Siang ini Reyza masih berada dirumah sakit bersama Dion. Dengan setia Dion menemani sahabat baru nya itu.
"males banget gue disini di, pulang aja lah kita" rengek Reyza pada Dion
"hiiss lo ini ngeyel banget sih, kata dokter tadi kan tunggu sampek bengkak nya hilang, besok pagi juga lo boleh pulang. Gue temenin deh dirumah sakit. Lo sih gak mau disuntik, kalo disuntik kan cepet kempes. Badan aja besar" kata Dion sewot melihat kelakuan Reyza yang ternyata phobia dengan jarum suntik
"lo gak tau gimana serem nya benda itu" jawab Reyza malu
"astaga za, muka preman tapi takut yang begituan, malu sama otot. Ya tuhan ada ya manusia kayak elo" kesal Dion menatap jengah Reyza yang terduduk diatas ranjang nya
"pulang aja ya, kan cuma retak dikit aja tangan gue, " mohon Reyza lagi
"enggak, diem deh lo" bentak Dion. Reyza pun langsung terdiam lemas.
Jika tau mama bisa gawat ini, Batin Reyza frustasi
Satu jam kemudian terdengar suara pintu diketuk. Dion membukakan pintu itu, dan munculah seorang pria paruh baya berpakaian koko dengan topi menutupi kepala botak nya.
"selamat siang, bagaimana keadaan mu nak? " tanya pria itu pada Reyza yang sedang menatap nya dengan bingung dan melongo. Sedangkan Dion menatap pria itu heran.
beberapa saat mereka terdiam dengan Reyza yang memandang pria itu dari atas kebawah
"astaga inikan pak roy, apa apaan dia memakai pakaian begitu. Batin Reyza heran
"nak, kenapa kau tak menjawab pertanyaan ayah? Apa begitu sakit? " tanya pak Roy sambil mengedip ngedip kan mata nya dan menyentuh pelan lengan Reyza yang diperban
"a ayah? " kata Reyza gagap
Reyza langsung terdiam sesaat, lalu kemudian barulah dia paham
Oh astaga, Batin Reyza
"oh, tidak apa apa ayah, aku baik baik saja. Hanya memar sedikit." kata Reyza sambil melirik Dion
"syukurlah kalau begitu, ini siapa, teman mu? " tanya pak Roy lagi
"oh ya yah, dia Dion teman ku. Dion dia ayah ku" ucap Reyza memperkenalkan pak Roy
"oh hai om, saya Dion. Em seperti nya wajah om tidak asing, saya pernah liat dimana ya? " kata Dion sambil mengkerutkan dahi nya menatap pak Roy yang nampak tersenyum gugup
"ah anak muda, saya jarang kekota, saya dikampung saja, bagaimana bisa wajah saya tidak asing. saya kemari karena diberitahu oleh pihak kampus tadi" elak pak roy
"iya ya, kalau begitu saya yang salah. hehe. Baiklah om, za saya pamit pulang dulu, sore nanti saya datang lagi ya" pamit Dion pada mereka sembari mengambil tas nya
"ya, hati hati. Thanks" ucap Reyza
Setelah Dion keluar baru lah pak Roy membuka topi nya.
"wah keren akting anda pak, bakat sekali menjadi rakyat jelata ya" ejek Reyza
"haha, tuan muda ini, ini juga ide dari tuan besar" jawab pak roy
"jadi papa tahu saya masuk rumah sakit? " tanya Reyza terkejut
"tentu saja, dia tidak mungkin membiarkan anak semata wayang nya diluar sendiri. Anak yang mencelakai anda juga sudah dikeluarkan dari kampus itu tuan" ungkap pak Roy
"ck, harus nya tidak perlu sampai segitu nya pak. Tapi identitas saya masih aman kan? " tanya Reyza lagi
"aman tuan, tenang saja. Yang tau identitas anda dikampus itu masih pak Brata" jawab pak Roy
"oh bagus lah. Yasudah bapak pulang saja lah. Saya sudah tidak apa apa. Kalau bapak disini terus saya takut Dion akan curiga siapa bapak sebenar nya" ujar Reyza
"baiklah tuan, kalau begitu saya permisi. Jika butuh apa apa langsung hubungi saya" ucap pak Roy membungkukan badan nya dan berlalu keluar.
