Mencintai Ibu Angkatku
Sekitar 7 tahun yang lalu. Arya Saputra di angkat anak oleh seorang wanita yang masih berusia 30 tahun pada waktu itu. Intinya dia membiayai semua keperluan Arya dalam hal pendidikan, demi menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang pilot.
Sampai akhirnya Arya lulus dan bekerja di salah satu maskapai di perusahaan di bidangnya. Arya sangat bahagia kini menjadi seorang pilot yang bila tugas mengenakan seragam putih dan mengendalikan pesawat terbang melayang di angkasa.
Arya pun tak pernah lupa berterima kasih pada orang-orang yang telah mendukungnya selama ini, Keluarga dan juga wanita yang sudah membiayainya selama kuliah.
Wanita itu bernama Fatmala. Seorang wanita kaya raya di kotanya dan memiliki banyak perusahaan di mana-mana. Arya asalnya cuma pemuda kampung yang singgah ke kota demi sebuah harapan dan cita-cita.
Kini Arya sudah berubah menjadi pemuda tampan, berpenampilan rapi dan bersahaja. Sungguh banyak perubahan yang terjadi pada diri Arya sekarang ini. Rumah orang tua pun sudah berubah lebih bagus dari sebelumnya dan tidak jadi hinaan tetangga lagi akibat miskin, saat ini Ary di pandang sama orang-orang kampung.
Apalagi dengan sikapnya yang ramah dan baik hati menjadikannya semakin di pandang orang di kampungnya.
"Siang kapten?" sapa nya Sofi seorang pramugari yang semua tahu kalau dia menyimpan rasa terhadap Arya.
"Siang Sofi." Balas Arya dengan senyuman ramahnya. Dia berjalan dengan seorang pramugara yang bernama Sultan dan mereka sudah lama berteman.
Mereka berjalan di sebuah bandara. Pulang dari tugasnya dan masing-masing membawa koper yang wajib mereka bawa.
"Saya lega akhirnya bisa kembali dengan selamat. Kalau masih di dalam pesawat itu hati terasa mengambang," ungkap Arya.
"Benar kapten. Sama, saya juga apa lagi. Berasa tak menapak nih kaki," sahut Sultan.
"Alhamdulillah Allah selalu melindungi umatnya ini." Lanjut Arya kembali.
Arya pun memasuki mobil yang tersedia buat pilot dan semua kru awak kabin menuju kantor.
Setelah meeting dalam waktu yang cukup lama, Arya pulang ke apartemennya.
"Saya duluan bro." Melambaikan tangan pada rekannya.
Arya mengendarai motornya. Tidak lupa memakai jaket dan helm yang tidak pernah lupa dia kenakan.
Tidak lama di jalan ia kini sudah berada di depan pintu apartemennya. Namun merasa heran. Sebab sepertinya ada yang masuk, yang tau akses apartemennya itu cuma dia dan wanita yang menjadi kekasihnya dan kini statusnya sudah tunangan, yang bernama Renata.
Arya masuk, lantas menekan saklar menyalakan lampu. Ruangan itu terang benderang namun tak ada siapa pun. Langkahnya terus berjalan menuju kamar.
Blaak!
"Selamat ulang tahun aku ucapkan semoga panjang umur kami doakan." Suara nyanyian dan dihadapkan dengan kue tar yang berhias lilin dan beberapa orang termasuk Renata di sana.
Ceritanya mereka membuat kejutan di hari ulang tahun Arya. Arya tersenyum simpul dan sedikit menggeleng. Tidak menyangka akan mendapat kejutan sederhana ini namun membuat haru.
"Tiup-tiup, tiup-tiup." Titah semua orang di sana. Kemudian mereka berpindah ke ruang tengah.
"Nggak ada tiup-tiup." Arya mengibaskan topinya dan api pun dengan cepat mati.
"Doanya dong panjatkan semoga terkabul." Pinta Renata kepada Arya.
Arya menutup mata, lantas berdoa dalam hati, yang diantaranya. Semoga dilancarkan niat pernikahannya dengan Renata yang tinggal berapa bulan lagi. Namun yang terbayang saat ini bukan wajah Renata melainkan terbayang jelas wajah seorang wanita yang selama ini ia hormati.
Arya mendongak, terkesiap dan menatap ke arah Renata. Dia heran kenapa bukan Renata yang melintas di pikiran dan kelopak matanya?
Renata menggerakkan matanya seolah bertanya kenapa? Arya menggeleng, kemudian memotong kue tar nya dan suapan pertama dia berikan pada Renata sebagai tunangannya.
