Nur memperhatikan dengan seksama, setiap detail penjelasan dari Margaret. Cukup 10 hari belajar dari YouT*be channel dan beberapa kali pertemuan Nur sudah menguasai apa yang disampaikan oleh Margaret.
"Selesai!" seru Nur ketika sudah menyelesaikan misi yang diberikan Margaret.
"Nur, riasannya bagus sekali, bahkan lebih bagus dari aku. Nanti bisa-bisa penggemarku lari ke kamu," puji Margaret namun dibuat gaya seperti menangis karena memang yang terlihat Nur mengaplikasikan alat kosmetik dengan cepat dan hasil yang bagus.
Nur terkekeh melihat Margaret bergaya seakan menangis, "rejeki kagak bakal ketuker Kak, lu santai aja," sahut Nur.
"Eh, ngomong-ngomong, si Tasya ada perlu apa dia tidak bisa temeni kamu?"
Nur mengangkat dua bahunya sebagai isyarat dia tidak tahu.
"Apa dia kencan? Ini kan weekend?"
"Setahu Nur... die belom ade demenan," jawab Nur.
"Kalau kamu? Sudah ada ganti?"
"Ye... boro-boro mikir ganti, Nur mah fokus dulu_"
"Fokus buat bales perbuatan mantan!?" cekat Margaret.
Nur tertawa renyah tapi kemudian menampakkan wajah serius, "Kagak tahu Kak, rasanye di sini masih sakit," ujar Nur menunjuk dadanya.
"Aku sebenarnya tidak begitu percaya, orang semacam Raditya kok ternyata seperti itu," keluh Margaret.
Margaret adalah teman satu tingkat sewaktu Raditya kuliah. Dia sedikit paham bagaimana karakter Raditya. Walaupun tidak terlalu akrab tapi Margaret dan Raditya pernah dalam satu naungan organisasi mahasiswa.
"Nur aje kadang masih kagak percaya Kak tapi ye udehlah. Nyang Nur kagak habis pikir, nape die lupain Gajali ame Nopal," ujar Nur dan pelupuk matanya sudah tergenangi cairan bening.
Margaret menepuk pelan bahu Nur agar Nur tabah, "dia bakal nyesel Nur," ucapnya.
Nur mengangguk, "Terima kasih Kak," sahut Nur sambil menyeka pelupuk mata.
"Maap Nur, itu orangnye kek gini. Dikit-dikit mewek," lanjut Nur sambil tertawa manyun.
"Menangis itu salah satu refleks anggota badan yang terkadang membuat kita lebih plong setelah kita keluarkan."
Nur mengangguk menyetujui pernyataan Margaret, "aye pamit ya Kak, mau temu anak-anak kasihan mereka kagak keurus aye."
"Hati-hati di jalan."
"Eh, mau ngapain?" celetuk Margaret.
"Ngapus make-up," jawab Nur.
"Kenapa dihapus?"
Nur nampak nyengir, "masa pulang dengan tampilan kayak nih Kak?"
"Biasakan di rumah juga pakai make-up. Lagian itu kan make-up harian. Kamu lihat kembali, make-up nya tidak tebal tapi sudah membuat kamu tampil beda." Margaret memutar bahu Nur dihadapkan kaca.
Nur tersenyum.
"Ok, aye kagak hapus nih make up, sekali lagi terima kasih Kak, Nur permisi assalamualaikum,"
"Ya waalaikum salam," jawab Margaret sambil melangkah mengekor mengantar Nur hingga parkir depan.
...****************...
"Wuidih...lu cantik bener Nur!" seru Reza melihat tampilan adiknya yang berbeda dari hari biasanya.
Nur hanya membalas dengan senyum.
"Pasti nih ade sesuatu, mau berangkat kerja tampil berbeda macam nih," telisik Reza.
"Ade nyang didemenin ye?"
"Issst! Apaan sih Bang! Lagian mau ngapain pulang? Bukannya bantu mami papi malah pulang duluan!" sahut Nur.
"Issst, dipuji malah Abang kena semprot," sungut Reza.
"Eh, nih catetan buat Nur. Kalau ade nyang demen ame lu, kudu lewat seleksi dari Abang!"
"Abang ngaco, udeh ah Nur berangkat dulu," protes Nur.
"Jangan lupa, salam buat temen lu si Tasya."
"Udeh jelas Tasya nolak lu, masih aje lu kejar," ujar Nur.
"Die bukan nolak cuma belum kebuka saja hatinye," sangkal Reza.
"Ntuh mah sama aje Bang...," kesal Nur tapi ditanggapi senyum oleh Reza.
"Lu sepertinye berhasil diet Nur, Ntuh perut lu kagak terlalu meleber," jujur Reza mengoreksi tampilan Nur yang sedikit berkurang lemak tubuhnya.
Nur tersenyum senang, "aye pakai korset Bang tapi ade bener juga ape nyang Abang kate, bobot aye turun 3 kilogram," jawab Nur dengan bangga.
"Si Nopal udeh ame Empok Saodah?" tanya Reza.
"Ye lah kalau belom mana bisa Nur mandi ame dandan," sahut Nur.
"Ye udeh sono berangkat."
Nur mengangguk, "assalamualaikum Abang Nur yang baik hati," pamit Nur.
"Waalaikum salam adik Abang Nyang cantik jelite," balas Reza.
Nur melajukan motor hingga sampai di kantor perusahaan.
Nur disambut teman kantor dengan berbagai pujian. Terkecuali lelaki yang kini sedang duduk di ruang kerjanya.
Nur terlihat menundukkan pandangannya.
"Yang aku butuhkan kinerja pegawai dari segi kompetensi dan skill bukan dari tampilan fisik!" tukas Damar.
