POV 3
FLASHBACK.
Barno turun dari Taxi bersama gadis kecilnya, yaitu Anggi. Seminggu yang lalu di pemakaman adiknya, ia gagal untuk mengajak pindah ibunya Mira ke sebelah rumahnya, dimana rumah itu adalah milik adik laki-lakinya yang telah diwariskan kepada ibu Mira.
Walau Mira telah setuju untuk pindah, tapi ibu gadis kecil tersebut, menolak usulan Barno. Karena itu, kali ini dia ingin mencoba membujuknya lagi. Bagaimanapun, Barno tidak ingin mengabaikan amanat dari almarhum sang adik.
"Tiara … Tiara!" panggil Barno seraya mengetuk pintu beberapa kali.
Beberapa saat kemudian pintu terbuka, dan muncul seorang wanita dengan rambut kusut serta mata sembab. Barno pun merasa terenyuh melihat kondisi wanita tersebut.
"Bang Barno! Masuk Bang."
Wanita itu adalah Tiara Sulahosin. Wanita yang sangat dicintai oleh adiknya Barno yang telah meninggal akibat kecelakaan.
Setelah Barno masuk kedalam rumah, Tiara mempersilahkannya untuk duduk. Sesaat Tiara menghela napas panjang dan menatap Barno dengan sendu.
"Apa Abang datang ke sini dengan permasalahan itu lagi?"
"Iya, Tia. Kamu tau sendiri, kan. Aku nggak mungkin mungkin mengkhianati amanat adik aku. Jadi, aku berharap kamu mau menerima permohonanku, paling tidaknya lihatlah ketulusan adikku kepada kamu. Kumohon…! Ijinkan adikku tenang di alam sana."
Tiara menatap dalam ke bola mata Barno. Dirinya bukan tidak ingin menolak kebaikan mantan calon kakak iparnya itu. Akan tetapi, hati nuraninya belum siap karena merasa dirinya bukanlah siapa-siapa lagi dalam keluarga almarhum kekasihnya itu.
"Coba kamu pikirkan, jika kamu pindah ke sebelah rumahku. Aku bisa menjamin kalau aku akan selalu menjaga Mira, karena pekerjaanku sebagai penulis, lebih dominan di rumah daripada di luar. Apalagi rumah itu juga sudah menjadi milik kamu, karena adikku sudah mewariskannya. Hanya tinggal tanda tangan kamu saja. Pikirkan juga jika sewaktu-waktu kamu pergi keluar kota karena urusan pekerjaan, siapa yang akan menjaga Mira jika kalian tetap di sini? apa mungkin setiap kamu pergi harus mengorbankan sekolahnya terus menerus, seperti yang sudah-sudah."
"Hmmm!" Tiara menarik napas panjang.
FLASHBACK END
....
....
....
....
....
....
Suara jeritan kembali terdengar saat Mira berdiri didepan pintu kamar Barno, ia sangat yakin, kalau Pamannya tersebut sedang memuaskan diri lagi dengan jurus lima jari.
"Pasti Paman olahraga lima jari lagi, nih! Harus digrebek nih orang tua gersang. Nggak ada jera-jeranya."
Seperti biasa, pintu kamar Barno tidak terkunci, sehingga Mira dengan leluasa membuka pintu.
KRAK!
"PAMAN! KAMU GITU LAGI?"
Barno yang sedang asik olahraga jari, terkejut mendengar suara teriakan Mira. Refleks ia menarik ujung baju bagian bawah untuk menutupi batangnya, lalu menunduk meletakkan kepalanya di atas meja untuk bersembunyi dari tatapan Mira.
"Ah … apa kamu nggak diajarkan di sekolah, bagaimana cara mengetuk pintu saat memasuki kamar orang tua?" ucap Barno dengan kesal.
"Paman benar-benar, ya. Paman itu sudah tua, tapi semangatnya buat begituan terlalu tinggi." Mira melihat celana Barno sudah melorot sampai kebawah.
Perasaan Barno semakin malu mendengar ucapan Mira, ia tidak sanggup melihat ke arah Mira yang berdiri di sampingnya.
"Tolong, tolong aku sekali ini saja. Bisa nggak kamu keluar dari kamarku sekarang?" pinta Barno memelas tanpa melihat ke arah Mira
Gadis itu hanya menggeleng kepala, ada rasa iba juga melihat pamannya seperti itu.
Wajar saja sebenarnya kalau Barno melakukan hal tersebut. Sebagai penyandang status duda terlama se-kecamatan, tidaklah mudah untuk memendam gejolak batin bertahun-tahun. Jadi dia harus melampiaskan juga saat hasrat semakin tinggi. Akan tetapi, Mira tidak terima jika itu menjadi kebiasaan Pamannya. Ia pun mengusap kepala Barno dengan lembut.
"Paman, aku sarankan agar kamu segera menikah lagi, biar dengkul paman jangan sampai kering."
"Iya. Terima kasih atas saranmu," ucap Barno malas dengan kepala masih tertunduk di atas meja. Saran Mira yang mengandung ejekan itu, membuat hatinya tersentil.
"Tapi, jika itu memang sulit bagi Paman. Mungkin aku bisa membantu, sampai paman menemukan perempuan yang tepat," gumam Mira pelan.
Wajah Mira langsung memerah, setelah menyadari apa yang telah diucapkannya barusan. "Aisss…. Kenapa aku bisa ngomong kayak gitu."
Mira tidak bisa menarik kembali ucapannya, karena Barno sudah terlanjur mendengarnya. Semua itu terlihat jelas ketika Barno memandang Mira dengan raut wajah tidak percaya.
Gadis itu pun menutupi rasa malunya hanya dengan senyum masam. Namun, Alangkah terkejutnya Mira ketika batang Barno tiba-tiba muncul dari balik tutupan baju.
®®®®®®®®®®®
jangan lupa dukungannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Susilowati Wati
seneng tuh si mira bs kenalan sm pny paman🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭🤭
2022-09-25
0
Untaian Fiksi(Hiatus)
🙈🙈 kok aku jadi takut, bang.
2022-05-31
3
Sovia Ulfa
ada tau komik yg mirip sama ni novel tanpa sensor lagi udah pernah baca gua
2022-04-21
2