Pelakor?

Raditya menatap tajam ke arah istrinya.

"Kamu tahu! Aku ditegur pak Damar karena kasusmu itu?!" ucap Raditya dengan menahan emosi.

Walau bagaimanapun Raditya tidak berani menunjukkan amarahnya pada istri yang sudah terlanjur dia puja dari ujung kaki hingga ujung kepala, apalagi kalau istrinya sampai mengadu pada orang tuanya, urusannya bisa semakin runyam.

"Kamu berani menyalahkan aku gara-gara wanita itu Dit? Hah! Kamu berani!" sentak Melodi.

Raditya terdiam menahan amarah yang sebenarnya sudah memuncak.

"Pak Damar meminta agar kamu meminta maaf ke Nur, selesaikan secara damai atau nanti pak Damar yang akan ambil sikap kalau kamu tidak melakukan itu," sambung Raditya.

"Oh! Aku tahu! Kamu menyesal telah menceraikannya?! Aku tanpa kamu juga masih banyak yang mau denganku!" sambung Melodi tanpa menjawab ucapan Raditya sebelumnya.

"Sayang, bukan maksudku seperti itu," rayu Raditya, nyatanya dia benar-benar takut kalau istrinya bertindak lebih. Tubuhnya mendekap Melodi dari belakang.

"Lepaskan aku!" geram Melodi.

"Aku takkan lepaskan," ucap Raditya

Melodi menundukkan kepalanya kemudian menggigit tangan Raditya yang melingkar di perut.

"Auw! Melodi kamu apa-apaan!" bentak Raditya, matanya melihat pergelangan tangan yang berdarah dan terdapat bekas gigitan.

"Aku tidak suka dipaksa! Apalagi kalau aku disuruh minta maaf ke wanita itu! Cuih! Tidak sudi aku!" ujar Melodi matanya menatap tajam ke arah Raditya.

"Kamu mau kemana Mel?" cekat Raditya melihat Melodi melangkah keluar membawa tas.

"Yang jelas pergi happy-happy dari pada suntuk melihat wajahmu!" jawab Melodi melangkahkan kakinya kembali dan keluar dari ruangan.

Raditya menggebrak meja kerjanya karena begitu kesal.

"Sial! Melodi susah sekali diatur!" geram Raditya meremas rambutnya.

Raditya keluar dari ruang kerja melangkah menuju ruang kesehatan yang disediakan kantor.

"Bang," sapa Nur melihat Raditya nyeringis sambil memegang pergelangan tangannya.

Raditya hanya membalas dengan senyum.

"Sedang sakit Bang?" tanya Nur.

"Oh, itu, tadi_" Raditya bingung harus menjawab apa.

Nur melihat Raditya yang masih memegang tangannya. Tangan Nur menarik tangan Raditya. Terlihat ada luka di pergelangan tangan itu.

"Tangan Abang kenapa?" penasaran Nur. Walaupun tentang Raditya sudah bukan menjadi urusannya lagi tapi setidaknya sebagai sesama manusia dengan rasa solidaritas dia menanyakan itu.

"Eh... tadi kegecet pintu toilet," jawab Raditya.

Nur menatap intens ke pergelangan itu. Dia merasa bukan karena tergencet tapi seperti bekas gigitan.

'Terserahlah ntuh bekas ape, bukan urusan Nur, sebaiknye Nur lanjutin pekerjaan,' batin Nur.

"Semoga cepet sembuh Bang, bentar lagi Bu dokternya pasti ke mari, die tadi bilang ame Nur pergi ke warung depan sebentar," ujar Nur.

Raditya mengangguk.

"Nur pergi ye," pamit Nur.

"Ya," jawab singkat Raditya.

"Sudah minta obat sakit kepala Nur?" tanya Resti.

"Udeh," jawab singkat Nur.

...****************...

Wanita murahan! Beraninya menggoda suami orang!

Nur melepas selembar kertas yang di tempel di dinding kerjanya.

Sebelum tangannya meremas kertas itu dia ambil ponsel di tas kemudian mengambil satu jepretan.

'Kagak gentle banget sih! Pakai nulis kayak ginian!' batin Nur.

Nur mendudukkan pantat di kursi kerjanya. Setelah itu berkutat dengan kerjaan yang menumpuk.

Tanpa Nur sadari, setelah melirik jam di ponsel, waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB.

Desi masuk ke ruang departemen marketing dengan wajah yang sumringah.

"Aku bawa kabar gembira," ucap Desi.

"Apa Mbak?" tanya Resti penasaran.

"Hari ini kita makan siang gratis di salah satu resto yang pembangunannya ditangani perusahaan kita. Sebagai ucapan terima dari pak bos pada pemilik resto itu, kita di ajak makan siang di sana. Gratis, pak bos yang bayari," terang Desi.

"Ye lah pak bos pan udeh banyak untung, masa cuma ngasih traktiran kite, kagak mampu," celetuk Nur tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop dan tanpa Nur sadari pula teman-temannya menatap Nur dengan tatapan mengarah tanya 'kamu berani berkata seperti itu!'.

Nur nyeringis, "nape kalian natap Nur kayak gitu?" tanya Nur tanpa rasa dosa.

"Pak bos denger kamu bisa dipecat Nur!" celetuk Bianca.

"Biarin!" jawab Nur.

"Ehem!"

Semua mata mengarah pada seseorang yang berdehem.

"Bos," sapa Desi kemudian kembali ke meja kerjanya.

Nur nyeringis tiba-tiba ada rasa takut kalau tadi Damar mendengarnya bicara.

"Departemen marketing tidak ada yang ikut?" Damar memastikan.

"Ikut Pak," jawab mereka kompak terkecuali hanya Nur yang diam.

Damar menatap ke arah Nur dan mata Nur tepat memandang netra yang menatap tajam ke arahnya sambil memicingkan dua alisnya.

"Ye Pak, Nur ikut," lirih Nur.

"Bagus!" sahut Damar.

"Desi, tolong sisakan di kantor dua orang,"

"Baik Pak," jawab Desi.

Damar keluar ruangan.

"Aku saja Mbak yang di kantor. Lagi deres-deresya nih tamu bulanan datang," pinta Rizki

"Aku nemenin Rizki Mbak," sahut Widi.

"Ok, yang lain cepetan ke mobil," ujar Desi.

Sembilan orang sudah masuk mobil. Kecuali Desi sang pengemudi yang masih ke toilet. Satu orang di samping kemudi dan sisanya numpuk di belakang. Artinya, kursi penumpang yang seharusnya diisi 3 - 3 kini diisi 3 - 4.

Nur terdiam, nyempil di antara 3 temannya.

"Kenapa mobil terasa sesak," jerit Bianca tangannya dia kibas-kibaskan ke leher.

Semua menatap kearah Nur.

"Kenapa kalian menatapku seperti itu? Aku juga duduknya tidak menyandar di kursi," gumam Nur merasa terpojok.

"Nur, tolong angkat pantatnya sebentar, Paha aku kegencet kamu nih," ujar Resti.

Nur menurut mengangkat pantatnya tapi setelah pantatnya diturunkan giliran Bianca yang menjerit karena pahanya yang kegencet.

"Auw! Nur! Paha aku yang giliran kegencet.

"Astaghfirullah haladhim. Aye kudu duduk dimane?" kesal Nur lalu meminta Fani yang duduk di samping pintu agar turun.

Fani, Resti dan Nur turun dari mobil.

"Kenapa turun?"

"Over penumpang!" celetuk Resti.

Desi melihat ke jok belakang, "Resti kan bisa duduk di belakang yang penumpangnya kecil semua, jok depan biar diisi 3 orang," ujar Desi.

"Tuh, aye bilang ape!" sahut Nur.

"Mereka tidak mau, kalau sesak bisa muntah," jawab Resti.

Bip.

Jendela mobil terbuka, "kenapa Des?"

"Kelebihan penumpang," jawab Desi.

"Biar Nur ikut ke mobil ini," titah Sakti.

"Tidak apa-apa Pak?"

"Pak Bos malah senang," sahut Sakti turun dan membuka pintu mobil di bagian penumpang agar Nur masuk.

"Ayo Nur," ucap Sakti.

"Aye..., naik motor aje Pak," jawab Nur.

"Ini titah tidak boleh dibantah!" Sakti mendorong tubuh Nur agar naik ke mobil milik Damar.

Mau tidak mau Nur akhirnya duduk di samping Damar. Mereka saling diam.

Nur melirik ke arah Damar ingin membuka suara tapi keluh.

"Pak, Nur...Nur ucapin terima kasih karena kemarin Bapak udeh nolong Nur," ucap Nur terbata.

Damar hanya diam.

"Kalau Bapak kagak ngalangin ntuh si wanita kupret numpahin bubur ayam ke muka aye, bakal tambah blepotan muka Nur," ucap Nur diikuti tawa.

Nur membungkam mulutnya, "maap Nur kelepasan," ucap Nur melihat Damar melototkan matanya.

"E...soal ganti rugi ntuh, aye masih cicil ye Pak," lirih Nur.

"Tambah Jas dan kemeja yang kemarin terkena bubur," seloroh Damar.

Nur mengerucutkan bibirnya.

"Ye," gerutu Nur.

...****************...

Hebat! kemarin kamu kasih suamiku bubur, terus berduaan di ruang kesehatan, dan hari ini kamu beri dia kue busuk ini!" geram Melodi menumpahkan brownies di depan Nur.

"Brownies ntuh dari Mbak Desi, die nyuruh aye kasih ke pak Raditya.

Melodi mendengus, "kamu pikir aku percaya!" teriak Melodi.

"Terserah lu, percaya ye syukur, kalau kagak percaya ye udeh," sahut Nur akan melenggang ke ruang kerja.

"Tunggu," cekat Melodi menarik tangan Nur dan memilintirnya.

"Lepas!" balas teriak Nur membalik plintiran Melodi hingga posisinya terbalik kini Melodi yang mengera*g kesakitan.

"Makanye kagak usah macem-macem ame aye!" gertak Nur.

"Dasar! Wanita murahan! Wanita perebut lelaki orang!" geram Melodi.

"Wanita perebut lelaki orang?! Kagak ngaca lu Mbak?! Lu nyang rebut Bang Raditya dari aye!" jawab Nur tidak kalah geram.

"Apa kamu bilang? Raditya yang mendekati aku, berbeda dengan kamu yang mencoba merebut Raditya dariku!"

Nur mendengus kesal.

"Mbak Melodi nyang terhormat, kagak ade bedanye perebut laki orang ame mau dirayu laki orang nyang udeh beristri!" skakmat Nur.

Sore, Nur nyapa nih,😁kasih vote hadiah rate like komen komen komen komen loh.

Terpopuler

Comments

Dini Junghuni

Dini Junghuni

maju terus nur!
jangan mau ditindas
biarkan mereka merasakan oembalasa dr Yang Maha Kuasa

2022-04-17

0

Radit Rapit

Radit Rapit

lanjut kk kocak si nur heeee

2022-03-22

0

💮Aroe🌸

💮Aroe🌸

bener nuuuur, hajar saja nuuur😆😆😆😆

2022-03-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!