"Alea!" Teriak Bella dan Cika bersamaan saat Alea tiba di hadapan mereka. Tentu ketiganya sangat kegirangan. Melepas rindu, cipika-cipiki.
Cafe Millenial, di sini mereka sekarang. Tempat yang biasa buat mereka nongkrong untuk sekedar menikmati jajanan ringan atau sekedar untuk menghilangkan kegabutan karena tidak mempunyai kegiatan berarti di rumah. Sekarang mereka hanya bertiga, kurang satu personil--Melisa.
"Sebenernya, gua ke sini mau pamitan sama lu semua." Ucap Alea dengan raut wajah sedih.
"Pamit? Emang lu mau kemana? Nikah?" Celetuk Bella terbahak di ikuti Cika. Alea hanya tersenyum getir.
"Gua mau pindah, ke Purwokerto."
"Lu serius, Lea?"
"Iya. Maaf dadakan, karena semua emang serba dadakan."
"Parah, lu Lea! Seminggu menghilang tanpa kabar, pas balik malah ngasih kabar yang gak-gak."
"Gua juga gak mau pindah, tapi ya mau gimana?"
"Kenapa coba?"
"Terus, kita gak bisa sama-sama lagi, dong? Gak bisa nongki-nongki lagi, gak bisa main sama-sama lagi? Gak bisa canda-canda lagi di Sekolah."
"Gua gak tau. Semua sudah terjadi, dan gua terpaksa harus ngikut!" Ucap Alea, ia memegangi kepalanya dengan dua tangannya, benar-benar pusing.
"Ngikut siapa?" Bella mengernyitkan dahi.
"I--ikut bokap sama nyokap gua, lah." Alea gugup, dan lagi-lagi ia harus berbohong. Entah sampai kapan kebohongan ini akan terus berlanjut. Ya begitulah, kalau sudah satu kali berbohong pasti akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya.
"Yaudah, mau gimana lagi. Asal komunikasi kita tetap jalan aja. Jaman sekarang mah enak. Kita bisa VC kalo kangen."
"Iya. Lu jangan lupain kita ya, Lea."
"Kalian juga. Jangan lupain gua. Sedih gua, anjir! Lu semua sahabat gua udah lama."
Drama cewek-cewek mulai keluar. Tangis-tangisan, mewek-mewekan, sedih-sedihan, peluk-pelukan.
"Pokoknya kalo ada waktu gua pasti main ke sini."
"Pasti, la! Harus! Kami juga kalo ada waktu dan uang tentunya bakal main ke Purwokerto."
"Sayang banget sama kalian." Mereka kembali berpelukan.
Beberapa saat kemudian drama mewek-mewekan telah usai, mereka mulai menikmati menu yang sebelumnya sudah di pesan karena ini juga sudah jamnya makan siang. Perut Bella aja sudah keroncongan memberontak ingin segera di isi.
"By the way ... Melisa kemana?" Tanya Alea.
"Gak tau si Mel, katanya lagi ada keperluan keluarga. Sama kayak lu dia mah, udah seminggu ngilang. Di rumah juga gak ada." Jawab Cika.
"Gak ada kabar?"
"Gak ada, di hubungi juga gak bisa."
"Ih, kenapa ya anak-anak gadis sekarang suka menghilang gak jelas. Kayak Mel, ortunya pasti khawatir nyariin. Jangan sampai pas nongol ntar Melisa juga ngabarin mau pindah." Celetuk Bella dengan gayanya yang khas.
"Ada yang perlu gua omongin sama Mel," lanjut Alea.
"Ngomongin apa?"
"Akh, gak apa-apa kok. Nanti, kalo Mel ada ngabarin kalian, bilang Alea nanyain."
"Okay!" Jawab Bella dan Cika yang selalu kompak.
Sesaat kemudian, Arez muncul di tengah perkumpulan gadis-gadis itu. Ia berdiri di sebelah Alea dengan menunjuk-nunjuk jam tangannya. Sontak, semua gadis-gadis itu kaget, terlebih Bella dan Cika. Keduanya melotot dengan mata membulat sempurna.
"I--ini ... s-siapa, Lea?" Tanya Bella
"Allahu akbar!" Alea menepuk jidat, ia bangkit dan menarik tangan Arez menjauh dari sana. Tanpa sepengetahuan Alea, teman-temannya yang selalu kepo juga mengikuti, menguping dan mengintip Alea dan Arez dari balik tanaman yang ada di halaman Cafe.
"Ish! Kok Abang malah muncul, sih?! Kalo temen-temenku tau gimana?"
"Abisnya lu lama! Gua kek orang bego nungguin."
"Kan bisa nelpon, gak usah pake di samperin segala!"
"Perasaan kita belum tukeran nomor HP. Tuh, lu mah modus. Bilang aja lu mau minta nomor HP gua, kan? Pake acara ngegas-ngegas segala."
"Ih! Abang nyebelin!"
Sementara di balik tanaman,
"Itu Alea sama siapa? Ngomongin apa?" Cika berbisik pada Bella.
"Gak tau. Kalo mau tau ya harus di tanyakan."
"Gila! Alea punya pacar diem-diem gak ngasih tau kita!"
"Oke, gas! Samperin!"
Bella dan Cika segera menghampiri Alea dan Arez yang masih saja bagai Tom dan Jerry.
"Ekhem!"
"Uluh-uluh! Co cwit!!!" Bella dan Cika mengagetkan kedua pasangan itu yang sontak langsung terdiam.
"Oh my God! Alea! Pacar lu cakep banget!"
"Hooh! Punya pacar diem-diem. Gak bilang-bilang, curang sekali! Selalu ngaku jomblo, tau-tau udah punya pawang!"
"Gila! Lu nemu di mana, Lea?!"
Arez hanya cengar-cengkir mendengar percakapan gadis-gadis belia di depannya. Berasa jadi gula yang di kerumuni semut-semut.
"Pacar? Mana ada!" Teriak Alea, ia semakin kesal melihat Arez yang berlagak 'sok tampan' di depan teman-temannya.
"Salam kenal ya, Abang! Aku Cika, sahabat Alea yang paling chubby." Cika menyodorkan tangannya.
"Aku, Bella. Sahabat Alea yang paling imut! Salken, Bang." Bella gak mau kalah.
Alea hanya bisa pasrah, sembari memijat kening.
Arez menjabat tangan kedua gadis itu secara bergantian. "Arez,"
"Namanya laki banget, anjir!"
"Abang, kami doakan semoga langgeng ya sama Alea. Semoga jodoh selama-lamanya."
"Pokoknya kami doakan kalian bahagia selalu."
Alea berasa mau muntah mendengar kalimat yang keluar dari mulut kedua sahabatnya itu.
"Aamiin." Ucapan Arez membuat Alea semakin ingin muntah.
"Yaudah, ayo bubar-bubar!" Teriak Alea. Lagi, ia menarik tangan Arez untuk berlalu dari sana.
Tapi, sebelum mereka semua benar-benar pergi, karyawan Cafe meneriaki mereka yang terus saja berlalu menuju parkiran.
"Dek! Dek! Teriak karyawan itu.
Alea menoleh, keheranan.
"Ya, Mas?" Tanya Alea saat Karyawan itu berada tepat di depan Alea dan Arez, terengah-engah memegangi lututnya.
"Itu! Bayar!" Ucap karyawan itu di sela napasnya.
Seketika wajah Alea merah padam. Malu!
"Maaf, Mas. Lupa." Jawab Alea,
"Berapa semuanya, Mas?" Potong Arez
Karyawan itu memberikan nota pesanan Alea dan teman-temannya. "250.000, Mas."
"Udah gak usah! Aku bisa bayar sendiri. Jangan jadi sok pahlawan!" Celetuk Alea. Ia meraba-raba kantong celana, dan memeriksa saku bajunya tapi tidak menemukan apa-apa.
Segera Arez menyodorkan tiga lembar uang berwarna merah pada Karyawan Cafe. "Sisanya ambil saja sebagai permintaan maaf kami."
"Terimakasih, Mas."
"Iya. Sama-sama."
Karyawan Cafe itu berlalu. Alea masih mematung, kesal. Entah kesal karena malu, atau kesal tidak punya uang.
"Ayo, pulang!" Ajak Arez
Alea membuntutinya hingga masuk ke dalam mobil.
"Sok-sokan ke Cafe tapi gak punya uang. Anak jaman now! Gengsi doang yang gede!" Celetuk Arez.
Alea hanya bisa manyun dengan muka masamnya.
"BERISIK!!!"
"Gengs! Gua pamit dulu! Ntar lanjut call!!!" Teriak Alea pada Bella dan Cika.
Bella dan Cika hanya diam melotot.
***
"Melisa ... lu di mana? Apa lu sengaja melakukan ini sama gua? Tapi kenapa? Dan kenapa lu sekarang menghilang bagai di telan bumi? Lu merasa bersalah atau apa, sih? Sumpah! Gua bener-bener gak ngerti. Gua pengen nanya langsung ke lu, tapi lu aja gak tau di mana."
"Kalaupun lu sengaja ingin menjebak gua, tapi kenapa? Apa salah gua? Perasaan selama ini kita gak ada masalah sama sekali."
"Lu salah satu sahabat gua, Mel. Gua gak percaya kalo lu setega itu sama gua."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mamat Anay
melisa seorang sahabat yg tega
2022-04-09
1
Valley
Melisa, penasaran sama sosok Melisa 👀
2022-02-10
2