Renata duduk dan cemberut. Melihat Arya malah ketawa lalu mencubit pinggang Arya yang memicingkan matanya. Arya pun meringis kesakitan.
Renata berdiri mendekati jendela dan membuka semua gorden. Brai ... cahaya dari sinar matahari masuk semua lewat jendela. Wanita cantik berambut sebahu itu berdiri di sana menikmati pemandangan dari atas apartemen milik Arya.
Arya sendiri mengibaskan selimutnya lalu turun berjalan menuju kamar mandi tuk bersih-bersih.
Kerena gak enak di luar ada Renata, tunangannya. Akhirnya Arya mempercepat ritual mandinya.
Renata duduk manis di sofa kamar Arya, agar tak bosan dalam menunggu Arya, Renata menyalakan dan menonton televisi.
Cklek!
Terdengar handle pintu di putar, pintu pun terbuka munculah Arya yang bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggang. Manik mata Renata tak berkedip melihat tubuh Arya yang memiliki tubuh atletis dan memperlihatkan perut yang bak roti sobek.
Dengan susah payah Renata menelan saliva nya yang tercekat di tenggorokan. Kemudian ia menggercapkan matanya setelah Arya melenggang ke dalam Wardrobe mengambil pakaiannya.
Arya memilih pakaian santai, seperti kaos dan celana jeans. Tangan beralih mencari dalaman pria. Setelah mengenakan semua Arya keluar berjalan menuju kamarnya. Mendekati cermin dan segala peralatannya, seperti minyak wangi. Body losion dll. Setelah mengenakan minyak rambut Arya merapikan rambutnya dengan sisir. Semprot kan Parfum ke seluruh tubuhnya.
Membuat wanginya menyeruak ke seluruh ruangan. Sehingga hidung Renata mendengus mencium wanginya, sesaat kemudian Arya membalikkan tubuhnya pada Renata yang tengah menatap ke arah dirinya.
"Ngapain kamu ke sini? kan bisa aku ke rumah jemput kamu." Duduk dekat Renata.
"Emangnya gak boleh aku ke sini?" dengan nada manja dan menyandarkan kepala di bahu Arya.
"Boleh, tapi gak perlu juga. Biar aku yang ke sana, gak enak juga kalau kamu sering ke sini toh kita masih status tunangan." jemari Arya sedikit membelai rambutnya Renata.
"Lama, kalau nunggu kamu datang. Keburu lebaran cicak." Jawab Renata sekenanya.
"Aku baru dengar ada lebaran cicak sayang." selidik Arya.
"Ada, kalau cicaknya sudah bersayap semua," sahut Renata lagi.
"Ah, gak mungkin itu terjadi." Arya menggeleng.
"Nah, itu dia ... memang gak mungkin. Kalau kalau nunggu kamu kelamaan." Renata mengubah posisi duduknya menegak dan berhadapan dengan kekasihnya. Arya.
"Bosan sayang, jalan yu? ke Mall mungkin!" menggenggam tangan Arya.
"Emang mau belanja apa?" tanya Arya agak malas tuk pergi.
"Em ... ya makan bakso atau cuci mata lah." Netra mata Renata berbinar yakin kalau Arya akan mau mengajaknya pergi.
Arya menggelembung kan pipinya. "Hupsh ... baiklah. Tapi jangan lama-lama--"
"Kenapa?" lirih dan sedih.
"Nanti malam aku ada meeting, untuk penerbangan lusa," sahut Arya sambil mengecek ponselnya.
"Iih ... gak ada waktu lagi deh buat aku!" Renata mengerucutkan bibirnya.
"Siapa bilang? sekarang kita bersama. Masa dibilang nggak ada waktu, bohong banget sih ..." mencubit kedua pipi Renata dengan gemas.
"Iih ... sakit." Dengan manjanya.
"Aku pengen sarapan dulu." Arya beranjak ke dapur lantas membuka lemari pendingin dan mengambil mie rebus.
"Sini aku masakin," tangan Renata mengambil mie rebus dari tangan Arya.
Bibir Arya tersenyum dan membiarkan tunangannya memasak mie untuknya. Lalu lamunannya membawa dia pada wajah Fatmala.
Renata menoleh ke arah Arya yang berdiri termenung entah apa yang dia pikirkan saat ini.
"Tereng ... mie nya dah siap makan!" suara Renata seketika membuyarkan lamunan Arya.
"Oh, iya." Arya menarik kursi dan duduk manis menghadap semangkuk mie rebus ala Renata. Arya pun tak membuang waktu langsung melahap.
Renata pun duduk di dekat Arya menunggui tunangannya makan.
Dreett ....
Dreett ....
Dreett ....
