Menikahi Bocil
"Saya terima nikahnya Alea Kirana binti Damar Baharudin dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai!" Dengan satu tarikan nafas kalimat itu berhasil Arez ucapkan.
Setelah mendengar ucapan "Sah" dari para saksi, mereka yang ada di tempat itu bersama-sama mengucapkan syukur.
Arez menghela nafas. Sedangkan Alea tampak gelisah. Sama sekali tak ada raut kebahagiaan dari pada keduanya.
Arez masih tak habis pikir, gadis mungil yang berada di sebelahnya itu kini sudah sah menjadi istrinya. Ya, walau belum di urus secara negara karena waktu yang serba dadakan.
*
Acara telah usai. Para tamu undangan yang tidak seberapa sudah berangsur pulang. Kini Alea dan Arez berada dalam satu ruangan yang sama--kamar. Ya, kamar yang di hiasi banyak bunga sebagaimana kamar pengantin pada umumnya. Seharusnya, ini momen yang paling di tunggu oleh pasangan pasutri. Lalu bagaimana dengan pasutri kali ini?
"Terus gimana, Bang?" Alea membuka obrolan. Saat ini mereka saling memunggungi, dengan duduk di masing-masing bibir kasur.
Arez hanya diam. Ia mengusap rambutnya dan lagi-lagi hanya bisa menghela nafas.
"Gak tau," jawab Arez singkat.
Alea bangkit dari duduknya, menuju Arez dan berdiri di hadapan pria itu.
"Ih! Seharusnya Abang itu bisa meyakinkan mereka kalau kita gak ngapa-ngapain! Ini semua salah Abang!" Bentak Alea, ia terlihat sangat kesal.
"Lu kok jadi nyalahin gua?!" Arez mendongak.
"Gila! Benar-benar gila!" Alea kembali duduk. Kali ini ia duduk di sebelah Arez dengan memijat-mijat keningnya.
"Terus gimana?"
"Gak tau. Gua juga pusing."
***
Sebelumnya...
Semua orang tau, kalau kota ini terkenal akan kebebasannya. Tak bisa di pungkiri, di dalamnya juga terdapat sedikit banyaknya pergaulan yang juga bebas.
Dia Arez, pria 27 tahun yang sedang duduk santai di sebuah Cafe sembari menikmati sebatang rokok dan di temani kopi hangat. Ia tampak menunggu seseorang. Sesekali ia mengotak-atik gawai yang ada di genggamannya, dan terus saja memperhatikan jam yang ada di sudut layar.
Tergesa-gesa, seorang gadis menghampirinya. Gadis itu langsung duduk di hadapan Arez dan langsung menyambar kopi yang sedari tadi belum sempat Arez minum. Memperhatikan tingkah gadis itu, Arez hanya bisa mengernyitkan dahi.
"Bang, maaf telat." Ucap Gadis itu dengan nafas masih terengah-engah.
"Kok muka lu beda?" Arez langsung saja melontarkan pertanyaan dan terus membandingkan wajah gadis yang ada di hadapannya dengan foto gadis yang ada di layar HP.
"Oh itu. Sabar, Bang. Aku bisa jelasin."
Arez diam, menatap penuh curiga.
"Perkenalkan, Aku Alea. Alea Kirana." Gadis itu menyodorkan tangan, tapi Arez enggan menyambut tangan itu.
"Tapi di sini namanya bukan Alea, tapi Melisa." Arez segera memotong pembicaraan.
"Ish! Diem dulu kenapa!? Kan aku belum selesai ngomong!"
"Iya,"
"Melisa itu temen aku. Dia gak bisa dateng, soalnya tadi Mel kepeleset di kamar mandi dan kakinya sakit. Jadi, Mel minta tolong aku buat gantiin dia nemuin Abang. Katanya gak enak soalnya udah janji, dan gak mau mengecewakan. Jadi, aku kesini buat gantiin Mel. Gak apa-apa, kan?"
Arez diam sejenak. Memperhatikan Alea mulai dari wajah hingga ke *sensor*
"Oke." Jawaban yang singkat dan padat dari Arez membuat Alea lega. Arez segera menutup aplikasi yang membuat dia bisa mengenal Melisa. Aplikasi berwarna hijau yang terkenal banyak 'cewek-cewek nakal' di sana. Mereka segera beranjak dari Cafe, menuju suatu tempat dengan mengendarai mobil.
*
"Loh? Kok kita ke sini? Ini rumah Abang?" Tanya Alea saat mobil sudah memasuki garasi.
