.
.
BRAK
“OY! Yua!”
Padahal bel istirahat saja baru berdering tiga detik yang lalu, tapi Chris dan teman-temannya sudah merusuh di kelas Yua lagi.
Tentu saja hanya untuk mengganggu Yua.
Yua yang sudah terbiasa hanya menunduk dan terdiam.
BRAK
Setelah menggebrak pintu, kini Chris kembali menggebrak meja milik Yua.
“Kau tuli? Kenapa tidak menyahut? Sudah bisu?” Chris mencengkram dagu Yua lalu didongakkan agar menatapnya.
Yua yang sudah muak bahkan tak bergerak untuk melawan sama sekali.
“Yah!! Katakan sesuatu bodoh!!” teriak Chris lagi karena Yua tidak menanggapinya.
“Haish! Ikut aku!” tanpa meminta persetujuan sama sekali, Chris menyeret Yua untuk pergi menjauh dari kelas, tentu saja anak-anak yang bersama Chris ikut.
Setelah Chris sudah pergi, suasana kelas mulai hening, sampai kemudian terdengar suara tawa yang nyaring, bahkan mungkin masih terdengar sampai beberapa meter di luar kelas.
Suara tawa yang menggema di kelas itu membuat suasana kelas makin canggung dan hening.
Suara tawa milik Felix.
“HAHAHAHA wah... menarik sekali kelas ini HAHAHA ada bocah lemah yang dibully seperti itu tapi yang lain hanya berbisik-bisik di belakang saja HAHAHAHAHA menarik sekali!!!” bahkan sekarang Felix sedang bertepuk tangan heboh.
“Aku benar-benar terhibur... haah! Menyedihkan, kalian yang diam saja jauh lebih busuk dari pembully itu, aku kagum dengan kebusukan kalian, bau sekali sampai aku ingin muntah, ayo pergi.”
“Baik boss!”
Felix dan para pengawalnya pun ikut pergi dari kelas.
Keadaan kelas benar-benar hening sekarang.
***
Chris terus berjalan sambil menyeret Yua bersamanya, mereka menuju lapangan basket indor yang kebetulan masih sepi.
“Jangan biarkan ada seorang pun yang masuk kemari, mengerti?” perintah Chris.
“Beres Chris!” sahut seseorang anak laki-laki berwajah manis dengan kulit kecoklatan yang indah.
Chris membawa Yua ke pojokan, salah satu temannya membawakan kursi dan tali, seakan sudah tau apa yang ingin Chris lakukan. Yah... hal ini sering ia lakukan sih.
Mengikat Yua di kursi.
“Darren, ikat tangannya” perintah Chris lagi.
Anak laki-laki berwajah manis, Darren, mendengus kesal “Ah, aku lagi?” Chris melotot mendengar protesan Darren barusan “Baiklah baiklah ....”
Darren pun mengikat tangan Yua ke belakang kursi, sedangkan kaki Yua diikat sendiri oleh Chris.
Mereka selesai dengan cepat karena tak ada gerakan yang berarti dari Yua, gadis itu sudah pasrah, dia tau melawan mereka tak ada gunanya juga.
Setelah selesai, Chris kembali mencengkram dagu Yua dengan tangan kirinya, ia menyeringai tampan sambil berusaha mendekatkan wajahnya pada Yua.
“Yua ... kau imut sekali ... hahaha” seperti orang gila, Chris tertawa di depan wajah Yua, Yua sendiri berusaha untuk tidak melihat Chris.
“Kenapa kau diam saja? Heum? Padahal aku menyukai teriakan minta tolong yang biasa kau ucapkan dengan bibir mungilmu ini ... aku sangat menyukainya, karena itu aku melakukan ini setiap hari” kata Chris lagi, namun Yua tetap diam.
“Kita lihat apa kau masih diam jika aku menelanjangi mu disini”
Yua yang mendengar itu dengan cepat menoleh kembali pada Chris, menatapnya marah. Sebrengsek-brengseknya Chris, dia belum pernah melecehkan Yua ... iya, belum.
Apa ... sekarang Chris ingin melakukannya?