Ponsel Renata bergetar. Ia pun langsung mengambilnya yang tergeletak di meja, namun lain diangkat melainkan di rijek.
"Siapa?" Arya heran.
"Em, bukan siapa-siapa, cuma orang iseng aja dari semalam." Jawab Renata agak gugup.
Namun Arya tak mau memikirkannya dan Ia meneruskan makannya dengan lahap.
Selesai makan, mereka langsung jalan, keluar dari apartemennya dan mengambil sepeda motor kesayangan Arya. Rencananya mau jalan-jalan.
"Mau kemana kita?" tanya Arya sambil memegang helmnya.
"Kemana aja deh, yang penting jalan. Bosan di rumah terus." Balas Renata.
"Baiklah." Arya mengenakan helm dan naik ke atas motor. Bersiap pergi dan menunggu Renata naik.
Sepeda motor Arya pun melesat meninggalkan area apartemen. Putar-putar mengelilingi kota. Ketika sedang asik jalan di jalan. yang lumayan sepi, motor hampir saja menabrak seorang anak kecil yang melintas.
Arya langsung ngerem motornya secara mendadak sambil beristigfar. Sontak membuat Renata kaget.
"Apaan sih? ngerem mendadak bikin aku jantungan tahu." Tangannya Menepuk pundak Arya.
"Nggak lihat, motor ini hampir saja menabrak anak kecil," jari Arya menunjuk seorang gadis kecil yang terkesiap, mematung di tempat mungkin dia juga kaget.
Arya langsung mendekati anak itu. "Adek kecil, kamu tidak apa-apa?" lantas menggendongnya ke pinggir jalan.
Anak itu cuma membalas dengan gelengan kecil, dia tampak masih shock.
"Non, Nona Rania sayang? ngapain keluar?" Mia langsung mengambil Rania dari gendongan Arya.
"Mbak, yang bener dong jaga anak tuh, gimana kalau sampai ke napa-napa? semua yang repot Mbak. Ini anak, bukan boneka Mbak, masih untung Tuhan masih menjaga anak ini. Kalau nggak siapa yang akan di salahkan!" Arya akhirnya meluapkan kekesalannya pada wanita muda itu yang ia anggap lalai dalam menjaga anak.
"Maaf Tuan, tadi saya ke toilet sebentar," Mia mengangguk dan mengaku bersalah.
Kemudian tatapan Mia lekat pada Rania yang tertegun. "Non mau kemana? kan sudah aunty bilang. Tunggu jangan ke mana-mana!" memeluk Rania erat. Kini jantungnya jadi tak karuan, wajahnya tampak cemas tak bisa membayangkan kalau sampai terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Semua akan fatal bukan cuma di salahkan tapi juga di pecat dari kerjaan.
"Ada apa ini?" seorang guru TK menghampiri. "Sayang kenapa?" berjongkok agar sejajar dengan anak itu.
Anak itu menggeleng. Matanya yang begitu bening terlihat jelas berembun. "Rania mau pulang Om." Menoleh ke arah Arya yang menatapnya.
Arya berasa pernah lihat anak ini tapi entah di mana, otaknya benar-benar bleng tak bisa mengingat siapa anak ini. "Oh anak ini namanya Rania." Batin Arya.
Arya melirik pada Bu guru. "Tadi dia mungkin mau nyebrang sendiri, Bu. Hampir saja saya senggol untungnya jalan ini agak sepi dan saya keburu sadar, saya pun meminta maaf?" manik mata Arya menatap ke arah Mia dan Bu Guru bergantian.
"Astagfirullah ... Rania. Kamu gak apa-apa kan sayang?" Bu guru menatap cemas.
Lagi-lagi anak itu menggeleng. matanya yang bening terus memandangi wajah Arya. Berasa kenal tapi entah bertemu dimana?
"Ya, udah sayang, pulang yu?" ajak Renata mengajak Arya pulang.
"Om ganteng? makasih ya, gak jadi tabrak Rania." Anak itu menatap lekat.
Arya menarik napas panjang. "Lain kali hati-hati ya? jangan jalan sendirian, anak kecil dilarang jalan sendiri ya anak manis?" menepuk pipi gembul Rania.
Kemudian Arya pamit pada semuanya. Dan melanjutkan perjalanannya bersama Renata. Namun sebelum menduduki sepeda motornya. Arya tertegun dan menoleh ke belakang namun anak itu sudah di bawa ke dalam sekolahan ....
****
Semoga suka dengan novel yang recehan ini🙏 jejak kalian membuat aku tambah semangat menulis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Berdo'a saja
anak Fatmala ruh
2023-01-13
2
Umi Nabila
bagus
2022-10-03
2
re
Next
2022-08-10
1