"Sayang, kamu sudah 4 hari ini tidak ke kantor. Ayo dong berangkat, kantor sedang banyak kerjaan," rayu Raditya.
"Ya Ampun Dit, aku kan sedang cuti sakit," tolak Melodi.
"Sekarang kan sudah sehat, ayo dong berangkat, bantu kerjaanku."
"Dit, aku kan kerja dengan kamu, kenapa kamu perhitungan sih. Istrinya tidak berangkat 2 hari saja protes!" kesal Melodi.
"Terhitung 4 hari Mel," protes Raditya.
"Dua harinya kan memang libur! Sudah ah! Sana kamu berangkat," usir Melodi, matanya tetap tidak beralih dari ponsel.
Raditya melangkah dengan lesu, percuma berdebat dengan sang istri. Apapun yang menjadikan keinginannya harus terpenuhi.
Sedari kecil hingga sekarang dia sudah memiliki suami. Sifat keras kepala, manja, dan maunya menang sendiri. Selain dimanjakan kedua orang tuanya sang kakak juga sangat royal pada Melodi bahkan setiap bulan ada uang jajan yang dikirim kakaknya untuk dirinya dan jumlahnya pun terbilang tidak sedikit.
Melodi tersenyum melihat sebuah tas merek ternama dari Paris merilis produk baru.
"Aku minta sama Raditya ah," gumam Melodi tangannya langsung menyentuh kontak suaminya dan dalam mode memanggil.
"Hallo sayang."
"Ya Mel, ada apa?" tanya Raditya pandangannya tidak beralih dari berkas yang dibaca.
"Ada tas bagus sayang, belikan dong...," pinta Melodi dengan nada memelas dan memanja.
"Sayang, baru kemarin kamu beli sepatu dan sepatu itu harganya juga tidak murah," jawab Raditya.
"Ya ampun Dit, kamu bilang sepatu itu mahal!? Aku biasa beli dengan harga lebih!"
"Sayang, itu dulu sebelum kamu menikah denganku. Sekarang kamu sudah menikah denganku, cobalah sesuaikan pengeluaran dengan pendapatan yang masuk tiap bulan," terang Raditya.
"Jangan samakan aku dengan Nur gembrot itu!" teriak Melodi dengan kesal dia langsung memutus sambungan telepon itu.
Raditya mendengus kesal. Tiba-tiba otak memorinya memutar kenangan ketika beristri dengan Nur. Tidak pernah dia mengeluh diberi uang bulanan olehnya. Bahkan uang bulanan itu nominal nya terhitung jauh dari dari bulanan yang diterima Melodi sekarang.
Bumi terus berputar pada porosnya, pagi berganti siang, siang berganti malam. Malam ini, bulan tampak bersinar redup ditutupi awan gelap. Raditya melangkah ke kamar.
Belum tubuhnya berbalik dari ambang pintu setelah tangannya menutup pintu itu, dia dikagetkan dengan suara dari ranjang tidur.
"Kenapa baru pulang!" sentak Melodi.
Raditya melangkah dengan jengah. Dia tidak menyahuti tanya sang istri, kakinya melangkah ke toilet kamar untuk bebersih.
"Aku tanya kamu! Apa kamu tuli! Hah!" kesal Melodi dengan suara meninggi.
Raditya keluar dari toilet dengan baju tidur dan tubuh yang bersih.
"Tadi ada rekan kerja yang mengundang teman-teman kantor makan malam," ucap Raditya lalu tubuhnya dia rebahkan.
Melodi tidak menyahutinya, tetap diam.
"Kamu sudah makan?" tanya Raditya.
"Aku makan atau tidak makan, apa peduli kamu!" sahut Melodi.
Raditya menatap sang istri. "Sayang, kamu marah?"
"Kamu masih tanya apakah aku marah!" geram Melodi.
"Sayang, please... aku minta maaf. Kamu lihat ini," Raditya menunjukkan layar ponselnya.
"Sayang, kamu kasih untuk beli tas itu?"
Raditya mengangguk dan tersenyum.
Melodi langsung memeluk Raditya.
"Terima kasih sayang!" seru Melodi mencium bib*r sang suami bertubi-tubi.
Raditya menarik tengkuk sang istri dan membalas ciuman itu secara dalam. Gaira*nya bangkit karena beberapa hari sang junior tidak mendapatkan jatah.
Semakin lama semakin memanas hingga terdengar suara-suara indah yang menggema di setiap sudut ruang kamar.
...****************...
"Kamu butuh teman untuk lembur?" tawar Damar.
Nur tersenyum, "kagak usah Pak, Nur bisa sendiri kok," tolak Nur.
"Bukankah Raditya juga lembur? Kamu bisa hanya berdua saja?" bisik Damar tepat di telinga Nur.
Nur membelalakkan matanya. Apa yang dikatakan Damar ada benarnya. Dirinya tidak takut kerja sendiri tapi bagaimana tanggapan orang lain?
"Bapak ikut saja untuk lembur," pinta Nur berbanding ucapan sebelumnya.
Damar tersenyum.
"Kita ke ruang rapat saja, di sana lebih mudah untuk kita berdiskusi," ajak Damar dan diangguki Nur.
Lama Nur duduk sambil mengerjakan pekerjaan yang tadi siang belum selesai dia kerjakan.
Terdengar ada lelaki yang menyapa Nur dan Damar. Suara yang tidak asing, sosok yang sedari tadi ditunggu kehadirannya oleh Nur.
"Lama Nur?" tanya Raditya dengan sopan.
"Kagak juga sih, nih sambil nyiapin hal nyang akan kite bahas," jawab Nur.
Raditya duduk di samping Nur.
"Istri Bapak Raditya belum juga sembuh? tanya Damar.
Raditya tersenyum, "dia perlu istirahat satu hari lagi," jawabnya.
Damar hanya mengangguk.
Nur dan Raditya mulai membahas rencana proyek dengan serius bahkan keduanya terlihat bak best partner dan sedikit pun tak nampak kalau mereka pernah bersiteru dalam rumah tangga.
'Itu mengapa kalian aku pasangkan dalam proyek kali ini. Kalian menjalankan tugas kalian dengan profesional,' monolog batin Damar.
"Aku ke toilet dulu," pamit Damar.
"Silahkan Pak," sahut Nur.
Sedangkan Raditya tetap fokus pada kerjaannya. Mereka yang duduk berdekatan sesekali terlihat saling melihat laptop lawan bicara karena memang harus dikroscek pada rencana proyek tersebut. Hingga secara otomatis tubuh pun saling berdekatan.
"Oh! Jadi ini kelakuan kalian di belakangku?!" Suara seorang wanita yang tiba-tiba masuk menerobos ruang ruangan.
Nur tersentak kaget. Saking kagetnya jantungnya berdetak tidak normal. Posisi tubuhnya yang kebetulan tadi saling berdekatan satu sama lain membuat keduanya menjadi semakin gugup walaupun tadi terjadi karena urusan kerja.
"Melodi, semua tidak seperti yang kamu lihat. Kami tidak hanya berdua di ruang ini, ada juga pak Damar," terang Raditya bangkit mendekat ke arah sang istri.
"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalian saling berdekatan! Kamu mau mengelak semacam apa hah!" suara Melodi meninggi.
"Sayang, kita sebaiknya pulang, aku tidak enak kalau kamu sampai berteriak-teriak seperti ini di kantor," ajak Raditya merangkul bahu Melodi. Namun dengan cekatan melodi menepis rangkulan itu.
"Ada yang harus kuselesaikan sebelum aku pergi," gumam Melodi. Tubuhnya mendekat ke arah Nur.
"Wanita murahan! Rupanya kamu mau bermain-main dengan api!" gertak Melodi.
"Lu emang pantes disebut api, karena sifat lu nyang selalu meledak-ledak dan selalu kepanasan!" sahut Nur membalas tatapan sengit Melodi.
Melodi mendengus kesal.
"Tunggu perhitungan dariku! Aku akan beri kamu pelajaran sampai kamu tidak bisa melupakan hal itu seumur hidupmu!" ancam Melodi.
Nur hanya bisa mendengus dan tersenyum ramah.
Raditya menarik tubuh Melodi untuk keluar ruangan.
"Saya pulang terlebih dahulu Pak," pamit Raditya ketika berpapasan dia ambang pintu. Damar mengangguk, sedangkan Melodi berjalan lurus tanpa merasa bersalah karena cuti sakit nyatanya dia berkeliaran sampai ke kantor.
Damar yang baru di ambang pintu tidak sengaja mendengar ancaman dari Melodi ke Nur. Kakinya melangkah masuk, pantatnya duduk tepat di depan Nur.
"Dia wanita licik dan bisa melakukan berbagai cara agar apa yang diinginkannya tercapai," ucap Damar.
Nur terdiam tidak menyahuti. Rasanya sangat malas saja harus membahas soal wanita itu.
Tangannya bergerak di atas keyboard dan pandangannya ke layar laptop.
"Hubungi aku kalau dia sampai melakukan hal nekat, misal sebuah kriminal," lanjut Damar.
Nur menatap ke arah Damar hingga kedua mata mereka saling bersitatap.
malam sekali nur nyapa 🤗🥰😍 like komen hadiah vote komen komen ye... kira2 hal ape nyang akan dilakukan si ulet keket ntuh ye ame si Nur?🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
keki ma melodi, cembuuruuuu mlulu bawaanya🤣
2022-03-26
0
Lee
Mampir lgi kak othor..
2022-03-26
0
Jianti Purba
next
2022-03-25
0