Cklek!
Suara handle pintu dan Arya menariknya ke dalam. Berdiri dua orang wanita cantik membawa paper bag. Tersenyum ke arah Arya.
"Eh, kalian. Ada apa ya?" selidik Arya heran menatap keduanya.
"Em, boleh kami masuk?" tanya salah satu wanita yang memliki tubuh ideal dan berparas cantik itu.
"Oya, masuk lah!" Arya mendahului masuk dan menyilaukan duduk di sofa.
Keduanya duduk dengan manis. Matanya mengitari apartemen tersebut dengan intens dan mengagumi.
"Aku bikinkan kalian minum dulu ya?" Arya berniat pergi mengambilkan minum namun kedua tamunya mencegah.
"Nggak usah repot-repot, sudah minum kok."
"Oke." Arya duduk di sebrang tamunya.
"Aku bawa kado buat kamu Arya. Em ... memang nggak seberapa sih." Sofi menyodorkan yang ia bawa pada Arya.
"Aduh. Jangan repot-repot lah Sofi, jadi nggak enak hati nih." Tangan Arya mengambilnya dengan ragu.
"Nggak pa-pa kok, gak repot juga." Sofi menunjukan senyumnya.
"Makasih ya?" Arya menatap dengan intens kedua wanita cantik itu membuat yang di tatapnya salah tingkah.
Arya membuka kotak kecil yang ternyata berisi jam tangan rolex yang sudah terbaca harganya lumayan mahal. "Wah ... makasih ya? jadi gak enak hati." Sembari mengulas senyumnya yang terus merekah.
Sofi bahagia melihat ekspresi wajah Arya yang tampak bahagia menerima kado darinya. Hatinya terus berdebar, apa lagi memandangi senyumnya yang bikin jantung melompat-lompat. Ia menaruh hati pada Arya dari sejak lama namun tak pernah di respon lebih. Arya malah pacaran bahkan bertunangan dengan Renata.
"Aku tidak tahu harus membalasnya gimana?" Arya menyimpan kadonya di meja.
"Oh, tidak. Kamu gak balas apa pun kok. Sebagai teman aku sangat tersanjung bila kau terima hadiah dariku, itu saja." Sofi mengulas senyumnya.
Mereka bertiga mengobrol dalam beberapa waktu diselangi dengan canda dan tawa. Sampai akhirnya Vera, temannya Sofi mengajak pulang padahal Sofi masih betah di sana bersama Arya.
"Ya udah, aku pulang dulu?" dengan berat hati Sofi berpamitan.
"Baiklah. Hati-hati." Arya mengangguk dan berdiri mengantar tamunya sampai pintu.
Ia segera memutar tubuhnya setelah mengunci pintu dan memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri, kali ini dia mau meneruskan niatnya untuk menemui seseorang.
Setelah selesai mandi dan tampak segar Arya meraih kunci motornya. Membawa langkah lebarnya ke tempat penyimpanan motor.
Kini Arya sudah melajukan motornya di jalan raya membelah jalanan beriringan dengan kuda besi lainnya. Dengan menggunakan Helm, Arya terus melarikan sepeda motornya menuju sebuah tempat lumayan jauh.
Setibanya di tempat tujuan Arya berjalan memasuki sebuah gedung yang tinggi menjulang yang merupakan sebuah kantor, ia mengangguk hormat ketika berhadapan dengan scurity di depan.
Arya terus berjalan ke lantai sekian, dengan tujuan ruangan Bu Fatmala.
"Permisi Mbak!" Arya mengangguk pada sekertaris yang ada di sana.
"Met siang Tuan? ada yang bisa saya bantu!" Balas sekertaris tersebut dengan ramah.
"Saya ... mau bertemu Nyonya Fatmala," ucap Arya menatap sekertaris yang rasanya tidak kenal. Padahal dulu bukan yang ini.
"Apa Tuan sudah buat janji?" tanya sekertaris tersebut.
"Em ... Belum," sambung Arya.
"Oh, sebaiknya. Tuan bikin janji dulu sama, sebab. Nyonya itu orang sibuk sekarang aja masih meeting di luar," ujar sekertaris dengan jelas.
"Tapi coba aja sampaikan kalau Arya Saputra mau bertemu." Lanjut Arya penuh harap.
"Baiklah. Tunggu saja silahkan duduk di sana Tuan." Pinta wanita modis tersebut dan langsung menghubungi seseorang.
Tidak selang lama Wanita itu menghampiri. "Nyonya meminta anda menunggu di ruangannya. Mari?"
Arya beranjak dan mengikuti langkah sekertaris Fatmala ke ruangan CEO nya.
"Silakan masuk dan menunggu di sana, paling sekitar 30 menit lagi Nyonya tiba." Kata sekretarisnya Fatmala, lalu dia pergi kembali ke tempatnya. Arya hanya membalas dengan anggukan saja.
Arya mengamati ruangan tersebut yang banyak berubah dan lebih mewah dari sebelumnya. Ia menempelkan bokongnya di sofa dan pandangan nya fokus melihat sebuah photo yang terpajang di meja kerja. Seorang wanita dan gadis kecil berpelukan.
Bibir Arya tersenyum merekah memandangi photo tersebut.
Sesekali Arya melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 siang. Namun orang yang ia tunggu belum muncul juga.
Kaki Arya di gerak-gerakkan tuk mengusir rasa jenuh. Suara derap langkah terdengar mendekati ruangan itu. Netra mata Arya tertuju pada daun pintu yang dalam hitungan detik pasti terbuka.
Benar saja, daun pintu terbuka dan muncullah seorang wanita dewasa yang tampak cantik dengan balutan pakaian formal yang elegen. Sementara waktu keduanya bersitatap, saling bertukar pandangan seakan mengungkapkan kata yang mungkin saja tak mampu terucap lewat bibir.
Kemudian keduanya tersadar dan menggercapkan matanya. Fatmala menghampiri di mana Arya berada.
Arya pun berdiri lalu mereka saling berjabat tangan. "Apa kabar?"
"Baik, bagaimana kabar mu? lama kita tak jumpa, Silakan duduk!" Fatmala duduk dan menyodorkan segelas air putih.
"Alhamdulillah. Baik, maaf baru sempat datang!" sahut Arya menatap lekat wanita tersebut.
"Syukurlah. To the point saja, ada perlu apa ya? apa membutuhkan bantuan ku?" ucap Fatmala. "Lagi pula kau bisa hubungi nomor ku, nanti kan saya transfer."
"Maaf Kak. Saya kesini untuk silaturahmi saja gak ada niat untuk meminta bantuan! Justru mau mengucapkan terima kasih, sudah banyak membantu ku sehingga aku bisa mencapai tujuanku." Dengan pandangan kepada Fatmala.
"Oh, syukurlah kalau kamu sudah mencapai tujuan mu. Selamat ya? Oya sorry waktu itu tak bisa memenuhi undangan mu, sedang berada di luar Negeri jadi ga bisa hadir sorry ya?"
"Tak apa Kak, aku maklumi itu." Arya memperlihatkan giginya yang putih bersih tersebut. "Oya, itu putrinya ya? sudah besar sekarang." Manik mata Arya menoleh ke arah photo
Netra mata Fatmala pun mengikuti kemana mata Arya memandang. "Oh iya, sudah sekolah TK dia."
Mata Arya sering memperhatikan ke arah Fatmala yang tampak memerah pipinya bekas lima jari. "Itu, kenapa pipinya tampak merah?"
"Ha?" tangan Fatmala memegang pipinya, padahal sudah memudar. "Nggak. Ini cuma ruam-ruam saja. Eh ... elergi." Akunya Fatmala tampak gugup.
Arya menatap curiga, Tidak percaya begitu saja tapi si sadar ini bukan kepasitas nya. Mungkin itu masalah pribadi yang gak pantas dicampuri.
"Em ... bagaimana kalau kita makan siang dulu, saya yang bayar kok!" ajak Arya.
Fatmala memicingkan matanya. "Gaya kamu, mau traktir segala? Gimana kalau saya minta makan di restoran yang mahal?"
"Tak apa Kak, asal jangan setiap hari saja mintanya. Ha ha ha ...."
"Baiklah. Rezeki tak boleh di tolak!" Fatmala meraih tas kecilnya kemudian beranjak dari duduknya.
Keduanya berjalan beriringan, Semua karyawan menatap heran melihat Arya. Apa klien baru atau apa? begitu tampan dan membuat semua wanita terpesona melihatnya. Kalau pekerja baru sih tidak mungkin sebab perusahaan khususnya di pusat ini sedang tak memerlukan pegawai baru.
Bibir Fatmala menunjukan senyumnya melihat para karyawan khususnya wanita, melongo melihat ketampanan Arya. Mungkin mereka lupa kalau dulu Arya sering datang ke kantor ini bahkan pernah menjadi klening servis, namun mungkin karena tak glowing seperti sekarang, makanya mereka lupa.
"Lihat. Mereka begitu terpesona melihat mu." Suara Fatmala pelan namun terdengar jelas oleh Arya yang berjalan di belakangnya.
Senyum Arya merekah. Kemudian memakai kaca mata hitam yang tadi tergantung di kerah kemejanya. "Kalau yang ngomong terpesona gak?" canda Arya.
"Jangan gila kamu. Saya bersuami." Tegas Fatmala tanpa menoleh.
"Canda Kak. Jangan diambil hati ataupun sakit hati cuma bercanda kok." Aku Arya meralat ucapannya.
Dari mereka berjalan sampai mau memasuki mobil, ada seseorang yang memainkan kameranya mengambil gambar keduanya ....
****
Hai ... reader ku yang aku sayangi sudah membaca kan? jangan lupa tinggalkan jejaknya ya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
yuiwnye
awal cerita dg Thema agak beda dr yg lain ya 👌🏽
2023-07-13
1
Berdo'a saja
siapa yang mencuri gambar mereka yaa
2023-01-13
2
Minarni Juita
ceraikan aja suami yg bgtu fatmala
2022-12-21
2