'Ini saatnya bang! Akan Nur buktiin! Nur mampu tanpa abang! Bahkan mampu tanpa duit abang!' lanjut batin Nur. Terlihat Nur menarik napas dalam dan mengeluarkan perlahan.
Nur dan Tasya bergabung dengan teman kantor yang lainnya. Dilihat dari tamu yang datang, mereka semua adalah petinggi perusahaan, pebisnis, kolega, bahkan hingga para pejabat. Terlihat jelas, orang tua dari Melodi memang bukan orang sembarangan.
Pandangan Nur kini pindah pada dua insan yang terlihat begitu bahagia. Mereka tampak menyapa tamu satu persatu dengan wajah yang sumringah. Si perempuan terlihat cantik mempesona dengan gaun yang sedikit terbuka memperlihatkan lekuk tubuhnya yang memang nyaris sempurna. Si lelaki nampak tidak lepas dari wanitanya, berjalan seirama ke kanan maupun ke kiri. Mereka pantas disebut sebagai raja dan ratu, terlihat sangat serasi. Namun, hati Nur berdenyut nyeri. Bukankah manusiawi kalau Nur membandingkan pernikahannya yang dahulu dengan pernikahannya sekarang. Bukan maksud iri tapi kenyataannya sulit diterima logika karena perbedaan sangat kontras.
"Hei! Jangan melamun Nur. Menatap mereka sampai diam seperti itu!" celetuk Resti dan dibalas dengan senyum oleh Nur.
"By the way, kamu sudah menikah belum Nur?" tanya Resti.
"Dia udeh ada buntut 2," sahut Tasya.
"Oh... jadi kamu sudah punya anak Nur?" penasaran Desi.
"Ye Bu, udeh ade 2," jawab Nur.
"Aku kira masih gadis," ujar Bianca.
"Ya karena kamu memang over weight Nur tapi wajah kamu masih terlihat muda, dibandingkan Bianca, wajah tua tapi usia masih muda," ledek Desi diikuti tawa oleh mereka yang di situ kecuali Bianca yang terlihat memanyunkan bibirnya.
"Apalagi malam ini, coba lihat penampilan Nur yang tampil beda, coba setiap hari dia tampil seperti ini pasti terlihat paling cantik di antara pegawai yang lain!" seru Resti.
"Ye jangan banyak muji ame Nur, entar Nur besar kepala," ucap Nur.
"Eh... pengantinnya datang ke sini," ucap Desi agar teman-temannya menyambut si pengantin.
Sebagai kepala marketing, Desi terbilang atasannya yang loyal. Dia tidak sungkan membaur dengan bawahannya, memberi masukkan, menasehati, bahkan turun langsung untuk membimbing pegawai baru. Maka tidak heran, bawahannya banyak yang suka dan hormat patuh segala titah yang disampaikan Desi.
"Hai," sapa Melodi, sebenarnya Melodi sengaja datang menyapa karena ada sesosok wanita yang menjadi incarannya. Dia akan sengaja mempertontonkan kemesraan maupun mempesonanya dirinya dan Raditya malam ini.
"Hai Mbak Melodi," sahut mereka terkecuali Nur dan Tasya tampak diam tidak menyahuti.
"Hai Nur," sapa Melodi tidak sungkan-sungkan.
"Hai," jawab Nur dengan sebuah senyum simpul.
Raditya masih terdiam. Dia seakan terbius oleh perubahan tampilan Nur. Jarang sekali, bahkan mungkin semenjak menikah dengannya, Nur tidak pernah tampil secantik malam ini.
Melodi mencubit lengan suaminya, bentuk protes karena suaminya terdiam mematung. Harus Melodi akui juga kalau malam ini Nur tampil beda tapi tidak mungkin hal itu diungkapkan langsung kepada Nur.
Tasya nampak menutup mulutnya menahan senyum melihat sekilas Raditya dicubit sang istri karena lebih terpesona melihat tampilan Nur.
"Mbak Melodi cantik sekali, sangat serasi dengan Pak Raditya," ucap Desi.
"Terima kasih, banyak yang mengatakan itu," sahut Melodi.
"Sayang, kamu kok berkeringat," ucap Melodi tangannya menyapu pelipis Raditya.
Nur hanya tersenyum menyeringai.
'Kurang natural," gumam Nur.
"Kenapa Nur?" celetuk Melodi masih menyapu pelan pelipis Raditya.
"Aye lihat kurang natural menyeka keringatnye!" ketus Nur.
Melodi tersenyum sinis. "Maaf, kalau tingkah kami menyinggung seorang janda, dia kan sudah lupa yang namanya romantis dengan pasangan," sindir Melodi dengan sebuah senyum yang dibuat-buat.
"Janda tapi yang pertama mencicipi nikmatnya, dari pada bekas janda," sahut Nur tidak kalah sengit.
Melodi melototkan matanya, merasa sangat kesal. Raditya terlihat menahan tubuh Melodi agar tidak kelewat batas.
"Kita sapa tamu yang lain," ajak Raditya membalikkan tubuh Melodi.
"Kita permisi dulu," pamit Raditya dengan cepat melangkah pergi.
"Nur," lirih Tasya, memperingati sahabatnya agar tidak lepas emosinya.
Nur terlihat mengempaskan napasnya kasar.
"Kamu, seperti kenal dekat dengan mbak Melodi Nur?" curiga Desi.
"Siapa nyang kagak kenal sama Mbak Melodi istri Bapak Raditya Bu," celetuk Nur.
Desi tersenyum mengangguk membenarkan kata Nur.
"Hei Pak bos datang juga. Lihat dia tampan sekali!" seru Bianca langsung membenarkan rambutnya karena petinggi di Multi Indo Grup akan lewat di depan mereka berdiri.