"Iya,"
"Terus kita ngapain?" Tanya Alea lagi. Arez hanya diam, sedikit kebingungan.
"Buruan masuk. Sebelum di lihat orang."
"Hah?"
"Udah, jangan banyak tanya."
"I--iya."
Mata Alea terus melihat ke segala arah, memperhatikan setiap sudut, memperhatikan setiap benda-benda yang ada di rumah itu. Tapi, sejauh mata memandang tak Alea jumpai orang lain di rumah itu. Benar-benar sepi.
"Bang? Abang sendirian?" Alea kembali membuka obrolan, karena pria di depannya ini menurutnya sangat cuek dan pelit sekali bicara. Kalau tidak di tanya, ya ia tidak akan ngomong. Selain itu, wajahnya juga dingin banget, kek kulkas tujuh lawang.
"Kenapa lu dari tadi berisik banget? Diem dan duduk. Ini perintah!" Arez terlihat kesal.
"Iya! Iya!" Alea menuruti Arez, dan duduk di sofa yang berwarna merah di ruang tamu itu.
"Nah, gitu. Duduk yang manis, dan lakukan tugasmu!"
Alea mengernyitkan dahi. Terlebih saat melihat Arez yang perlahan membuka kancing kemejanya.
"Tu--tunggu!" Alea bangkit,
"Apa?"
"Ini maksudnya apa buka-buka baju?" Alea mulai panik.
"Kan emang begini konsepnya!"
"Ta--tapi, kenapa? Sumpah aku gak paham! Abang jangan macem-macem!"
"Emang lu gak tau?"
"Enggak!"
"Gila! Gua udah transfer bayarannya ke Melisa buat hari ini."
"Ba--bayaran?"
"Iya. Kan lu sendiri tadi yang bilang, lu gantiin Melisa. Yaudah, sekarang lu harus layani gua."
"Apa? Ta--tapi Melisa gak bilang kalo gantiin ginian."
"Dudul!"
"Gak mau!"
"Aku juga gak mau tau! Enak aja, orang aku udah bayar!"
"Tapi gak gini juga!!! Kita bisa bicarakan!"
"Gak ada yang perlu di bicarakan!"
Arez melepaskan kemejanya dan mendorong Alea ke sofa berusaha menahan Alea yang terus saja memberontak.
Hingga ...
"Ini yang selalu meresahkan!" Teriak seseorang yang berhasil mendobrak pintu rumah Arez dan mendapati Arez yang berada di atas tubuh Alea.
Arez dan Alea sama-sama hening dan hanya bisa melotot menyaksikan warga yang sudah ramai mendapati mereka dalam posisi yang sulit di mengerti.
"Nikahkan mereka sekarang juga!" Teriak seorang warga yang menjadi komando.
Tak banyak yang Arez dan Alea ingat atas kejadian itu. Yang jelas, semua sudah terjadi. Dan sekarang, mereka sudah sah menjadi suami istri.
Sejak saat itu, hubungan Alea dan orang tuanya menjadi renggang. Bahkan saat acara pernikahan telah usai, Ayah dan Ibu Alea langsung saja pulang ke rumah tanpa banyak bicara.
Bagaimana tidak, mereka tidak percaya atas kelakukan anak gadisnya yang sangat membuat malu keluarga dan mencoreng nama baik. Benar-benar memalukan. Walau Alea sudah berusaha menjelaskan, tapi bukti nyata itu tak bisa membuat ia mengelak.
Padahal, harapan ayah dan Ibunya suatu saat Alea akan menikah dengan mengundang orang banyak. Bukan dengan cara seperti ini, yang diam-diam tanpa di ketahui banyak orang dan hanya di hadiri beberapa anggota keluarga saja. Dan ini akan sangat mereka rahasiakan, terlebih Alea yang saat ini masih duduk di bangku SMA.
***
"Gimana Abang?! Gimana dengan sekolahku? Hidupku?" Teriak Alea.
"Lu bisa diem, gak? Lu pikir gua gak pusing?"
"Pokoknya ini semua salah Abang!"
"Salah lu juga kenapa mau gantiin temen lu. Makanya, sebelum bertidak itu di pikir-pikir dulu. Minimal di tanya-tanya dulu jangan langsung gas aja."
"Abang juga ngapain nyewa-nyewa temenku?!"
"Lha, wong dia sendiri yang berjualan."
"Gila! Semua orang sudah gila!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Menarik lannjutt thor
2022-10-12
1
Dela Aulia
setidaknya jangan di sensor😅😅
2022-05-29
1
Nurmayanti 🌽🍇
menyimak
2022-05-20
1