehingga ia tidak perlu buang-buang tenaga untuk tiba kesana, tetapi saat memasuki toilet ia juga disuguhkan kembali dengan perundungan yang dilakukan seorang siswa kepada siswa satunya tanpa perlawanan sedikitpun, malahan saat ini siswa tersebut tengah menenggelamkan kepala siswa satunya kedalam wastafel yang dipenuhi air tetapi begitu melihat Renjun lantas ia segera menyudahi perbuatannya itu.
Namun tetap saja , meskipun Renjun merasa risih melihat hal tersebut tetapi ia berusaha tetap tenang dan malah berdiri diwastafel sebelah untuk sekedar mencuci wajahnya karena sedikit mengantuk.
Renjun berusaha mengacuhkan tatapan sinis dari Jaemin yang tengah siap ingin memakannya, sampai membuat Jaemin semakin kesal dan langsung mematikan kran wastafel Renjun.
"Tenang aja, aku gak bakal ikut campur urusan kalian." tukas Renjun yang memang tidak tertarik untuk mengadukan perbuatan Renjun tersebut.
"Lebih baik selesaikan urusanmu, Daripada nanti ketahuan basah sama guru kau lagi merundung siswa lain." sambung Renjun lagi sambil menoleh kearah Jaemin dengan senyuman licik, tentu saja sikapnya ini pasti menyulut api emosi Jaemin yang langsung mendorong Renjun sambil berteriak kesal.
Dan disaat bersamaan Renjun mengisyaratkan Siswa asing itu untuk segera pergi dari sana, selagi perhatian Jaemin sedang tertuju pada Renjun.
"Sialan kau! Jangan bercanda sama ku!" teriaknya yang memperlihatkan mata membelalak seperti kesetanan.
Renjun menepuk pelan bahu Jaemin, "Aku gak mau cari musuh, mari baikan!"
"Jangan bercanda, bisa-bisanya kau malah minta damai setelah menyindirku." keluh Jaemin, kali ini ia mulai mengecilkan suaranya.
"Aku gak bercanda , lagian aku tahu kau bukan orang brengsek yang merundung seseorang tanpa sebab." Renjun mengambil air diwastafel selagi Jaemin terdiam sejenak untuk mencerna kembali ucapan Renjun barusan.
Lalu dalam hitungan detik, sebuah cipratan air sengaja disemburkan pada wajah Jaemin yang dibarengi oleh tawa Renjun.
"Dasar gila! Katanya gak mau cari ribut tapi pakai acara nyiram orang pula."
"Itu balasan buat kau yang mencipratkan air ludahmu samaku." terang Renjun secara blak-blakan, lalu ia kembali menghadap wastafel untuk mencuci wajahnya.
Jaemin yang mendengarkan itu pun bukannya marah , malah tertawa geli memanjangkan perbuatannya barusan.
"Masa sih? Terus kenapa gak balas balik sih bro." Ia masih berlarut-larut dalam tawanya sampai beberapa kali memukul dinding wastafel.
"Buat apa? Malahan nanti aku bakal masuk kedaftar list musuhmu lagi." Renjun mengambil tisu dan mengeringkan wajahnya.
"Kau itu ngomong kayak orang penakut, lagian aku juga bukan orang jahat disini tapi kebetulan aja anak tadi mengejek keluargaku makanya aku balas balik dengan merundungnya." jelas Jaemin yang sudah mulai mengibarkan bendera damai kepada Renjun.
Renjun cuman mengangguk saja seperti memahami apa yang sedang dirasakan oleh Jaemin saat ini.
"By the way, Aku jaemin dari kelas 11-A." ucap Jaemin yang mencoba menjalin perkenalan dengan Renjun, ia terlihat sangat tertarik untuk mengenal Renjun yang terlihat cukup baik untuk dijadikan teman padahal pernah sekali Heechan mengatakan kalau Jaemin adalah orang yang sombong.
Renjun cuman tersenyum saja, ia tampak tidak tertarik untuk berteman dengan siapapun saat ini Padahal jelas-jelas Jaemin yang terkenal super langka untuk mau bergaul dengan anak yang bukan kelas unggulan malah ditolaknya mentah-mentah.
Renjun malah pergi dari hadapan Jaemin sampai membuat Jaemin buru-buru menaham dengan mencengkram bahu Renjun yang sudah membelakanginya.
"Kau yakin gak mau balas salam perkenalanku? Memangnya kau gak tahu aku siapa sampai gak sudi berteman samaku?" Jaemin menghujani Renjun dengan kalimat sombongnya , tetapi kali ini perkataannya lebih tersirat kalau ia ingin sekali memaksa Renjun untuk berteman dengannya dan penolakan Renjun sangat tidak bisa ditoleransi.
"Aku memang gak kenal tentangmu, lagian aku gak pandai caranya berteman jadi cari yang lain aja." Renjun menyingkirkan tangan Jaemin dan berjalan pergi.
Jaemin cuman bisa tersenyum dongkol saja, ia benar-benar tidak terima ada murid lain yang menolak permintaannya yang super langka ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments