"Nur, jangan diem begitu, gue jadi bingung mau ngomong ape," ucap Tasya menghibur Nur di sudut belakang gedung kantor perusahaan, tangannya mengelus dada Nur agar tegar.
Nur masih diam menundukkan pandangannya menatap undangan pernikahan sang mantan suami yang dia pegang.
Hah... huh...hah... .
Tangis Nur pecah. Memekik gendang suara Tasya, "jangan kenceng-kenceng Nur! Malu kalau dilihat orang!" ujar Tasya.
Nur tidak pedulikan ucapan Tasya yang terpenting dia bisa menumpahkan segala kesedihannya dan hatinya plong setelah air mata itu keluar.
"Nape tiba-tiba kebelet sih!" gerutu Tasya langsung lari menuju toilet.
Nur masih tersedu-sedu hingga cairan bening keluar dari hidungnya.
"Lu tahu kan Sya, kalau gue lagi sedih ye gini lebih baek nangis," ucap Nur masih dengan air mata yang berderai. Tangannya menarik ujung pakaian orang di sampingnya, air mata maupun cairan bening dia lap menggunakan ujung pakaian tersebut.
Sesekali Anisa menyedot hidungnya dan kembali mengelap sisa-sisa cairan itu masih dengan ujung pakaian yang sama.
"Nur bukan menangisi ntuh laki! Nur cuma kagak nyangka bakal dikhianati setelah Nur berkorban banyak untuknye! Bener-bener kagak akhlak! Sekarang die telantarkan Nur ame anak Nur! Boro-boro tanya kabar anaknye, die malah seneng-seneng maen haem haem terus ame ntuh wanita laknatnye!"
Hah ... huh.... hah...
Nur kembali bersenandung setelah curhat panjang.
"Nur...Nur...," panggil Tasya menepuk pundak sahabatnya.
Nur menoleh ke sumber suara.
"Lu kok di situ? nyang ini si_"
Nur langsung berdiri menundukkan kepalanya meminta maaf pada seseorang yang dikira Tasya.
"Pegawai baru jam kerja malah curhat dengan teman?!" geram lelaki yang diketahui sebagai atasannya.
"Maaf Pak," ulang Nur.
"Cuci! Aku tidak mau tahu, sore ini sudah aku pakai dalam keadaan bersih!" titah Damar, jasnya dia lepas dan lempar ke arah Nur. Kakinya kemudian beranjak pergi.
"Kamu!" tunjuk Damar ke Tasya, "ini juga peringatan buat kamu untuk disiplin!"
"Ya Pak," jawab Tasya karena merasa ditatap tajam oleh atasannya dia segera lari masuk ke gedung kantor.
Nur juga ikut mengekor Tasya. Namun tangan kokoh Damar tiba-tiba sudah menarik kerah bajunya hingga Nur terjagal.
"Pak, aye kagak bisa napas!" ucap Nur memohon.
"Dengar apa yang aku minta kan?"
Nur mengangguk cepat.
"Bagus! Sekarang kerjakan!"
"Di sini Pak?"
Damar mengangguk.
"Cuci dengan tanganmu!" ucap Damar.
"Tidak ada bau ataupun noda di jas itu!" tekan Damar lalu pergi meninggalkan Nur sendiri.
Nur memanyunkan bibirnya. "Enak aje kalau ngomong! Mana bisa nyuci di sini!" gerutu Nur melangkah pergi dengan jas yang masih ada dalam genggamannya.
Sore telah menyapa, para pegawai sudah berkemas-kemas pulang. Satu persatu mulai keluar ruangan.
Tasya sudah pamit untuk pulang lebih dahulu karena ada urusan dengan orang tuanya. Sedangkan Nur, dia memang sengaja menunggu teman-teman satu timnya pulang.
Nur merobek plastik yang membungkus jas milik atasannya. Dia tidak mungkin menyerahkan jas itu dengan bungkus plastik nanti ketahuan kalau dia tidak mencuci baju itu dengan tangannya melainkan dibawa ke laundry.
Kakinya kini bergerak mengayun hingga ke ruang milik atasannya.
Tok
tok
tok.
Nur masuk ketika pintu sudah dibukakan. Dia membungkuk salam hormat pada Sakti dan Sakti membalas dengan senyuman.
"Sudah ditunggu dari tadi Nur," ledek Sakti diikuti sebuah senyum jahil.
"Ini Pak," ujar Nur menyodorkan jas.
Damar menerima jas itu dan langsung melihat bagian ujung pakaiannya. 'Bersih,' batinnya kemudian hidungnya mencium lama jasnya. 'Wangi,' batinnya kembali berucap.
Damar kemudian menatap tajam ke arah Nur. Dilihat wanita di depannya sedang meremat jarinya.
Damar menyeringai, "berapa biaya laundry-nya?" tanya Damar.
"Tidak usah repot-repot untuk menggantinya Pak, Nur iklhas kok, lagian itu memang kesalahan Nur," jawab Nur kemudian menutup mulutnya merasa keceplosan bicara.
'Bodoh lu Nur! secara kagak langsung lu mengakui kalau jas ntuh lu taruh di laundry!' sungut batin Nur.
Damar menyeringai kembali, "Siapa juga yang akan menggantinya," sahut Damar lalu melempar jas itu hingga menutup wajah Nur, "cuci kembali dengan tanganmu!" lanjutnya.
Nur menarik jas itu dari wajahnya, "Nyang penting Nur pan udeh tanggung jawab buat bersihin nih jas Pak," protes Nur dengan lirih.
Sakti tersenyum, sengaja tidak menyela ponakannya berinteraksi dengan wanita di depannya. Membiarkan Damar yang selama ini dikenal dengan lelaki es bicara tanpa henti dengan seorang wanita. Menurut Sakti itu hal yang sangat menarik.
"Aku tidak mau tahu! Harus sesuai permintaanku!" ucap Damar lalu melangkah pergi dengan menjinjing tas.
"Issst! Dasar pria aneh!" umpat Nur.
...****************...
Hari ini pun tiba. Dimana Nur menyaksikan pesta pernikahan Raditya sang mantan suami dengan Melodi.
Nur terlihat beda dengan gaun pesta sederhana dan make up khusus yang sengaja Tasya pesan dari seorang beauty blogger.
Semua mata yang melihat nur seakan terhipnotis kecantikan Nur. Badannya yang gembrot terlihat tidak begitu kentara karena desain bajunya yang membuat Nur terlihat lebih ramping dari sesungguhnya. Juga riasan dibuat agar wajah Nur yang chubby terkesan tirus. Ditambah, selama satu minggu ini, Nur berhasil menurunkan berat badan hingga turun 2 kg. Setidaknya sebuah kemajuan dari pada angkanya makin geser ke kanan.
"Cantik sekali Nur," puji Resti menghampiri Nur dan Tasya.
Nur tersenyum membalasnya.
Nur menatap seksama sebuah pesta yang digelar di sebuah hotel bintang lima. Sungguh pesta yang terbilang mahal dan pasti membutuhkan biaya yang mahal.
'Dulu, Nur bela-belain ngumpulin receh demi receh biar kite punya tabungan bang. Belom lagi 5 bulan sebelum kite pisah rumah, abang bilang gaji abang kepotong karena perusahaan sedang krisis hingga jatah bulanan terpaksa ikut terpotong. Nur kudu muter otak biar tercukupi kebutuhan kite,' batin Nur matanya menerawang.
'Nur baru tahu kalau Nur ditipu mentah-mentah ame lu Bang! Ternyata ntuh duit larinye ke selingkuhan abang! Sekarang, sekarang Nur menyaksikan sendiri dengan pala mata Nur! Abang tidak memberi bulanan untuk Gajali dan Nopal tapi malah ngadain pesta semewah nih!' lanjut batin Nur bermonolog dan tak terasa pelupuk mata Nur penuh cairan bening.
Nur menarik tisu yang ada di sebuah meja kemudian menempelkan tisu itu di matanya secara pelan agar makeup nya tidak luntur.
'Nur kagak boleh nangis! Sesakit apapun rasanya. Bukan karena tidak merelakan kamu Bang! Justru Nur sangat rela. Namun sakit Nur karena perlakuan abang yang seakan tidak ada apa-apa diantara kita! Padahal dulu kita sempat merajut cinta dan mendapatkan anugerah 2 anak yang sehat dan lucu tapi Abang seakan melupakan semua. Kalaupun semisal Abang kagak mampu menafkahi mereka, setidaknya abang menanyakan kabar mereka,' batin Nur masih bermonolog dan dadanya serasa ditusuk belat* tajam, sakit dan sangat sakit.
Tasya mengelus punggung Nur, dia tahu apa yang membuat mata sahabatnyanya mengeluarkan cairan bening. Bagaimanapun Raditya pernah mengisi dalam hidup Nur.
Nur tersenyum menatap Tasya mengisyaratkan kalau dirinya baik-baik saja.
'Ini saatnya bang! Akan Nur buktiin! Nur mampu tanpa abang! Bahkan mampu tanpa duit abang!' lanjut batin Nur. Terlihat Nur menarik napas dalam dan mengeluarkan perlahan.
siang-siang Nur nyapa nih. kasih like komen hadiah vote ye🙏 terima kasih udeh dukung Nur eh maksudnya nupel nih🤭🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
*~er~*
ngakak aq Nur Nur 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-08-24
0
Kasmawati S. Smaroni
makan tuh gembrot,bosan dah liat si nur nangis mulu kagak ada perubahan
2022-07-24
0
Anonim😉
kan aye kata Nur jgn nangis lgi.. aye jdi pgn nangis juga.
2022-03-19
2