Tinggalah Reyza sendiri duduk termenung diranjang nya.
"hais, mau pulang tapi tangan masih sakit, gak pulang gue serem disini. Aaahh,, " teriak Reyza frustasi.
Akhir nya beberapa saat kemudian dia sudah tertidur sambil menahan sakit dilengan nya.
..
Ditempat lain
Saat ini Naina masih berbaring dikamar nya bersama Clarissa. Sejak mengantar Naina kerumah nya tadi Clarissa enggan untuk kembali kekampus, jadilah dia menemani gadis itu dirumah kontrakan nya.
"gimana keadaan temen kak Dion ya Nai, bengkak banget tadi tangan nya kan. Jahat banget deh si Andre itu, kesel gue liat nya" omel Clarissa yang tengah berbaring disamping Naina
"ya, coba lo telpon aja kak Dion nya" kata Naina memberi saran.
"hiss kalau gue ada nomor nya udah gue telpon dia Nai" sewot Clarissa
"nanti sore kita jengukin aja kerumah sakit " tawar Naina
" ha, lo serius? Bukan nya lo benci banget sama dia ya? " tanya Clarissa curiga dan langsung duduk menatap Naina yang langsung menghela nafas lelah
"ish kamu ini, aku cuma kasian, lagian tadi aku lihat memang dia gak salah, si Andre tu aja yang belagu. Aku jadi ngerasa punya temen yang senasib dikampus, banyak yang sirik" ungkap Naina sedih
"hmmh oke oke. Tapi lo beneran udah gak papa kan? " tanya Clarissa lagi
"gak papa, aku udah baikan, lagian aku izin kerja hari ini" jelas Naina
"kalau dia gak dirawat gimana dong? " tanya Clarissa bingung
"tapi kalau aku liat tangan nya parah lo, bengkak banget, mustahil kalau gak dirawat" ucap Naina menatap Clarissa yang berbaring disebelah nya
"yauda nanti kita jenguk " kata Clarissa tersenyum penuh arti
...
Sore ini Naina dan juga Clarissa sudah berada dilobi rumah sakit. Namun nampak nya mereka kelihatan seperti anak kucing yang kebingungan.
"kamu yakin dia dirawat disini Cla? " tanya Naina sambil menatap orang orang yang lalu lalang
"gak yakin sih, tapi kan cuma rumah sakit ini yang deket sama kampus," jawab Clarissa
"ck, susah amat sih mau niat baik juga" sewot Naina.
Hingga tak lama dari kejauhan tiba lah seorang pemuda yang mereka kenal.
"kak Dion! " seru Clarissa
"hai, kalian disini, ngapain? " tanya Dion menatap heran kedua gadis itu
"ini si Naina mau jengukin temen kakak itu, dirawat disini kan? " tanya Clarissa
"kok aku sih" sewot Naina
"lah, kan elo yang nawarin jenguk" kata Clarissa tersenyum lebar
"udah, udah, dia disini, yauda kita masuk aja" ajak Dion tersenyum penuh arti menatap Naina yang sudah salah tingkah
Mereka pun berlalu menuju kamar dimana tempat Reyza dirawat. Nampak Naina sedang menahan gugup nya karena sedari tadi Clarissa terus menggoda nya.
Hingga saat mereka tiba didepan pintu ruang Reyza dirawat terdengar suara gaduh dari dalam kamar. Mereka pun saling pandang dan kemudian langsung berlari masuk untuk melihat apa yang sebenar nya terjadi.
Dan saat itu juga mereka semua terpelongo melihat Reyza yang sudah berdiri diatas tempat tidur seperti orang ketakutan. Sedangkan seorang suster dan seorang dokter tengah membujuk nya turun.
