BAB 9

Hal yang sudah lama tidak pernah ia rasakan lagi, bahkan sudah belasan tahun gejolak batinnya hanya berakhir di tangannya sendiri. Namun, sekarang lele kumis Barno menemukan sangkarnya yang lama hilang. Karena itu Barno semakin intens goyang pargoy di depan wajah Mira.

"Ohhhhh…. Mira, ini benar benar enak. Tenggorokan kamu benar-benar lembut dan sempit," jerit Barno dengan kepala mendongak dan mata terpejam, disertai napas yang mulai memburu.

Sudah tidak sanggup lagi menahan kenikmatan tersebut, ia pun menekan dengan kuat kepala Mira. Hingga akhirnya ia melepaskan lahar panas kedalam mulut mungil gadis tersebut.

Sontak mata Mira tiba-tiba terbelalak dan gelagapan ketika merasakan semburan yang begitu kuat di dalam mulutnya, bukan hanya sekali, tapi semburan itu terjadi sampai lima kali, membuat mulutnya penuh dengan lendir seperti cendol dawet, khas dari pabrikan Barno.

"Ahhhhh… huff… huff… huff…. Ini sa–ngat ba–nyak pa–man," ucap Mira terbata-bata sembari melepehkan cendol putih tersebut ke atas telapak tangannya. Ia kemudian menutup mata, menikmati sensasi yang didapatkan dari pengalaman tersebut.

BBBRRRR….

BBBRRRR….

BBBRRRR….

Suara jam weker tiba-tiba  berbunyi dengan nyaring, membuat Mira tersentak dan membuka mata.

"Huuufffff…. Sial! Ternyata aku bermimpi," umpatnya, tangannya kemudian menggapai jam weker untuk dimatikan.

Jam sudah menunjukkan pukul 7:13 WIB. Mira kemudian menggeliat telungkup, menyembunyikan wajahnya di balik bantal, malu sendiri dengan mimpi yang telah dialaminya.

"Mimpi ini terasa nyata,"

Mira kemudian telentang dengan wajah memancarkan kekesalan, karena yang dia alami hanyalah sebuah mimpi, kesal karena bukan kenyataan.

"Semoga selanjutnya mimpi tusuk-tusukan. Haaahhhh." Mira menghembuskan napas dengan kuat.

"Hahahahahahahahahahaha"

Tiba-tiba saja Mira mendengar suara Barno tertawa lebar di luar kamarnya,  ia pun langsung bangkit dari tempat tidur dan dengan cepat mengganti bajunya dengan gaun transparan tanpa ada apa-apa di dalamnya. Dengan sengaja Mira melakukan hal tersebut. Mimpi yang dialaminya, telah membuat akalnya sedikit kena virus.

Untuk memastikan pakaiannya bisa memantulkan bagian dalamnya. Mira kemudian berkaca, lalu merapikan tampilannya supaya  terlihat se-k-s-i dan cantik di hadapan pamannya.

"Ok. Mantap." ucapnya tersenyum lebar.

Dengan langkah gemulai, Mira keluar dari kamarnya dan langsung menuju dapur, dimana dia mendengar asal suara pamannya itu.

Plak….

"Arggghhh."

Mira terkejut dan menjerit kesakitan, ketika sebuah tamparan mendarat di punggungnya.

"Pakai pakaianmu dengan sopan. Hampir saja ayah Anggi melihatmu seperti ini."

"Ibu kenapa nampar aku kuat, Itu sangat sakit." Mira meringis kesal.

"Jangan cengeng. Cepat kamu mandi dan gosok gigimu, ayah Anggi sedang memasak sup ayam. Kita tidak akan kelaparan jika dia ada di rumah ini," ucap Tiara sembari berjalan menuju dapur.

Mendengar ucapan ibunya, Mira merasa sangat heran, karena Barno tidak pernah memasak di rumah mereka selama ini. Kalaupun Barno ingin membuat makan untuk mereka, ia pasti akan memasak di rumahnya sendiri, setelah itu baru di antar ke rumah Mira.

"Hufff…. Kenapa Paman masak di sini. Aneh," gumam Mira.

Sejenak diam memikirkan hal tersebut, Mira kemudian menghempaskan tubuhnya di atas sofa, matanya menatap langit-langit rumah. Rasa kecewanya begitu besar, ia sudah memakai pakaian se-k-s-i untuk menggoda Pamannya, tapi malah gagal karena keberadaan Ibunya.

"Ngapain lagi kamu di situ?" bentak Tiara yang sudah muncul kembali.

"Iya,Bu!"

"Iya, iya, iya! Buruan mandi," bentak Tiara lagi dengan mata melotot. "Biar kita sarapan sama-sama. Ibu juga udah nelpon Anggi, bentar lagi dia datang!"

Mira pun bangkit dari tempat duduknya, dan langsung kembali ke kamar untuk mengambil handuk. Setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

®®®®®®®®®®

jangan lupa dukungannya

.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***