“Oh lihat ini!! Kau gemetar lagi!! Ahahaha lucu sekali!!”
Sekarang bukan hanya Chris, teman-temannya yang sama brengseknya juga tertawa.
Tentu saja Yua mengenal mereka semua.
Sepupu Chris, Darren dan Mark ... lalu pengikut setia Chris, Zio dan Jean. Sebenarnya, yang mengganggu Yua palingan hanya Chris, Darren dan Mark ... sedangkan sisanya hanya ikut-ikutan saja.
Bahkan, jika Yua diikat seperti ini dan kemudian Chris pergi ... Zio atau Jean akan kembali lagi lalu melepas ikatan Yua sambil menggumamkan kata ‘maaf’ berkali-kali.
Atau jika Yua dikunci di dalam toilet, Zio atau Jean akan menolongnya paling cepat tiga puluh menit kemudian.
Bahkan saat ini saja, Yua bisa melihat mata Zio dan Jean yang menatapnya dengan tatapan mengasihani, padahal mereka ikut tertawa bersama Chris.
Munafik!!
Yua benci semuanya ... benci ....
“Ja ... jangan ... jang ... an ....” cicit Yua yang tidak terlalu berguna, saat Chris mulai melepas satu kancing seragamnya, memperlihatkan sedikit kulit mulus dari tubuh atas Yua.
Chris bersiul lalu tangannya mulai bergerak untuk menyentuh kancing selanjutnya, saat tangan Chris benar-benar menyentuhnya mata Yua terpejam, ia tidak bisa melihat tubuhnya disentuh orang brengsek itu!!
“Le ... pas ....”
“HAH? Kau bilang apa? Aku tidak dengar tuh”
“Lepas ....”
“Tidak mau! Aku belum puas, bagaimana jika semuanya dibuka?”
Yua kembali membuka matanya “Jangan ... jangan! Ku mohon ....”
“Ah, kau bisa memohon lagi ternyata ... aku bahagia ... ahahaha”
Pandangan Yua beralih pada yang lainnya, ternyata Darren sedang memotretnya dengan ponsel, sedangkan Mark malah memvidionya.
“Buka saja!” kata Mark memprovokasi.
“Buka gak ya?” Chris terlihat berpikir.
Yua menoleh pada Zio atau Jean, meski harapannya tidak banyak, tapi Yua ingin punya sedikit saja harapan agar mereka menolongnya ... apa tidak mungkin?
“Chris, udah laper nih ... katanya mau nraktir” kata Jean
“Wah bener tuh! Cacing-cacing di perutku udah demo nih” sahut Darren
“Jangan makan terus makanya, cacingan kan?!” ejek Chris
“Yah sialan!!” Darren
“Bentar” Chris kembali pada Yua, kembali mencengkram dagunya agar menatapnya.
Yua kembali memejamkan matanya saat wajah Chris mendekat lagi, ia memberontak tatkala ia rasakan Chris berusaha menciumnya.
“YAH!! Diam kalau tidak ingin ku apa-apakan disini!!”
Dengan itu Yua diam ketakutan, kali ini ia pasrah saja saat Chris kembali mendekat untuk menciumnya, ia juga sudah merasakan sakit pada rahangnya karena cengraman Chris.
Sedikit lagi bibir Chris akan bisa merasakan bibir mungil nan menggoda milik Yua –
DOR
Sontak mereka terkejut dan berbalik.
Jauh di atas sana, karena tempat ini berlantai dua. Jadi ada lantai atas tempat untuk menonton pertandingan, jika yang di bawah tidak muat bisa ke atas.
Dan mereka disana.
Chris bisa melihat seorang anak laki-laki berkulit putih pucat memegang pistol, dia tersenyum lebar ke arah mereka, senyum yang cukup mengerikan.
“SIAPA KAU?!” teriak Mark
Anak laki-laki pucat itu tertawa keras, suara tawanya melengking dan menyebalkan, hingga yang mendengar bisa cepat naik darah.
Anak asing itu kemudian bertepuk tangan dengan heboh.
“Bravo bravo!! Pertunjukan yang menarik, Chris” anak asing itu lalu kembali mengangkat pistolnya, membidiknya ke arah mereka secara tiba-tiba.