"lo kenapa za? " tanya Dion khawatir
"dokter dia kenapa? " tanya Naina pula
"tolongin gue, suruh mereka pergi! " seru Reyza pula sembari memeluk diri nya sendiri dengan wajah yang sudah memucat.
"pasien tidak ingin kami suntik mas, mbak, ketika kami mengeluarkan jarum suntik dia langsung ketakutan" jelas dokter itu terkekeh geli
"astaga za!!! Cuma disuntik doank lo sampek kayak ngeliat hantu gitu, malu sama badan" teriak Dion kesal dan juga lucu melihat kelakuan Reyza yang benar benar phobia jarum suntik
Sementara Naina dan juga Clarissa masih terbengong dan saling tatap
"bodo amat, ayolah tolongin gue, gue pulang aja la kalo gini cerita nya, ngilu banget gue ngeliat nya, Di tolongin gue" rengek Reyza
"coba dulu za, gak terasa kok, " rayu Dion lagi
"jidat lo gak terasa, liat bentuk nya aja gue ngeri. dokter, tolong deh jauhin itu anu nya, " rengek Reyza lagi
dokter dan suster itu pun menatap Dion sembari menahan tawa mereka
"yauda dokter nanti aja ya, maafin temen saya, nanti kami bujuk lagi" ujar Dion pada dokter itu.
"baiklah, kalau begitu kami permisi dulu mas" kata dokter itu yang langsung keluar kamar.
Reyza pun akhir nya terduduk lemas diatas ranjang nya dengan peluh yang sudah membasahi wajah dan juga baju nya.
"kakak gak papa? " tanya Naina khawatir melihat wajah Reyza yang sudah memucat
Sementara Reyza masih terdiam membisu.
"dia phobia jarum suntik, maka nya begitu" jelas Dion yang membuat Naina dan Clarissa mengangguk mengerti. Antara lucu dan kasihan.
Astaga, gak nyangka aku. Badan keren tapi takut jarum. Batin Naina geli
"terus kalau gak disuntik gimana mau sembuh kak" tanya Clarissa lagi
"gue pulang aja deh Di, gak sanggup gue disini, berasa mau mati gue" lirih Reyza yang sudah terbaring dan mengabaikan tatapan aneh Naina dan Clarissa
Naina, Dion dan Clarissa hanya bisa saling pandang menahan tawa dan juga menatap iba Reyza.
"tapi tangan lo itu masih bengkak lo Za, gue takut makin parah" kata Dion memeriksa lengan Reyza yang membengkak
"gak mau gue disini, lebih baik gue nahan sakit dari pada liat benda itu" lirih Reyza masih tetap pada pendirian nya
"lo gak malu za diliatin mereka berdua? " bisik Dion ditelinga Reyza
Reyza pun melirik Naina dan Clarissa yang saling pandang
"bodo amat lah, mau mereka ketawain juga gue udah pasrah, gue udah gak sanggup disini" ucap Reyza frustasi
"emm, kakak tahan dipijat gak? " tanya Naina menatap iba Reyza yang seperti anak kecil
"kenapa, lo mau mijitin gue? " tanya Reyza ketus
"ck, kalo kakak gak mau disuntik, kakak bisa dipijat aja, pengobatan tradisional, itupun kalau mau sembuh" balas Naina tak kalah sewot
"nah, bener itu kak, dari pada dibiarin makin parah lo" timpal Clarissa
Reyza nampak diam dan berpikir
"gimana za, mau gak? Kalau mau biar gue urus kepulangan lo, dan kita cari orang yang kata Naina tadi" ujar Dion
"yauda bole lah, dari pada disini" kata Reyza pasrah.
Dan akhir nya malam itu Dion sibuk mengurus kepulangan Reyza sementara Naina beserta Clarissa menghubungi seorang dukun patah yang Naina kenal untuk mengobati Reyza
...
next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments