Bab 5

Hasil sidang Pak Bakir ditetapkan sebagai terdakwa dengan masa tahanan selama lima tahun. Bukti-bukti menunjukkan kalau Pak Bakir terbukti bersalah, meskipun Pak Bakir sudah membantah tuduhan terhadap dirinya.

Nabila yang saat itu menghadiri sidang ditemani Paklek Dika, menangis mendengar bapaknya harus mendekam dalam penjara. Apalagi, saat ini Pak Bakir terlihat tidak baik-baik saja, semakin hari semakin kurus.

"Kamu yang sabar ya, Bil! Segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa, kita ini hanya mahluk, cuma bisa menjalani dengan iklhas. Berdoa saja, agar Bapak diberi kekuatan dan ketabahan untuk menjalani takdir dariNya," kata Dika sambil menepuk bahu Nabila.

"Tapi kasihan Bapak, Paklek. Pasti gak enak hidup dalam penjara, apalagi Bapak tampak kurang sehat, Bila gak tega melihatnya."

Nabila berkata sambil menyusut air matanya, hati gadis itu pastilah teramat sedih.

"Ya kamu harus memberi semangat pada bapakmu untuk sabar dalam menghadapi takdirnya. Kamu kan anak satu-satunya Bil, ibumu juga kan lagi kerja di tempat yang jauh, Jakarta. Kalau bukan kamu yang memberi semangat pada bapakmu, memang siapa lagi yang bisa?"

"Iya Paklek, Bila paham. Bila gak boleh terlihat lemah, biar Bapak juga bisa kuat."

"Ayo Bil, kita temui bapakmu! Biasanya ada kesempatan buat keluarga untuk bertemu dengan terdakwa sebelum dipindahkan ke Rutan."

"Iya Paklek. Terima kasih ya, Paklek dan keluarga sudah mendukung keluarga Bila. Kami merasa sangat berhutang budi sama keluarga Paklek," kata Nabila sambil mengusap air matanya.

"Sudahlah Bil, jangan kamu sungkan. Aku dan Bulek Winda sudah menganggap keluargamu seperti keluarga sendiri. Sudah sepatutnya kalau kita tuh saling bantu."

"Tapi bantuan apa yang bisa Bila berikan untuk keluarga Paklek? Sepertinya tidak ada, justru keluarga Bila yang banyak di bantu oleh keluarga Paklek."

"Kamu dan ibumu juga bapakmu kan sudah menganggap Tasya sebagai bagian dari keluargamu. Aku dan bulekmu merasa terbantu dengan itu. Kamu tau sendiri kan gimana Si Tasya, tak ada baby sister yang tahan untuk mengasuh Tasya. Tapi sama kamu dan ibumu Tasya mau nurut, kami udah senang kok, kamu bantu mengasuhnya."

Nabila hanya tersenyum mendengar penuturan Paklek Dika. Nabila yang tak punya adik, merasa senang bisa mengasuh Tasya, setidaknya dia sudah bisa merasakan bagaimana rasanya punya adik karena Tasya.

"Yuk Bil, kita ketemu Bapakmu!" ajakan Dika menyadarkan Nabila dari lamunan.

"Iya Paklek, mari!" kata Nabila.

Nabila mengikuti langkah Dika menuju suatu ruangan khusus. Setelah berbincang dengan petugas, Dika dan Nabila di perbolehkan bertemu dengan Pak Bakir.

"Bapak, Bila kangen banget sama Bapak," kata Nabila.

"Bapak juga Ndhuk, kangen banget sama kamu, sampai terbawa dalam mimpi. Bagaimana kabar kamu Ndhuk?" tanya Pak Bakir.

"Bila baik kok Pak. Sekarang Bila tinggal sama keluarganya Paklek Dika dan Bulek Winda. Untuk kontrakan, sudah Bila serahkan kembali pada Pak Haji," kata Nabila.

"Apa gak merepotkan Dek? Kalau Bila tinggal sama kamu?" tanya Bapak pada Paklek Dika.

"Enggak kok Mas, justru aku dan Winda merasa terbantu, karena ada yang mengasuh Tasya. Mas jangan merasa gak enak, Nabila udah ku anggap seperti anak sendiri," kata Dika.

"Aku titip Bila ya Dek! Aku lagi di penjara, ibunya lagi kerja di Jakarta, siapa lagi yang bisa Mas andalkan kalau bukan kamu," kata Bapak.

"Sudahlah Mas, jangan merasa tak enak, aku gak keberatan kok, menampung Bila," kata Dika.

"Kamu jaga diri baik-baik ya Ndhuk, nurut sama Paklek Dika dan Bulek Winda, jangan ngerepotin mereka!" kata Bapak.

"Iya Pak, Bila ngerti kok. Bapak juga jaga diri baik-baik ya! Bila khawatir sama Bapak, berita yang Bila baca dan tonton di televisi banyak menceritakan kehidupan di penjara yang sangat gak enak," kata Bila sedih.

"Iya Ndhuk, Bapak akan jaga diri Bapak baik-baik kok, kamu jangan khawatir," kata Bapak.

Nabila kembali meneteskan air mata, tak tega rasanya melihat kondisi Bapak yang jauh lebih kurus dari saat terakhir Nabila bertemu.

"Gimana sekolahmu Ndhuk?" tanya Pak Bakir membuyarkan lamunan Nabila.

"Baik kok Pak, dua minggu lagi Nabila udah ujian akhir. Bapak doain ya, supaya Nabila bisa lulus dan di terima di SMA negri yang deket sama rumah Mbah Kung!" kata Nabila.

"Pasti Ndhuk, Bapak pasti doain kamu kok. Maafkan Bapak ya, Bapak belum bisa jadi ayah yang baik buat kamu," kata Pak Bakir sedih.

"Bapak sudah jadi ayah yang baik kok buat Bila. Bila banga sama Bapak, apapun keadaan Bapak," kata Nabila.

"Kamu percaya kan Ndhuk, kalau Bapak ini bukan seorang pembunuh. Bapak hanya kebetulan ada di saat dan tempat yang salah saja?" tanya Pak Bakir.

"Iya Pak, Bila percaya kok sama Bapak. Bapak hanya korban, suatu saat kebenaran pasti akan terkuak Pak, Bila percaya akan hal itu. Bila yakin Tuhan tak pernah tidur, Dia akan memberi jalan keluar untuk setiap hambanya yang berharap padaNya," kata Nabila.

"Makasih ya Ndhuk, kamu masih percaya sama Bapak. Kepercayaan mu sangat berharga buat Bapak. Bapak tak peduli, kalau orang lain tak percaya sama Bapak, kamu saja sudah cukup untuk memberi semangat pada Bapak," kata Pak Bakir terharu.

"Iya Pak, kita saling menguatkan ya Pak!" kata Bila.

Petugas yang tadi memberi ijin bertemu dengan Pak Bakir, memberi tanda bahwa waktu yang diberikan udah di rasa cukup. Setelah mengangguk tanda mengerti, Paklek Dika berpamitan.

"Kami pamit dulu ya Mas, jaga diri Mas baik-baik, jangan sampai sakit. Kasihan nanti kalau Bila jadi kepikiran," Paklek Dika menjabat tangan Bapak.

"Iya Dek, Mas titip Nabila ya," kata Pak Bakir.

"Mas jangan khawatir dengan Nabila, percayakan saja padaku dan Winda," kata Dika.

"Terima kasih ya Dek!" kata Pak Bakir.

"Iya Mas, sama-sama," kata Paklek Dika.

"Bila pamit ya Pak, jaga diri Bapak. Bila bakalan kangen banget sama Bapak," kata Nabila sambil memeluk Bapak.

"Bila juga jaga diri Bila. Belajar yang rajin, jangan sia-siakan perjuangan Ibu yang sudah bekerja di tempat yang jauh. Maafkan Bapak ya Ndhuk! Sampaikan juga permintaan maaf Bapak pada ibumu," kata Pak Bakir.

"Iya Pak," kata Bila sedih.

"Ya sudah, hati-hati ya kalian di jalan!" kata Pak Bakir.

"Bila janji kok Pak, selagi ada waktu dan kesempatan, Bila akan rajin jenguk Bapak," kata Nabila.

Pak Bakir tersenyum mendengar janji dari anak gadis semata wayangnya. Nabila pulang sambil berjanji dalam hati, akan berusaha membuat orang tuanya bahagia, entah kapan semua itu akan terwujud.

Terpopuler

Comments

I.S.DINIa

I.S.DINIa

aku pindah lapak kak....

2022-03-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!