BAB 3

FLASHBACK

Di depan rumah sakit, seorang wanita berpakaian pengantin keluar dari sebuah taxi, ia berlari kecil sambil menggendong seorang gadis kecil memasuki rumah sakit tersebut. Langkah kakinya terdengar begitu nyaring menyusuri koridor menuju ruang operasi.

Seorang pria duduk di bangku tunggu bersama dengan seorang anak kecil. Wajahnya begitu kusut dan sedih, dengan beberapa perban di tubuhnya.

"Bang! Gimana keadaan Toni?" wanita itu langsung bertanya dengan linangan air mata.

"Belum tau. Masih dalam penanganan Dokter karena keadaan sangat kritis!"  jawab pria itu lesu.

Mendengar hal tersebut, wanita itu langsung terduduk lesu, jantungnya seakan berhenti berdetak. Hampir saja gadis kecil yang digendongnya jatuh, tapi pria itu dengan sigap mengambil gadis kecil tersebut dan  letakkan di pangkuannya.

"Sini, sama paman, ya. Tuh, ada temannya, namanya Anggi!" ucap pria tersebut memperkenalkan anaknya kepada gadis kecil tersebut.

FLASHBACK END

....

....

....

....

Mira duduk di sofa menunggu Barno, walau dia bukan keponakan kandung, tapi ia merasa wajib untuk menasehati pamannya itu, supaya tidak sembrono lagi jika melakukan hal tersebut.

"Paman!" teriak Mira memanggil Barno setelah cukup lama menunggu.

"Apa sih, teriak-teriak!" keluh Barno berteriak dari dalam kamarnya.

Beberapa detik kemudian Barno muncul dan duduk di hadapan Mira dengan wajah lesu dan bercampur malu.

"Paman harus tau! Di rumah ini yang tinggal bukan Paman saja, ada aku dan Anggi. Oke kalau aku yang melihat kelakuan paman tadi. Bisalah ku maklumi, tapi gimana kalau Anggi yang lihat? Apa Paman nggak merasa malu?" cecar Mira.

"Huff!" Kau sudah seperti istriku saja, tiada hari tanpa mengomel dan selalu menasehatiku, padahal kau juga ceroboh. Seenaknya saja masuk ke kamar orang!"

"Paman!" bentak Mira.

"Iya iya!" 

Barno menghempaskan punggungnya di sandaran sofa. Bagaimanapun ia tidak bisa marah kepada keponakannya itu, jika ia melakukan hal tersebut, perasaanya akan sedih karena telah mengingkari janjinya kepada adiknya yang telah meninggal.

Walaupun adik laki-lakinya meninggal sebelum sempat menikah dengan ibu Mira. Kasih sayang adik Barno sungguh sangat besar kepada Ibunya Mira, hingga detik-detik ajalnya menjemput, masih sempat memikirkan masa depan mereka, dengan meminta Barno untuk menjaga mereka layaknya keluarga sendiri.

"Aku pulang!"

Seorang gadis muda seumuran Mira masuk. Dia adalah Anggi yang baru saja pulang. Namun, ia sangat heran ketika melihat wajah ayahnya dan juga Mira yang begitu aneh, bukan itu saja, gelagat mereka berdua membuat Anggi mengerutkan kening 

"Ada apa dengan kalian berdua? Kok aneh gitu?" tanya Anggi membuat keduanya sedikit gugup.

"Aneh apanya?" tanya Barno.

"Ada apa, Mir? Wajah kau kelihatan sedang kesal? Apa kalian bertengkar lagi? Hmmm…. Kalian kadang seperti anak kecil saja, padahal umur sudah bangkotan," ujar Anggi.

"Siapa yang bangkotan?" tanya Mira dan Barno secara serentak.

Anggi hanya tersenyum kecil menanggapi kekesalan ayahnya dan juga Mira 

"Aku tadi mampir ke pasar dan membeli beberapa kerang. Ayah! Masakin ya buat kami. Masakan kerang ayah lebih enak daripada masakanku," ucap Anggi meminta sambil memasukkan belanjaannya ke dalam kulkas.

"Awas kau ya. Kalau kau ngadu, kulobangi ubun-ubunmu," bisik Barno mengancam Mira ketika Anggi sedang sibuk menyimpan belanjaan.

Walau Barno tau betul kalau Mira tidak akan mungkin mengadukannya kepada Anggi. Namun, ia tetap harus memperingati gadis tersebut agar tidak keceplosan, ketika mengobrol dengan Anggi. 

Akan tetapi, Mira malah hanya mengejek pamannya itu dengan menjulurkan lidah, ia tidak terlalu menggubris ancaman pamannya tersebut, dan malah  melenggang untuk pulang ke rumahnya yang terletak di sebelah rumah Barno. Ya, Mira bertetangga dengan pamannya itu. Ketika ia sudah berada di depan pintu, Mira  berhenti dan berbalik.

"Paman!" panggilnya.

Ketika Barno menoleh ke arahnya, ia pun menggoda pria tersebut, dengan menjilati telapak tangannya. Tentu saja hal itu membuat Barno jengkel, karena menurutnya ledekan Mira sudah kelewatan.

"Awas kau nanti ya," ancam Barno. ia benar-benar sangat kesal.

Ancaman hanya sekedar ancaman. Barno tidak pernah sekalipun betul-betul marah kepada Mira.

©©©©©©©©©©©

Selalu dukung ya cerita ini

Terpopuler

Comments

Linda Liddia

Linda Liddia

🤣🤣🤣🤣

2024-12-23

0

Na.Wi.Su.

Na.Wi.Su.

ngakak Thor. bagus alurnya. bahasanya juga tertata..siap ngikuti

2022-07-07

0

Anonymous

Anonymous

ngakak aku bacanya

2022-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!