Nur dipanggil ke ruang kerja Damar dengan alasan terlambat ke kantor.
"Maap Pak," lirih Nur.
Sakti sedari awal hanya tersenyum dan memandang takjub ke arah Nur.
"Jangan ambil hati Nur. Damar cuma tidak ingin kamu dilirik lelaki lain. Apa lagi mantan kamu," sela Sakti sambil menahan senyum.
"Pak Damar tahu? Mantan suami Nur di sini?!" celetuk Nur dengan cepat.
"Aku tidak membahas mantan kamu atau siapa pun! Aku bahas disiplin kamu!" tukas Damar.
"Maap Pak," ucap Nur kembali menundukkan kepala.
"Ini peringatan terakhir, cepat kembali kerja!" titah Damar.
"Pak_" protes Nur menengadahkan kepalanya menatap Damar.
"Sudah keluar atau langsung mau aku berhentikan kerja saja?" cekat Damar.
"Ye Pak," gugup Nur lari dari ruangan dan hampir menabrak pintu ruang.
"Issst! Kenapa pintu kagak pindah sih, aye kan mau lewat!" gerutu Nur pintu yang berdiri sejak perusahaan dibangun menjadi sasaran kekesalannya.
Sakti tersenyum menatap kekonyolan Nur.
"Aku lihat, hanya dia yang diistimewakan, pakai dipanggil ke ruang segala karena terlambat berangkat," sindir Sakti.
Damar tidak mempedulikan ucapan pamannya, dia fokus kembali ke berkas yang ada di tangan.
"Hari ini dia terlihat cantik, kamu tidak suka dia tampil beda hari ini?" lanjut Sakti namun masih sama diacuhkan Damar.
"Hufft! Pura-pura cuek. Oya, aku ambil kembali CV dan berkas pelamar pegawai baru. Bagian administrasi sudah menanyakan. Aku lupa untuk mengembalikannya."
"Ambil saja," sahut Damar menunjuk ke tumpukan map.
"Kamu sudah cek satu persatu kan? Atau hanya cek punya Nur? Makanya kamu tahu dia mantan istri Raditya?"
"Sangat tidak penting!" elak Damar.
Sakti terkekeh.
Siang-siang keluar ruangan kembali tanpa jas dan langsung buka satu CV bukankah itu yang kamu lihat CV Nur?" ledek Sakti.
Damar mendengus, "paman punya mata 10?" sindir Damar karena pamannya serba tahu apa yang dilakukannya.
Sakti terkekeh kembali.
"Akhirnya, ponakan aku penasaran dengan seorang wanita. Predikat lelaki tidak normal yang sudah melekat lama pada kamu aku cabut!" celetuk Sakti diikuti tawanya kembali.
Damar terlihat pasrah dan kembali fokus dengan berkas yang harus ditandatangani.
Sementara, waktu semakin siang. Semua pekerja disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.
"Bu Desi_," panggil Raditya tapi kalimatnya terpotong karena matanya tengah terperangah menatap Nur Sanga mantan istri.
"Ada apa Pak?" tanya Desi.
"Pak?" ulang Desi karena Raditya masih tanpa kedip menatap Nur yang sibuk dengan laptop di depannya.
Nur sebenarnya sempat melirik ke arah Raditya yang tengah berjalan menuju ruang kerja departemen marketing tapi karena tidak ingin bersitatap dengan sang mantan, Nur mengalihkan pandangannya ke laptop dan menyibukkan jemarinya dia tas keyboard.
"Emmm, tolong_" Raditya seperti linglung dia menjeda kalimatnya.
"Sudah tidak apa-apa, nanti aku menghubungi kami kembali," lanjut Raditya. Matanya sempat menatap Nur sebelum kakinya melangkah pergi.
"Aneh sekali," gumam Desi.
"Bagi aku sih nggak ada yang aneh, mata cogan Raditya menatap ke arah Nur, kayaknya dia kesengsem dengan penampilan Nur," ucap Bianca dengan memanyunkan bibirnya.
"Apa dia tidak lihat, kalau penampilan si gadis di belakang Nur lebih cantik nan mempesona?" canda Bianca ditimapli sorak dari Desi dan Resti.
Nur tidak merespon ucapan Bianca.
"Kamu sibuk apa sih Nur, sampai tidak menyahuti keluh kesah ku!" ujar Bianca.
Nur hanya tersenyum, "Maap kalau pesonaku melebihi pesona seorang gadis," sahut Nur diikuti sebuah tawa dari Nur dan yang lainnya.
"Kejam kamu Nur," canda Bianca.
"Sudah ah lanjut kerja, mood pak bos kayaknya sedang PMS, so kita harus serius kerjanya!" seru Desi.
Nur tersenyum, ' Mbak Desi bilang PMS? Itukan premensrual syndrome, sebuah sindrom ketika wanita merasakan rasa sakit secara fisik maupun emosi menjelang menstruasi, pantes saja pagi-pagi sudah siraman rohani,' monolog batin Nur dan senyum itu masih menghias wajahnya yang semakin terlihat ayu mempesona.
"Jangan senyum-senyum gitu Nur, kayak ABG sedang jatuh cinta," sindir Resti.
Nur mengelak hanya dengan mengerucutkan bibir.
siang menyapa 🤗 Hayo Nur...ada yang mulai lirik2 kamu tuh🤭
jangan lupa like, hadiah vote komen komen komen komen komen...🙏😘😍🥰
lope lope buat kalian 😍🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
💮Aroe🌸
ayooo nuuur, banyak yg lirik kamu😆
2022-03-20
0
Acheuom Rahmawatie
lanjut
2022-03-20
1
Anggun Azahra
bikin nur tauambah cantik ya
2022-03-20
1