DOR
“AAARRGGHHH SIALAN!!” Darren memegangi lengannya yang terkena tembakan, dia lega karena ternyata pelurunya adalah peluru karet, Darren baik-baik saja, tapi tetap saja ditembak rasanya sakit sekali.
“Apa perlu ku tembak kalian satu persatu agar kalian menyingkir? Mungkin kali ini tidak dengan peluru karet ... tapi ....”
Belum juga anak asing itu meneruskan perkataannya, Chris sudah mengisyaratkan pada yang lain untuk pergi.
“Hah! Dasar pengecut!”
“Boss Felix, apa perlu saya kejar mereka?” tanya seorang gadis yang bersama Felix, pengawalnya, Yuna.
Felix menggeleng “Tidak, lebih baik kau cari tau informasi mendetail tentang si brengsek itu, dan juga hubungannya dengan Yua...”
“Tapi apa itu diperlukan? Kita sudah memiliki bukti ini” Guan mengacungkan smartphonenya.
“Itu tidak cukup, aku ingin si brengsek dan seluruh keluarga brengsek itu hancur sehancur-hancurnya, bahkan aku tidak akan membiarkan mereka tersisa satu sel pun ... jadi cepat pergi Yuna.”
“Baik boss!” Yuna pun pergi mencari informasi yang diinginkan bosnya.
“Ayo turun” lalu mereka menuruni tangga menuju tempat Yua berada.
“Buka ikatannya” perintah Felix.
Kai mengangguk lalu pergi ke belakang Yua untuk membuka ikatan di tangannya. Sedangkan Felix berjongkok di depan Yua, dia menyeringai setelah melihat tubuh Yua dari dekat.
Yua sempat takut saat melihat ekspresi Felix, tapi kemudian ia lega setelah tangan Felix bergerak untuk menutup kancing seragamnya.
Yua mengenal dia, Felix, anak baru yang duduk di sebelahnya.
“Guan, kau bawa pisau? Ikatan ini terlalu kencang dan susah dibuka” pinta Kai.
Guan segera mengambil pisau lipat dari sakunya, membuat Yua bergetar ketakutan.
“Tenang saja, Kai itu profesional, dia tidak akan membuatmu tergores sedikit pun” kata Felix yang menyadari ketakutan Yua saat melihat pisau.
Yua menunduk melihat Felix yang tersenyum manis, lalu ia mulai tenang.
Felix sendiri mengeluarkan pisau dari saku jasnya untuk membuka tali yang mengikat kaki Yua.
“Nah, selesai –” belum juga Felix menyelesaikan kalimatnya, Yua sudah buru-buru pergi meninggalkan mereka.
“Apa perlu saya kejar boss?” tanya Kai.
Felix menggeleng “Tidak, kalian berdua cari saja makanan untuk kita, yang banyak... aku yang akan mengejarnya. Dia adalah berlian kita yang berharga.”
“Baik boss.”
Sementara itu Yua terus berlari menuju perpustakaan, masuk ke lorong sepi yang biasa ia gunakan untuk
bersembunyi. Tempat itu sepi karena hampir tidak pernah ada yang mengunjungi selain Yua.
Yua terus menangis karena kali ini perlakuan Chris keterlaluan, jika tidak ada yang menolong, mungkin Yua sudah – ugh! Yua sangat membenci Chris!
Yua berjanji dia akan berubah, tidak lagi cengeng, dia akan berubah menjadi sangat cantik hingga semua orang bertekuk lutut. Setelah semuanya sudah dalam genggamannya, dia akan membalaskan rasa sakit yang pernah mereka torehkan pada Yua selama ini.
Chris, Paman, Bibi, Nia, Laura, Mark, Darren, semuanya ... Yua membenci mereka.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
people
wah ko bisa”nya ada nama pacar gw sebagai yang ikut”an ngebully gabisa ini
2023-11-08
0
Putri Minwa
mantap Thor
2023-03-03
0
Winsulistyowati
Yua say..Sabar.. Alhamdulillah ada yg Menolong..ok.Smangat say..😊💪💪
2023-01-15
0