"Dikit banget sih?" Kesal Ceasy.
"Nanti ya, aku terburu-buru, Assallamualaikum" Salam Kabir memberikat tangannya seperti biasa, agar Ceasy mencium tangannya.
"Waalaikum sallam, cepat pulang ya! Aku masih libur hari ini" Kata Ceasy.
"Insya Allah," Teriak Kabir.
Larinya Kabir seperti lari di kejar setan saja, ia terburu-buru sehingga menabrak Jamil yang sudah ada di depannya.
"Wadohh, Mripatmu mbok selehne ngendi to Bir?" Tanya Jamil merapikan bajunya yang kusut kena Kabir.
"Ayolah, cepet!" Kabir menarik tangan Jamil dan berjalan dengan cepat.
Namun Kabir tetap saja diam, sampai masuk lift pun masih saja diam. Jamil merasa aneh dengan sikap Kabir itu, hingga ia tak tahan menahan tawannya lagi, dan langsung ngakak sekeras-kerasnya.
"Wuahahaha apa-apaan sih Bir, mukamu itu loh, kek orang dikejar bendahara kelas deh" Ejek Jamil.
"Karungin, karungin" Kata Kabir menutupi wajah Jamil menggunakan plastik kresek.
"Hey, tenan loh aku, ngopo se?" Tanya Jamil.
Kabir hanya menggelengkan kepala dan menarik nafas, lalu membuangnya dengan panjang. Ia malu jika harus bercerita tentang sarapan bibir pagi itu kepada Jamil.
Lain halnya dengan Ceasy yang nampak sangat bahagia, bahkan, mencuci pun sambil bersenandung. Ketika mencuci dan meraba saku celana Kabir, ia menemukan kartu nama Siska disana.
"Sek kosek, iki opo?" Kata Ceasy sambil meraba saku.
"Wooo kartu nama, Siska Marwaidah. Ohh Siska Marwaidah, ok, ok" Sambung Ceasy mangguk-mangguk.
"Apa?!, Ini kan calon janda yang ada di pojok samping sana. Wahhh ra beres iki, aku harus telfon Kak Kabir sekarang juga" Kata Ceasy langsung berlari ke kamar tanpa membasuh tangan dan kakinya yang masih ada sabunnya.
Karena kakinya licin, ia pun terpeleset dan tersungkur di samping pintu kamar mandi. Berteriak histeris, lalu merangkak sampai ke kamar dan langsung mengambil ponselnya. Berkali-kali Kabir di telfon, namun tidak Kabir angkat, itu semakin membuat Ceasy meradang.
"Aaaaa nggak tenangnya aku, aku harus temui calon janda itu, aduhh, tapi kaki dan bamperku masih sakit" Rengek Ceasy.
Ceasy pun menelfon Aisyah saat itu, namun tidak.Aisyah jawab juga. Karena Aisyah memang sedang sibuk bekerja, lalu ia menelfon Balqis, dan untung saja di angkat oleh Balqis.
"Assallamualaikum Ces, ada apa?" Tanya Balqis.
"Kak Balqis lagi apa?" Tanya Ceasy balik.
"Lagi main nih sama Aminah, kenapa? Ada perlu apa, kok tumben telfon ih" Tanya Balqis.
"Mau curhat!" Kata Ceasy dengan suara seperti mau menangis (akting).
"Kamu kenapa si Ces? Kok kek mau ketawa gitu?" Lawak Balqis.
"Kak Kabir kenalan sama calon janda sebelah Kak. Kayaknya Kak Kabir udah mulai bosan sama aku deh, aaaa tolong aku" Rengek Ceasy.
"Mana ada Kabir tertarik sama wanita lain, kan dia suamimu, coba deh kamu tanya baik-baik. Jangan sambil marah-marah dulu ok!, Kalau enggak ya kamu coba tanya sama si calon janda sebelah. Jangan seperti anak kecil gitu deh" Saran Balqis.
Setelah berbagai saran dari Balqis, Ceasy masih ngambek saja, ia masih tidak merasa tenang jika ia belum menemukan kebenaran diantara Kabir dan Siska. Tanpa pikir panjang, Ceasy menuju ke apartemen Siska, dan kebetulan dia ada di dalam.
"Ne? (iya)" Tanya Siska.
"Kamu jangan buat rusuh rumah tanggaku deh mbak!" Kesal Ceasy.
"무슨 일 있어요? mu-seun i-ris-sô-yo? (ada masalah apa)" Tanya Siska.
"Nggak usah pakai bahasa korea! Aku bisa bahasa Indonesia, bahkan bahasa Jawa. Maksut Mbak apa coba ngasih kartu nama ini ke Kak Kabir?" Kesal Ceasy.
"Kabir? Kabir Jazeera?" Tanya Siska.
"Iya siapa lagi!" Ketus Ceasy.
"Kamu siapanya Kabir? Dan apa maksut dengan jangan membuat rusuh rumah tanggamu? Sedangkan aku nggak tau siapa suamimu bocil" Kata Siska mulai kesal.
"Ngatain bocil lagi, Kak Kabir itu adalah suamiku! Kenalin, Ceasy Lee, istri sahnya Kabir, I S T R I!" Jelas Ceasy.
"Kamu istrinya Kabir? Eh, asal kamu tau ya, Kabir aja bilangnya dia masih single, masa sih ada bocil yang tiba-tiba ngaku-ngaku istrinya, jangan mimpi. Mana ada Kabir mau sama kamu yang kek bocah gini, pergi sana!" Kata Siska mendorong Ceasy.
Pintu di tutup oleh Siska, air mata Ceasy mulai menangis. Ia merasa sakit ketik mendengar Kabir masih single di hadapan Siska. Ceasy berlari masuk ke apartemennya dan langsung masuk ke kamar. Menangis sesenggukan dan membuang semua bantal dan gulingnya.
-_-_-
Jam makan siang, Kabir akan pulang sebentar, karena ia merasa ada yang menjanggal di hatinya sejak pagi tadi. Pekerjaannya tidak sempurna karena perasaannya itu.
"Aku pulang dulu ya, Yoona! Kamu ajari Coro (kecoa) ini ya, aku mau pulang dulu. Entah kenapa sejak tadi perasannku nggak enak ini, Assallamualaikum" Kata Kabir yang baru saja membuka ponselnya, dan mendapati banyak telfon masuk dari Ceasy.
"Waalaikum sallam, Bir, yakin kamu mau ninggalin aku sama prawan tua ini?" Tanya Jamil sambil melirik ke arah Yoona.
"Ngaca woy ngaca, Lu juga perjaka alot woy" Kesal Yoona.
Terjadilah adu mulut antara Jamil dan Yoona, memang sejak awal mereka kenal, mereka selalu saja bertengkar hingga membuat Kabir pusing. Sementara itu, Kabir sudah sampai ke apartemen. Ketika ia masuk, ia melihat seluruh rumah masih berantakan, ia langsung mencari Ceasy. Saat itu juga cucian belum di cuci, dan bantal berada di depan kamar.
Kabir yang panik pun langsung masuk ke kamar, terdapat Ceasy yang tertidur di kamar, tanpa Kabir sadari kalau Ceasy pingsan karena kelelahan. Berulang kali Kabir membangunkan Ceasy, namun Ceasy tak kunjung bangun, akhirnya Kabir pun bergegas membawanya kerumah sakit.
Pemeriksaannya tak berlangsung lama, Dokter keluar dengan wajah yang biasa saja, menandakan tidak akan ada yang terjadi serius dengan Ceasy.
"Dokter, bagaimana dengan keadaan istri saya?" Tanya Kabir (uwu istri).
"Ah, kamu tidak bisa bahasa Korea ya? Istrimu hanya mengalami dehidrasi, dan dalam pemeriksaannya, ia belum makan setengah hari ini, ia kelelahan karena menangis." Jelas Dokter.
"Aih, kalau sedang memiliki masalah dengan istrimu, rangkulah dia, jangan ditinggalkan atau bahkan di kasari, wanita perlu disayangi Tuan" Sambung Dokter itu.
"Biarlah dia menghabiskan infus dulu ya, baru bisa dibawa pulang. Permisi" Kata Dokter menepuk bahu Kabir.
"Siapa yang berantem? Sok tau tuh dokternya, aku masuk aja deh" Gumam Kabir.
Ketika Kabir membuka pintu, Ceasy yang sudah sadar itupun pura-pura nemejamkan matanya. Ia berharap tidak ingin bertemu Kabir untuk saat ini karena dirinya sedang marah dengan Kabir.
"Mau pura-pura sampai kapan?" Tanya Kabir.
Tak ada jawaban dari Ceasy.
"Assallamualaikum" Salam Kabir dan duduk di samping tempat tidur pasien.
"Nggak jawab dosa" Kata Kabir.
"Waalaikum sallam" Jawab Ceasy dalam hati.
"Kalau jawabnya di dalam hatipun juga berdosa, karena jika memang sudah sadar nggak jawab dosa, dan Allah paling murka dengan hambanya yang berdusta" Kata Kabir.
"Waalaikum sallam" Jawab Ceasy.
Akhirnya Ceasy pun membuka matanya, bibirnya langsung manyun. Ia masih marah soal wanita bernama Siska itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Fitri Yani
oh ya,,,,KANIAnya kpn up lg why?
2020-05-02
3
Siti Soimah
lanjutttt....
2020-05-02
2
Juni Cutma
lanjut thor........ semangat
2020-05-01
2