Seseorang berdiri di tengah pintu, memperhatikan Alea yang sedang fokus menyapu. Ketika Alea menoleh, itu berhasil membuatnya kaget.
"Allahu akbar!" Ucap Alea mengelus dada.
Cowok itu masih menatap Alea, seperti heran.
"Koe cah anyar, ya? Deneng aku ora pernah weruh?"
"Hah?" Alea mengernyitkan dahi.
"Cah anyar?"
"Ngomong apa, ya? Aku gak ngerti."
Cowok itu menepuk jidat.
"Kamu anak baru? Kok aku gak pernah liat?"
"Iya. Aku anak baru kelas 12 C."
"Oh. Jadi kamu yang kata mereka ada anak baru itu?"
Alea hanya tersenyum kecil dan melanjutkan menyapu.
"Kenapa bisa telat?" Tanya cowok itu lagi.
"Kesiangan."
"Gadang, ya?"
"Enggak, kok. Gak tau, kenapa hari ini bisa telat."
Cowok itu mengangguk-angguk dan terus saja memperhatikan Alea.
"Jangan diem aja, dong! Buruan bantuin! Kamu juga di hukum, kan?" Ucap Alea kesal.
"Tapi," belum selesai cowok itu bicara Alea menyerahkan sapu padanya.
"Sedikit bicara, banyak kerja!" Ucap Alea menggurui.
Cowok itu tersenyum. Melihat wajah Alea ia hanya bisa nyengir.
"Malah cengar cengir. Buruan! Cepet selesai biar kita bisa cepet ke kelas."
"Iya, iya."
Mereka berdua pun bekerja sama membersihkan ruangan itu. Alea memunguti sampah-sampah, sedangkan cowok itu menyapu.
"Nama kamu siapa?" Tanya cowok itu di sela kerjanya.
"Alea," jawab Alea tanpa melirik sedikitpun.
"Aku Nathan."
"Ya. Salam kenal." Balas Alea singkat.
"Iya. Salam kenal juga."
"Tadi, kata bu Aini ruang ini mau di pake anak OSIS buat ntar kegiatan bikin mading. Heran, deh! Kenapa ya anak-anak OSIS itu gak berisihin sendiri gitu? Manja kali! Kalo aku yang jadi ketua OSIS tak suruh anggotanya aja yang bersihin. Kalaupun akan di hukum kan bisa bersihin yang lain."
Lagi-lagi Nathan hanya tersenyum kecil mendengar ocehan Alea.
"Iyakan?" Tanya Alea seperti meminta pembenaran.
"Iya. Saran kamu bagus juga."
"Iyalah. Jangan Mentang-mentang OSIS suka seenaknya."
Ocehan Alea terhenti ketika bu Aini datang,
"Lho? Nathan kok masih di sini? Kan ibu tadi suruh siapin alat-alat mading biar setelah selesai ruangan ini di bersihkan kalian bisa langsung kerjakan."
Alea diam menyimak.
"Ayo! Kamu sebagai ketua OSIS harus bisa memberi contoh yang baik untuk anggota mu dan adik-adik kelasmu, salah satunya adalah cekatan. Karena, ikan sepat ikan gabus, lebih cepat, lebih bagus!" Ucap bu Aini bersemangat.
"Iya, Bu. Siap 86!" Balas Nathan.
Alea tertegun. Ia mematung dan hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"OMG! Dia... dia ini ketua OSIS? Mampus!" Alea memejamkan matanya.
Nathan kemudian meletakkan sapu di balik pintu.
"Usul, Bu. Lain kali, kalau ada ruangan yang akan di gunakan anak OSIS, mending ruangannya kami saja yang membersihkan." Ucap Nathan pada bu Aini.
"Oke. Kamu atur saja."
"Makasih, Bu."
Nathan menoleh ke Alea.
"Aku pamit ambil alat-alat mading dulu ya, Lea." Ucap Nathan tersenyum ramah.
Alea hanya mengangguk pelan dengan perasaan tak karuan. Ia tidak menyangka, cowok yang dari tadi bersamanya ternyata ketua OSIS.
"Astaga! Mana tadi udah suruh-suruh dan udah ngomel-ngomel. Malu, Anjir!" Batin Alea berteriak.
"Alea. Kamu udah boleh kembali ke kelas." Ucap bu Aini.
"Iya, bu."
"Lain kali jangan telat lagi, ya!"
"Iya, Bu. Gak akan lagi."
"Yasudah. Belajar yang rajin."
Alea mengangguk kemudian berpamitan pada bu Aini untuk kembali ke kelas.
Sepanjang jalan melewati koridor sekolah, perasaan Alea masih campur aduk. Tapi yang jelas malu atas kejadian tadi. Serasa tak ingin lagi bertemu dengan Nathan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Rusdi ningsih
lanjut kak
2022-03-17
1
Bunda satria
alea cantik kayaknya banyak yg naksir' gimana ya kalau aries tahu?
2022-03-17
2