Nur melirik ke arah lelaki yang berjalan tepat di depannya. Seperti biasanya, dia berjalan tegak, dagu terangkat tanpa membalas sapa dari bawahannya yang sudah tersenyum lebar dan tubuh dibusungkan.
"Laki sombong!" umpat Nur dengan lirih.
Raditya dan Sakti berjalan langsung menyapa sang pengantin.
"Mau kemane Nur!" tanya Tasya berjalan cepat mengekor Nur.
Nur berhenti di stand minuman. Mengambil air mineral gelas, duduk di kursi, kemudian menyedotnya hingga tandas.
"Lu haus apa haus banget Nur?" heran Tasya.
"Kerongkongan aye kering kerontang," sahut Nur.
Tasya tersenyum mendengar jawaban Nur.
"Kite makan nyok," ajak Tasya.
"Lu makan sono, ntuh bareng Resti, Bianca, ame Bu Desi. Aye tunggu sini," jawab Nur sambil menunjuk ke arah teman kantornya berada.
"Lu kagak kegoda ame makanan enak sebanyak nih?"
"Kagak!" jengah Nur.
"Diet beneran nih?"
"Sebenarnye, lu dukung aye diet kagak sih?! protes Nur.
Tasya tersenyum lebar, "Ye iyelah, semangat Nur," ucap Tasya mengangkat tangan yang dikepal.
"Udeh, sono katanye mau makan," Nur mendorong pelan tubuh Tasya.
Tasya pun melangkah pergi.
Nur mengambil ponselnya, kemudian jarinya berselancar di layar ponsel itu.
"Nona cantik," sapa seseorang hingga Nur terkejut dan hampir ponselnya lepas dari genggaman.
"Pak Sakti! Hampir jantung Nur copot!" keluh Nur
Sakti tersenyum lebar.
"Malam ini kamu terlihat beda, ponakan Paman sampai melirik-lirik kamu terus," ujar Sakti dan itu kenyataanya karena sedari tadi Sakti melihat Raditya yang curi pandang ke arah Nur.
"Pak Sakti datang dengan ponakan Bapak?" lontar tanya Nur.
"Loh! Kamu tidak tahu kalau bos kamu Damar Galih Hermansyah itu ponakanku?"
Wajah Nur tampak terkejut, "pantesan saja Bapak menjabat asisten ceo, kalau bukan paman dari Pak Damar mana mau dia mengangkat Bapak jadi asisten," jawab Nur dengan enteng.
Damar terlihat menahan senyum. Sedangkan wajah Sakti nampak kesal.
"Issst! Kamu tidak bisa filter itu mulut!" kesal Sakti.
Nur terkekeh.
Damar tetap diam menatap wajah itu dengan seksama, bahkan tawanya yang renyah semakin membuat Damar tidak menolehkan pandangannya.
"Ehem!" Sakti sengaja berdehem walaupun kerongkongannya tidak gatal.
"Kita jadi menyapa kolega yang ada di pojok kanan sana Dam?" ledek Sakti melihat Damar sepertinya masih betah berdiri terpatri.
Tanpa sebuah jawaban Damar melangkah terlebih dahulu menuju tempat yang dimaksud pamannya.
'Bahkan kamu dapat menghadiri pesta pernikahan mantan suamimu dan kamu masih bisa tertawa lepas seperti itu? Apa kamu benar setegar yang kamu perlihatkan?' monolog batin Damar, kakinya tetap berjalan meninggalkan wanita yang masih diperbincangkan batinnya.
...****************...
"Tasya, ape nih kagak berlebihan?" sungut Nur karena sekarang dia dibawa ke rumah beauty vlogger.
"Kagak lah, ni awal lu bakal terkenal. Kemarin aje video lu nyang di buat konten banyak viewers-nye dan netizen pada minta lu nyang jadi modelnye," terang Tasya.
"Lu juga lihat aplikasi Instagr*m lu kan? followers lu meningkat tajam," lanjut Tasya.
"Ye sih, tapi Nur sebenernye kagak pede juga mampang di Y*uTube ataupun di Instagr*m, wajah Nur pas-pasan dan body Nur melar kayak karet masukkin minyak tanah," keluh Nur.
"Justru ntuh kelebihan lu," ucap Tasya.
"Ye kelebihan berat badan!" sahut Nur dengan mengerucutkan bibirnya.
Tasya terkekeh.
"Percaya deh, kalau lu banyak bergaul ame die bakal tampil beda saben harinye. Si Margaret ntuh kan selain jago make-up dia juga jago fashion," sambung Tasya.
"Hai, maaf tadi menyelesaikan video untuk di upload," sapa Margaret duduk diantara Tasya dan Nur.
"Kite mulai Mar," pinta Tasya.
"Ayuk!" seru Tasya.
Nur berdiri mengangkat pantatnya lalu berjalan mengekor dua wanita di depannya.
'Nur siap! Kagak ade kata mundur. Nur udeh nyemplung, kalau kagak mau tenggelam, ye Nur kudu buktiin ke mereka, Nur bukan wanita sembarangan nyang bisa mereka tindas! Terutama lu bang Raditya! Nur bakal buat lu nyesel udeh nyia-nyiaiin Nur!' batin Nur menggelora.
malam nyapa 🤗kasih like komen hadiah vote ye, makasih🙏 Nur bener2 butuh dukungan kalian 😘🥰😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
ary rachmawati
baru ini nama margareth dipanggil mar .. 😅😅
2023-07-04
0
Vitrichan
kmn ini si nur blm nongol jg abis dibikin cantik
2022-03-19
1
Reni
next kak
2022-03-18
1