"Paman, aku minta data pegawai yang kemarin diterima di perusahaan," pinta Damar tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
Sakti memberikan beberapa map CV pelamar.
Damar membuka satu persatu pegawai yang hari ini masuk untuk pertama kalinya.
Deg.
Seketika mata Damar berhenti memandang foto wanita terpampang dalam CV, 'Seperti tidak asing dengan wajahnya?' gumam batin Damar.
"Kenapa Dam?" tanya Sakti karena melihat perubahan mimik Damar.
"Beritahu mereka agar ikut rapat siang ini," titah Damar tanpa menjawab pertanyaan pamannya.
"Semuanya?"
"Hmmm," dengung Damar isyarat mengiyakan retoris Sakti.
Siang itu, di ruang rapat.
"Nur masih menundukkan pandangannya, bahkan selalu mencoba mengalihkan pandangan dari lelaki yang sedang berdiri sebagai pimpinan rapat.
Ada pembahasan proposal pengajuan untuk tender yang akan diikuti oleh Indo Multi Grup. Tujuh karyawan baru dilibatkan dalam rapat walaupun beda naungan manajemen. Hal ini sebagai pengenalan dunia kerja untuk mereka yang masih baru satu hari masuk kerja.
Nur salah satu karyawan yang ikut dalam rapat yang dihadiri sekitar 20 orang. Meja rapat berbentuk persegi yang memanjang. Karyawan-karyawan baru nampak menyisihkan tempat paling ujung.
Lelaki tampan dengan sejuta pesona yang dia miliki menjelaskan beberapa poin penting dalam tender yang akan diikuti perusahaan.
"Banyak petender dari perusahaan ternama dan lebih bagus dari segi finansial maupun kualitas pegawainya. Namun, tender ini salah satu peluang kita agar dilirik oleh banyak orang," ucap pemimpin rapat matanya kini menyapu seluruh ruangan.
Peserta rapat tampak diam mendengarkan dengan seksama, berbeda dengan Sakti yang terlihat melirik kiri kanan pada merekayang terlihat cantik mempesona. Namun mata Sakti juga jatuh memandang arah ke Nur yang duduk paling ujung.
"Konsep yang diinginkan oleh klien. Taman kota yang asri, hijau, alami, dan ramah lingkungan. Gambarannya, taman kota memang sudah hijau karena banyak pepohonan, hanya ada beberapa fasilitas yang kurang memadai dan rusak karena alam maupun ulah tangan manusia. Taman ini akan direnovasi secara besar-besaran. Tugas kita membuat proposal perencanaan untuk renovasi tersebut. Jadi, saya persilahkan kalian memberikan masukan," terang Damar.
Satu persatu memberikan masukan dan gambaran yang terbesit dalam otak mereka hanya pegawai baru yang sepertinya menjadi hiasan dalam rapat tersebut. Tidak ada kalimat yang terlontar dari mereka. Selain karena ada yang tidak sesuai dengan manajemen yang mereka lamar, contoh seperti Nur, di bidang pemasaran juga karena bingung harus bersuara apa.
Nur mendengarkan dengan seksama satu persatu mereka yang buka suara. Dia juga mendengar sang mantan suami yang dengan lantang dan tampil memukau menyuarakan pendapat.
"Apa dari pegawai baru tidak ada yang memberikan masukan?" tanya Sakti selaku moderator rapat.
"Kalau tidak ada yang ingin bersuara, saya akan meminta salah satu dari mereka membuka suara sekaligus memperkenalkan diri di sini," ucap Sakti kemudian diam menjeda kalimatnya seakan disengaja agar semua pegawai baru merasa deg-degan.
"Kamu!" tunjuk Sakti dan semua mata mengarah pada wanita yang duduk paling ujung, seorang wanita yang sedari awal rapat hanya menundukkan pandangannya.
Deg.
'Nape Nur merasa semua mata menatap Nur? Ape mungkin Nur yang ditunjuk oleh om ganteng itu?' monolog batin Nur.
Teman samping Nur duduk menyiku siku Nur dan berbisik, "kamu di suruh berdiri dan memberikan pendapat."
Nur merasa seketika aliran darah jantungnya terhenti. Namun, dengan cepat pula Nur mengkondisikan diri agar rileks. Menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan.
Berbeda dengan Damar yang jantungnya bergemuruh karena ritme mengalun tidak teratur. Damar mengarahkan pandangan ke Sakti, seakan mengisyaratkan meminta sebuah penjelasan dari Sakti mengenai diterimanya wanita pembawa sial itu di perusahaannya.
Sakti hanya membalas dengan sebuah senyuman dari tatapan membunuh keponakannya.
"Per... perkenalkan, aye... maksudnya saya Nur. Pegawai baru bagian marketing." Nur berhenti sejenak menarik napas dalam.
"Maaf, terus terang saya nervous. Ini pengalaman pertama kali." Nur menelan salivanya.
"Kalau menurut penjelasan dari Bapak Damar, saya hanya bisa sedikit memberi masukan. Konsep alam dan ramah lingkungan itu, sulit-sulit mudah. Akan terasa sulit karena pasti membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang relatif lebih mahal dibanding dengan yang standar." Nur menghela napasnya kembali.
"Kita ambil contoh, untuk konsep tracking joging kita buat dari paving yang kesannya lebih alami dan ramah lingkungan karena disela-sela paving dapat menyerap air. Jadi, dianggap lebih ramah lingkungan dibanding bangunan beton yang lainnya," terang Nur.
Seseorang mengangkat tangan menyela bicara Nur, "Kita tahu, itu memang kelebihan dari paving dibandingkan bangunan beton lain tapi kekurangan paving malah terkesan lebih banyak. Dari ketahanan, harga, dan kualitas, jauh dari kata layak untuk kita pakai," ucapnya dan diangguki peserta rapat lainnya.
Dia nampak tersenyum bangga dengan sorot mata menabuh genderang perang ke arah Nur.
"Bagaimana tanggapan anda Nona atas masukkan Bapak Raditya?" tanya Sakti melempar tanya pada Nur.
"Saya sudah sampaikan dari awal, kalau kita memakai konsep alam dan ramah lingkungan pasti akan memakan waktu pengerjaan yang lebih lama dan tentunya biaya yang lebih dibandingkan konsep yang standar. Sejauh yang saya perhatikan, paving bisa bertahan hingga puluhan tahun, asal bahan dan pemasangan sesuai. Satu hal lagi, karena ini untuk tracking joging otomatis akan dijamin tahan lebih lama karena beban paving hanya kisaran kilogram tidak sampai ton," terang Nur menjeda kalimatnya menunggu reaksi peserta rapat dan sepertinya semua peserta masih mengharapkan penjelasan lebih dari Nur.
"Setahu saya, perusahaan pusat juga memproduksi sendiri paving tapi sudah lama tidak produktif karena banyak hal. Bisa diproduktifkan kembali produksinya agar biaya lebih murah dan tentunya dapat mengembangkan pemasarannya. Hanya yang perlu diingat, pemilihan bahan paving khususnya pengadukkannya harus tepat. Porsi semen, pasir, air, jangan sampai salah takar," lanjut Nur.
Sakti memberi applause diikuti peserta rapat yang lain.
Nur membungkukkan tubuhnya sebagai bentuk terima kasih. Dia duduk kembali di kursi. Matanya menatap ke depan dan secara kebetulan mata pimpinan rapat mengarah padanya. Dua netra itu saling bertemu. Nur langsung menundukkan pandangannya dan Wajah tanpa ekspresi dari laki-laki yang disebut Damar, mencibirkan bibirnya.
'Nur kagak tahu, bisa bicara selantang dan selancar itu dan tatapan dari Damar, mengapa seperti orang mau nagih hutang ke aku?' monolog batin Nur.
Rapat selesai dan diputuskan usulan Nur masuk ke proposal tender.
Damar masuk ke ruangannya, Sakti mengekor di belakang.
Damar membuka kancing jasnya kemudian duduk di kursi kerja, menatap tajam pamannya. Sakti hanya tersenyum menang melihat ada kekesalan di wajah Damar.
"Aku curiga paman yang merencanakan semua ini!" ujar Damar.
"Tidak ada yang perlu kamu curigai, semua murni karena kemampuan dia. Kamu lihat sendiri bagaimana cerdasnya dia memberi masukkan untuk proposal proyek," jawab Sakti.
Damar mendengus kesal. Dia mengambil map CV pelamar mencari CV yang terpampang foto yang sudah dipastikan wanita itu.
Mata Damar menatap lekat ke CV itu.
"Dia sebenarnya cantik, lihat fotonya yang dulu, sangat cantik bukan? Hanya sekarang tubuhnya melar mungkin karena sudah punya anak," terang Sakti.
"Tenang saja, dia memang sudah punya anak tapi dia seorang single parent jadi masih ada kesempatan," ledek Sakti diikuti tawa renyah melihat Damar membulatkan mata begitu dirinya mengatakan Nur sudah memiliki anak.
"Tidak ada yang lucu Paman!" gumam Damar menutup map yang dipegangnya.
"Loh, kamu ditawari wanita cantik, sexy, mempesona, cerdas, punya tahta, jabatan, dari keluarga terpandang, keluarga terhormat. Ada yang seorang model, mahasiswi, pekerja kantoran, anak pejabat, selebgram, semua kamu tolak. Barangkali yang single parent ini mampu meluluhkan hati kamu," lanjut Sakti masih dengan tawa terkekeh.
"Sangat tidak mungkin!" sahut Damar.
Sakti kembali tertawa kekeh, baru pertama kali Damar menyahuti omongannya dengan sengit saat membahas soal wanita biasanya Damar diam membisu.
"Kita lihat saja nanti," ujar Sakti melangkah keluar.
"Paman mau kemana?!" teriak Damar karena dia sudah di ambang pintu.
"Menemui wanita itu," ledek Sakti.
Damar mendengus kesal, melempar polpennya yang terkena pintu karena sasarannya telah hilang di balik pintu.
...****************...
Tasya menunjukkan obrolan di GC kantor.
"Hebat lu Nur, belum lama kerja di perusahaan udeh jadi trending topik di GC!" seru Tasya memeluk Nur.
"Selamat, proposal proyek nyang ada masukkan dari lu katerima klien," lanjut Tasya setelah melepas pelukannya.
"Bener Sya?!"
Tasya mengangguk.
Nur tersenyum girang.
'Tunggu kelanjutannye Bang Raditya! Nur akan buktikan hal nyang lebih!' monolog batin Nur.
Sore menyapa 🤗 makin seru kagak? nyok kasih semangat buat Nur biar melanjutkan rencananye, like komen hadiah vote, jangan lupa ye🙏🥰😍😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Vania
wkwkwkwk utang hp ya nur
2023-07-09
0
Sesilia Juwita
klw bahasa kantor mgkin pormal ya gk pke logat Betawi kesan nya kasar Thor
2022-12-21
0
*~er~*
Sakti paman lucknut 😂😂
2022-08-24
0