Tentu membuat Renata sangat bahagia. Dia memeluk dan mencium singkat pipi Arya. "Selamat ulang tahun ya sayang."
"Makasih sayang." Arya membalas pelukan Renata yang begitu erat.
Semua orang yang dia sana merupakan teman-teman Renata dan Arya dari kuliah dulu.
Mereka pun mengucapkan selamat akan bertambahnya usia Arya yang hakikatnya usia itu berkurang bukan bertambah.
Lanjut mereka pergi ke sebuah cafe untuk makan dan nongkrong di sana. Sesungguhnya Arya merasa capek namun demi teman dan kekasihnya Arya rela mengesampingkan rasa capeknya.
"Sayang makan dong kok malah bengong sih?" Renata menatap tunangannya.
"Oh, iya duluan saja sayang." Arya mengangguk. Namun tetap pikirannya melayang memikirkan wajah itu.
****
Di sebuah rumah mewah yang berdesain clasik Eropa nan megah. Seorang wanita sedang berendam di bathtub air hangat dan tak ketinggalan aroma terapi. Ketika sedang bersantai, rileks dengan nikmatnya berendam air hangat. Terdengar teriakan seorang pria yang memanggil namanya.
"Fatma? Fatmala kau di mana?" pekiknya, dengan mata mencari keberadaan sang istri.
Fatmala bergegas naik mengenakan bathrobe dan bergegas menghampiri. "Ada apa?"
"Lama banget di panggil dari mana sih? suami pulang bukannya di sambut malah di biarkan." Jalannya agak sempoyongan. Seperti biasa kalau pulang malam pasti bau alkohol, dengan alasan bersenang-senang dengan kawan.
"Saya sedang berendam--"
"Alah ... alasan. Secantik apapun rupa mu semolek apapun tubuh mu. Aku sudah tidak cinta dan tidak napsu lagi sama kamu. Kalau bukan karena putri kita Rania Aldian, aku sudah meninggalkan mu." Jelas lelaki itu.
Fatmala pun pertahankan pernikahan dengan Aldian semata-mata demi anaknya Rania Fathya Aldian, putri semata wayang mereka. Siapa sih yang kuat punya suami sudah numpang hidup dari istri. Suka mabuk, kasar dan arogan juga suka selingkuh pula.
Fatmala menghela napas. "Kalau kamu ingin cerai. Ceraikan saja aku gak rugi kok, aku juga tidak tahan dengan laki-laki seperti mu itu."
"Wanita sombong." Tangannya mengayun dan plak! menampar pipi mulus Fatmala.
"Au." Pekik Fatmala sambil mengusap pipinya yang terasa panas dan perih.
Kemudian tangannya Aldian mencengkram leher jenjang wanita itu didorongnya ke ranjang ukuran king size.
Fatmala berontak dan berusaha melepaskan tangan Aldian dari lehernya. Hembusan napasnya bau alkohol, bola mata Fatmala melotot berteriak pun tak mampu. "Lep-lepas."
"Mati kau, dan semua harta mu akan jatuh ke tangan ku, ha ha ha ..." racau Aldian.
Dengan susah payah, Fatma bisa melepaskan kedua tangan pria gila tersebut. "Ohok-ohok," tenggorokan Fatmala terasa kering dan sakit di bagian luar.
Aldian berbaring dengan mata terpejam, Fatmala merasa lega dan mau bangun, tiba-tiba Aldian terbangun dan kembali menyerangnya. Namun kali ini bukan untuk menyekik atau memukul tapi dia menindih tubuh istrinya untuk meminta haknya.
Namun Fatmala sudah terlanjur marah dengan sikapnya kali ini. Dengan sekuat tenaga ia tendang Aldian sehingga tubuhnya menggelinding jatuh ke lantai, dasar orang mabuk dia gak sadar dan mungkin tak merasakan sakit dan juga tak bergeming, Fatmala panik takut juga kenapa-napa tapi pria itu malah tidur di lantai.
Fatmala merasa lega dan tersenyum kecut. "Dasar pria gila." Fatma berdiri dan tak perduli dengan pria itu meski tergeletak di lantai bertilam karpet empuk tersebut. Ia merapikan diri yang tadi terburu-buru menyelesaikan mandinya.
Derap langkah kaki terdengar mendekati ke arah pintu kamar Fatma ....
****
Hai ... ini karya ku yang ke sekian nih, semoga banyak yang suka🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Dedi Dedi
brat bret brot
2023-10-21
0
Berdo'a saja
laki macam apa itu
2023-01-09
2
NO NAME
.
2022-11-08
1