Kabir membawa Ceasy pulang, ia juga menggendong Ceasy dari mobil sampai apartemennya, tidak peduli orang lain melihatnya bagaimana. Kabir mendudukkannya Ceasy di ujung kasur. Lalu mengambil kotak p3k untuk mengobati luka di lutut Ceasy.
"Buka celanannya" Kata Kabir.
"Hah?" Ceasy kaget mendengar perkataan Kabir.
"Aduh" Kabir mengetuk kening Ceasy.
"B-b-buka c--celana? Di s-sini?" Tanya Ceasy gugup.
"Lha terus kamu pengennya buka celana dimana? Di luar?" Ucap Kabir dengan nada datar, sedatar jidat author.
"T--tapi aku malu, k-kita...." Kata Ceasy sangat gugup.
"Ck, lama!" Kata Kabir.
Kabir mengambil handuk di kamar mandi, menarik Ceasy agar berdiri, lalu melilitkan handuk di pinggangnya, ia membuka celana yang ada di balik handuk itu dengan pelan, jantung Ceasy sangat berdetak cepat, wajah Kabir sangat dekat dengan wajah Ceasy, dan tidak sengaja tangan Kabir menyentuh kulit paha Ceasy saat menurunkan celana.
"Maaf!" Kata Kabir.
"Tapi apa yang aku sentuh dengan Ibu jariku? Kek ada rambutnya gitu deh, pahamu ada rambutnya?" Sambung Kabir.
"Aaaaaaaaa Kak Kabir mesum banget sih" Teriak Ceasy menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, karena Kabir melepaskan celana Ceasy, celana Ceasy turun sendiri begitu saja.
Suasana menjadi sangat canggung, Ceasy menangis dan membalikkan badannya, karena terlalu cepat memutar kaki, lututnya tersodok kayu tempat tidur.
"Aduhhh, sakit" Jerit Ceasy.
Kabir panik melihat Ceasy kesakitan, ia pun menghampiri Ceasy, lalu memintanya untuk duduk dengan hati-hati. Ceasy terus saja menutupi wajahnya sambil menangis manja.
"Kak Kabir keluar dulu......huhu aku malu" Kata Ceasy.
"Hufft, aku akan buatkan kamu makanan dulu, tutupi badanmu menggunakam selimut, tapi buka sampai atas lutut, nanti akan aku obati lututmu" Kata Kabir.
"Nggak mau, Kak Kabir keluar aja, aku tuh malu" Rengek Ceasy.
Kabirpun keluar, menutup pintu dan segera ke dapur memasak makanan untuk Ceasy. Kabir tidak pernah membencinya, tetapi entah mengapa ia selalu teringat akan janjinya dengan Nisa, waktu mereka sekolah dulu.
Masa SMA Kabir.
Ditaman kota, Nisa dan Kabir sedang bolos sekolah, mereka sudah akrab sejak masuk sekolah menengah atas. Dulu Kabir sangat gembu saat masih sekolah, ia selalu menjadi bahan bully di kelasnya. Nisa adalah gadis yang ramah dan baik hati, ia murah senyum, dulu dia belum mengenakan niqab seperti saat pertemuan keduannya lagi dengan Kabir.
"Kita nggak papa nih bolos gini?" Tanya Kabir.
"Nggak papa dong, kamu kan takut jarum suntik bukan? Hari ini ada cek kesehatan di sekolah, jadi aku mengajakmu bolos untuk menghindari pemeriksaan itu" Kata Nisa sambil memberikan ice cream kepada Kabir.
"Sekalian, biar Abang yang jadi korbannya hihihi rasain aja tuh Abang, habis dia selalu bikin kesal sih" Kata Kabir.
Nisa dan Kabir sempat dekat selama tiga tahun, mereka terpisah dan hilang komunikasi ketika Kabir mulai masuk kemiliteran. Saat itu Nisa masih sehat-sehat saja, penyakit bawaannya belum ketahuan, ia masih aktiv kesana kemari.
Lamunan Kabir terpecah saat mendengar telfon dari Syakir, ia mengingatkan Kabir untuk bisa menerima Ceasy dengan sepenuh hati. Juga memberikan nafkah batin yang belum Kabir tunaikan juga.
"Waalaikum sallam, apa sih Kir? Aku lagi sibuk" Kata Kabir.
"Bagaimana? Ada perkembangan dengan Ceasy? Kalian udah hampir empat bulan loh di Koreannya? Nggak ada kabar gembira gitu?" Tanya Syakir.
"Ck, aku dan dia sama-sama belum siap. Sudahlah, jika kau menelfon cuma ingin mengatakan itu, lebih baik aku tutup telfonnya" Kesal Kabir dengan pipi memerah.
Syakir memberi pencerahan kepad kabir apa itu kwajiban suami menurut islam. Yaitu, menafkahi, nafkah adalah hak wajib seorang istri dari suaminya,lalu menggauli Istri dengan baik. Selain nafkah lahir, istri juga membutuhkan nafkah batin yang diwujudkan dalam hubungan suami istri yang mesra dan penuh kasih sayang. Menjaga Aib Istri, membimbing Istri dan memperlakukan Istri dengan baik.
Kabir memang sudah menerima Ceasy sebagai istrinya, namun perlajuannya pada Ceasy masih layaknya perlakuan Kakak kepada adik perempuannya.
----------
Ceasy sampai tertidur menunggu Kabir yang lama memasaknya. Kabir pun merasa bahwa ia kelamaan di dapur, dan sudah siang perut Ceasy belum kemasukan sesuap makanan sama sekali.
"Aku sangat menyayanginya, tapi untuk mencintainya? Aku belum tau apakah aku bisa atau tidak" Batin Kabir memandang Ceasy.
Dengan sangat hati-hati, Kabir meletakkan mangkuk di meja rias milik Ceasy, ia jugamengobati lutut Ceasy yang sedang terluka akibat terjatuh itu. Melihat kaki mulus nan putih milik Ceasy, munculah dua peran malaikat dan setan di samping Kabir.
"Udah sikat aja, jika kamu penasaran, tuntaskan kwajibanmu saat ini juga. Mumpung dia lagi tidur" Bisik Setan.
"Astagfirullah hal'adzim. Jangan Kabir, kamu harus memperlakukan istrimu dengan baik, jangan karena nafsu, kau meruntuhkan hatimu sebagai seorang muslim sejati" Bisik Malaikat.
"Udah sikat aja!" Bisik Setan.
"Jangan Kabir, dia istri kecilmu. Bersabarlah, tunggu hatimu siap, baru melakukannya" Bisik Malaikat.
"Sikat aja Kabir, ayolah. Istrimu itu cantik" Bisik Setan.
"Brisik!" Teriak Kabir.
Teriakan Kabir membuat Ceasy kaget dan terbangun, spontan Ceasy langsung menutupi kakinya menggunakan selimut. Karena lukanya baru saja diobati dengan obat merah, ia menjerit kesakitan saat lukannya terhempas selimut.
"Sakit!" Teriak Ceasy.
"Ceasy! Aku pusing kalau kamu terus berteriak seperti ini. Diam! Diam ok! Aku sudah siapkan makanan, dan harus dimakan sampai habis. Dan ini ada susu kunyit, cocok untuk lukamu, agar aku tidak direpotkan lagi denganmu" Kata Kabir memeberikan suapan kepada Ceasy.
"Apakah aku beban? Apakah aku selalu merepotkan? Apakah dihati Kak Kabir tidak ada rasa cinta sedikitpun terhadapku?" Tanya Ceasy menangis.
"Ceasy! Kamu harus makan ini, minum susu kunyitnya agar lukamu cepat kering" Kata Kabir.
"Aku bisa makan sendiri" Kata Ceasy sambil mengambil meja lipat kecil yang memang terletak disamping kasur.
Kabir memberikan mangkuk dan segelas susu itu, dan keluar. Namun, sebelum keluar Ceasy mengatakan suatu hal yang membuat Kabir merasa sakit di hatinya.
"Tunggu! Kak Kabir sampai kapan Kakak memeperlakukanku seperti ini. Aku istrimu, bukan adikmu. Aku tidak hanya membutuhkan nafkah lahirmu, tapi aku juga membutuhkan nafkah batinmu Kak. Hampir empat bulan kita seperti orang asing, itu membuatku sangat sakit kak. Apa boleh, aku mencari kesenangan dari lelaki lain di liar sana?" Tanya Ceasy.
"Jika kamu mau berkunjung dan abadi di neraka bersamaku, lakukanlah! Assallamualaikum" Kata Kabir langsung pergi keluar.
"Lalu aku harus bagaimana? Aku butun kamu Kak, aku butuh kamu huhuhuhu" Tangisan Ceasy membuat rasa sakit dihati Kabir.
Entah kenapa, Kabir masih begitu berat untuk menerima Ceasy, untuk mencintainya ia masih butuh waktu. Setiap melihat Ceasy, ia juga selalu melihat meninggalnya Nisa di pangkuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Anik Amuzaqiah
tiiidaaaaakkkk,,,, hatiku juga sakit..
2020-10-27
2
Niluh Srimadashiners_04baekkie
huwaaa rasanya aku pengen getok jidat babang kabir aja, tpi emang sulit melupakan masalalu yangindah dan menyakitkan secara bersamaan apalagi akibat kehilangan seseorang yang sangat dicintai
2020-07-12
1
Mr Crabb
Thor aku sudah Like dan rare Bintang 5 loh🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Jika berkenan silahkan mampir di karyaku ya😇😇😇😇😇😇😇😇😇
>>Legenda 7 Bintang<<
Jangan lupa tinggal kan jejak juga di sana. Terimakasih author kesayangan.
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2020-05-05
2