BAB 2

Barno tidak menyadari kehadiran Mira, ia terus memuaskan diri, tuntutan batin sudah mencapai ubun-ubunnya. Aksinya tangannya di bawah sana semakin intens. Saraf-sarafnya semakin tegang.

"Aghhhhhhh … aghhhhhhh…. Aghhh!"

Barno kemudian menjerit keras saat kepuasan mencapai puncak, tubuhnya melengkung ke belakang. Beruntung kursi yang ia duduki memiliki sandaran yang elastis, kalau tidak ia pasti akan jatuh. Akan tetapi, saat tubuhnya melengkung dengan kepala mendongak akibat pencapaian puncak yang begitu memuaskan batinnya . Barno sangat terkejut melihat wajah Mira tepat di depannya. 

"Aaaaaaaaaagghhhhhhhhh!"

Seketika Barno menjerit kencang karena kaget, begitu juga Mira, ia begitu kaget ketika tembakan cairan putih kental menghantam wajahnya. Shock, bingung, semua menjadi  campur 

"Aaahhhhhhh…. Apa ini. Ah … Paman ini baunya sangat amis." jerit Mira.

Begitu pun juga dengan Barno, ia sangat terkejut melihat Mira, sampai ia terjatuh dari kursinya.

"A–Apa yang kau lakukan di kamarku," sentak Barno marah.

Mira  langsung membersihkan wajahnya dengan tangan. Setelah itu ia menjadi penasaran dengan cairan yang menempel di jarinya.

"Mira apa yang kau lakukan?" bentak Barno, ketika Mira mencium cairan tersebut..

Mira tersadar dan melihat raut wajah Pamannya yang begitu merah penuh amarah.

"Paman! Jangan kayak gitu mukanya. Aku jadi takut," Mira langsung memasang wajah ketakutan, berharap Pamannya tidak marah lagi.

"Apa kau bilang! Aku lebih takut melihatmu tiba-tiba muncul. Jantungku hampir saja copot! Kenapa kau kesini? Bagaimana dengan kuliahmu?" ucap Barno dengan nada suara yang sudah mulai rendah.

"Ini hari Minggu paman!" Mira menjawab cepat dengan asal, dan kembali menciumi aroma cairan  yang lengket di tangannya. "Ini sangat lengket." batinnya

"Kenapa  kau cium itu lagi!" bentak Barno, merasa malu dengan tingkah Mira tersebut.

Mira melirik Barno sejenak, lalu perhatiannya kembali kepada cairan yang lengket di tangannya, membuatnya begitu sangat penasaran, dan pikirannya pun tergelitik untuk mengetahui, bagaimana rasanya cairan tersebut? Apakah asin, manis, pahit, atau seperti sambal lado? Pahit manis asam asin, pedas rasanya.

Spontan Mira langsung menjilati cairan tersebut tanpa rasa jijik, seperti layaknya anak kecil yang sedang makan es mambo

"Hei, Apa yang kau lakukan. Jangan di jilat." Barno yang sudah duduk di atas kasur, dengan kedua tangan menutupi bagian bawahnya.

"Kenapa kau lakukan itu Paman, cepat pakai celanamu. Aku tunggu di luar. Cepat," bentak Mira, tapi dalam hati ia tersenyum senang melihat wajah pamannya itu yang hampir mati menahan malu. "Sebentar lagi Anggi bakalan pulang. Buruan!" ujar Mira lagi.

Barno memiliki seorang anak gadis bernama Anggi. Sepeti biasa setiap pulang kuliah dia akan mampir ke pasar untuk membeli keperluan dapur jika persediaan sudah habis. Biasanya mereka berdua pergi, tapi kali ini Mira lebih dulu pulang. Karena itulah kenapa Mira bisa menebak, jika Anggi sebentar lagi akan pulang.

Mendengar perkataan Mira barusan, Barno mulai sibuk mencari celananya, ia tidak mau jika nanti anaknya pulang, dan melihat dirinya dalam keadaan seperti itu. 

Sedangkan Mira, sibuk membersihkan meja yang terkena cipratan Barno. Ia melap meja tersebut menggunakan celana pamannya itu yang ia pikir adalah kain lap. 

"Paman. Umurmu sudah tidak muda lagi, jangan sering-sering itu, tidak baik untuk kesehatanmu," ucap Mira mengingatkan, sambil melangkah keluar kamar.

Barno tiba-tiba panik saat melihat celananya ada ditangan Mira. Ia pun langsung berlari mengejar Mira sambil berteriak, "hei, tunggu! Itu celanaku, kembalikan." 

Tangan Barno tanpa sengaja menarik baju yang dikenakan Mira dari belakang, supaya langkah gadis itu terhenti. Namun, yang terjadi malah membuat gaun Mira robek, sehingga melorot sampai pinggang.

Wajah Mira marah padam karena amarah. Bagaimana tidak, dengan kejadian tersebut membuat belahan buntalannya terpampang cukup jelas. Mira pun langsung berbalik badan dan membentak pamannya itu.

"Apa yang paman lakukan, kenapa merobek bajuku!"

Karena Mira berbalik badan, Barno langsung menunduk, sambil berkata, "apa masalahnya. Tinggal kau tutupi saja, gitu aja kok repot," ucap Barno, sesekali matanya tergoda untuk melirik payudara Mira.

"Ngomong sih enak, tapi ini baju favorit aku. Pokoknya aku nggak mau tau. Paman harus menggantinya dengan yang baru. Awas kalau tidak!" ancam Mira dan langsung pergi meninggalkan Barno.

Terpopuler

Comments

Aira Rafli

Aira Rafli

hai aku mampir di karyamu Thor awal yg bikin aku ketawa ngakak 🤣🤣🤣

2022-12-19

0

Eny Agustina

Eny Agustina

Wkwkwkwkwkwwkkkk...paman dan keponakan yang absurd..

2022-09-23

0

Bunda

Bunda

terhibur q🤣🤣🤣🤣

2022-08-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!